BAB 20

1.3K 114 5
                                    

Ashel merasa sangat aneh sepanjang perjalanan itu, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Pak Aldo, selain ucapan tadi yang meminta izin untuk menyalakan radio. Begitu juga ketika mereka tiba di tujuan, Pak Aldo langsung menghentikan mobilnya di parkiran sebuah mall. Ashel menengok ke arah Pak Aldo ingin bertanya, namun Pak Aldo malah langsung turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuknya. Ashel tetap duduk di kursi, merasa bingung dan ingin bertanya terlebih dahulu.

"Kita mau apa ke mall?" tanya Ashel dengan hati-hati.

"Turun dulu, nanti saya jelasin," jawab Pak Aldo, dengan nada yang santai.

Pak Aldo tidak memberikan jawaban yang jelas atas pertanyaan Ashel, tapi entah kenapa setelah melihat wajah Pak Aldo yang tersenyum, Ashel pun akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil.

"Ayo!" ajak Pak Aldo, dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

Mereka pun berjalan beriringan masuk ke dalam mall. Ashel merasa semakin bingung. Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benaknya, namun ia memilih untuk mengikuti saja.

"Lewat sini!" Pak Aldo mengajak Ashel menuju suatu tempat, dan Ashel langsung mengenali tempat tersebut.

"Bioskop," ucap Ashel pelan, seolah bertanya-tanya apa yang sebenarnya akan terjadi.

"Iya," jawab Pak Aldo singkat, tetap dengan senyumannya.

Ashel berhenti sejenak dan menatap Pak Aldo. "Kita mau nonton?" tanyanya dengan ragu.

"Iya," jawab Pak Aldo, masih dengan wajah yang tenang.

Ashel mengamati sekelilingnya dan merasa semakin aneh. Tidak ada seorang pun di ruang tunggu bioskop. Keheningan itu benar-benar membuat suasana semakin janggal.

"Ayo kita masuk!" kata Pak Aldo, sambil menggenggam kedua tangan Ashel dan membawanya masuk ke dalam ruangan bioskop.

Di dalam bioskop, kejutan semakin menjadi. Tidak ada satu orang pun yang duduk di kursi. Seluruh bioskop kosong.

"Pak?" Ashel melepaskan genggaman tangan Pak Aldo dan bertanya, merasa semakin cemas.

"Saya sudah booking seluruh bioskop ini untuk kita berdua," jawab Pak Aldo, membuat Ashel semakin terkejut.

"Untuk apa Pak Aldo menyewa bioskop hanya untuk kami berdua?" pikir Ashel dalam hati.

"Sini, ayo kita duduk!" Pak Aldo menunjuk sebuah kursi khusus yang disiapkan untuk Ashel.

"Pak, apa yang coba Anda lakukan?" ucap Ashel dalam hati, merasakan keanehan yang semakin mendalam.

Pak Aldo duduk di sebelah Ashel, sementara layar bioskop masih belum menyala. Suasana semakin hening, membuat Ashel merasa canggung.

"Kamu suka nonton film horor?" tanya Pak Aldo, tanpa mempedulikan keheningan di sekitar mereka.

Mata Ashel langsung membulat mendengar pertanyaan itu. "Tidak!" jawab Ashel cepat, sambil menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Tenang saja, ini film romantis kok," kata Pak Aldo, berusaha menenangkan Ashel.

Mendengar itu, Ashel hanya cemberut. Ia benar-benar tidak suka dengan film romantis. Menurutnya, film jenis itu sangat klise, dan ia sudah bisa menebak akhir ceritanya sejak awal. Ia lebih menyukai film fiksi ilmiah, seperti Venom, namun karena Pak Aldo mengatakan film romantis yang akan mereka tonton berbeda, ia pun memutuskan untuk mencoba.

"Prok... prok... prok," Pak Aldo menepukkan tangannya ke udara, dan layar bioskop mulai menyala.

