BAB 26

1.1K 83 6
                                    

Ashel langsung turun dari mobil ketika mobil yang mereka kendarai tiba di parkiran apartemen, diikuti oleh Aldi. Ashel menengok ke arah Aldi, mengajaknya masuk ke dalam lift, lalu menekan tombol lantai 30.

"ting" pintu lift terbuka, menampilkan lorong apartemen. Mereka pun segera keluar dari lift dan berjalan menuju apartemen Ashel.

Setelah mereka berada di depan pintu apartemen, Aldi memberikan kunci mobil yang dipegangnya.

"Shel, ini kunci mobil kamu," ucap Aldi, menyerahkan kunci tersebut. Ashel mengambilnya sambil menatap Aldi.

"Kamu mau mampir dulu?" tanya Ashel, merasa tidak enak kalau tidak menawarkan Aldi untuk masuk.

"Gak usah, Shel, aku mau langsung ke kantor. Ada sedikit urusan yang belum aku beresin," jawab Aldi singkat.

"Ya udah, aku masuk ke dalam dulu, ya. Bener kamu gak mau masuk?" Ashel bertanya lagi, mencoba memastikan.

"Iya," jawab Aldi singkat.

"Makasih buat hari ini, aku masuk dulu," ucap Aldi sebelum melangkah pergi.

Setelah Aldi berjalan menuju lift, Ashel membuka pintu apartemennya lalu masuk ke dalam. Ia tidak langsung menutup pintu apartemennya, tapi setelah melihat Aldi yang berjalan menjauh, ia akhirnya menutup pintu.

"Meow," "Meow," suara Milky yang berlari mendekat membuat Ashel tersenyum. Seakan tahu pemiliknya telah pulang, kucingnya itu langsung melompat ke pelukan Ashel.

"Halo, Milky sayang. Kamu mau makan?" tanya Ashel sambil mengangkat tubuh Milky dan membawanya menuju dapur. Ia mengambil Whiskas dari rak dapur dan menuangkannya ke wadah makan kucingnya.

Milky langsung melompat dari pangkuan Ashel dan mulai makan dengan lahap.

Melihat hal itu, Ashel tersenyum. Ia berjongkok dan mengusap bulu Milky yang halus. Setelah itu, ia berjalan menuju ruang tamu dan duduk di atas sofa. Ashel mengambil remote TV dan menekan tombol power.

"Pemirsa, pertemuan tahunan perusahaan Harlan Group yang akan dilaksanakan tanggal dua puluh Desember sangat mengemparkan dunia bisnis di Indonesia. Dihadiri oleh banyak petinggi dunia bisnis, pertemuan ini akan membahas penunjukan CEO baru perusahaan yang menggantikan CEO