Di layar, tampak adegan seorang perempuan dari desa yang didatangi oleh seorang bangsawan kerajaan. Melihat adegan itu, Ashel tidak bisa menahan senyumnya. Ia menengok ke arah Pak Aldo.

"Kamu udah tahu filmnya?" tanya Pak Aldo, sedikit geli melihat reaksi Ashel.

"Hahaha... iya Pak, kenapa Bapak pilih film ini?" tanya Ashel dengan sedikit canda.

Pak Aldo berdiri, terlihat kesal karena acara nonton mereka tidak berjalan sesuai rencana. Padahal, ia sudah menyiapkan semuanya dengan baik.

"Pak Aldo mau kemana? Kita nonton ini lagi aja, nggak apa-apa kok!" Ashel berusaha meyakinkan Pak Aldo untuk kembali duduk.

"Lagian Bapak nggak bilang kalau kita mau pergi nonton," tambah Ashel, sambil menahan tawa.

"Saya mau buat kejutan, masa saya kasih tahu kamu dulu," jawab Pak Aldo kesal, lalu kembali duduk di kursinya.

"Ashel..." Pak Aldo memanggil namanya dengan nada lebih lembut. Ia menggenggam tangan Ashel, dan keduanya saling bertatap mata.

Tatapan itu sangat dalam, dan untuk pertama kalinya Ashel menyadari sesuatu yang belum pernah ia perhatikan sebelumnya. Mata Pak Aldo, matanya sangat indah—ish bukan, bukan itu pikir Ashel. Ada sesuatu dari mata itu, tapi apa?

Tiba-tiba, Pak Aldo mulai memajukan kepalanya ke arah Ashel, seolah bersiap-siap untuk...

"Ping!" Suara pesan masuk dari ponselnya mengalihkan perhatian mereka.

Ashel langsung menengok ke arah suara tersebut, dan melihat Pak Aldo mengurungkan niatnya.

"Maaf ya Pak, ada pesan masuk. Saya buka dulu, takut pesannya penting," ujar Ashel, merasa berterimakasih kepada orang yang mengirim pesan tersebut.

"Ya, nggak apa-apa kok," jawab Pak Aldo.

Ashel buru-buru mengambil ponselnya dari dalam tas, lalu membaca isi pesan yang masuk.

"Shel lagi ngapain?" bunyi pesan dari Aldi.

Ashel melihat Pak Aldo terlebih dahulu sebelum membalas pesan tersebut. Setelah memastikan Pak Aldo sedang asyik menonton film, ia pun membalas pesan Aldi.

"Lagi nonton," kirim Ashel.

"Oh, nonton apa?" pesan Aldi kembali masuk.

"Princess Diary," jawab Ashel.

"Bareng siapa?" tanya Aldi lagi.

"Sama..." Ashel hendak menjawab, namun suara Pak Aldo yang memanggilnya membuatnya langsung menutup ponselnya.

"Udah baca pesannya?" tanya Pak Aldo.

"Emm... dari Atin Pak," jawab Ashel spontan, mencoba mengalihkan perhatian.

Pak Aldo hanya mengangguk tanpa banyak bicara. "Pak Aldo mau nonton film ini sampai selesai?" tanya Ashel, berusaha mengubah arah pembicaraan.

Pak Aldo hanya mengangguk. "Kamu mau pulang?" tanyanya.

Ashel ingin mengatakan iya, jujur ia ingin segera pulang dan beristirahat. Namun, ia merasa tidak enak. Tidak mendapat jawaban dari Ashel, Pak Aldo mengerti.

"Ayo kita pulang, saya anterin kamu sampai apartemen," ucap Pak Aldo sambil berdiri, menarik kedua tangan Ashel untuk bangun.

Ashel mengikuti langkahnya. Mereka berjalan keluar dari bioskop menuju parkiran mobil. Pak Aldo membuka pintu mobil untuk Ashel, dan setelah Ashel masuk, ia langsung menutup pintu dan masuk ke dalam mobil. Pak Aldo segera menjalankan mobil menuju apartemen Ashel.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang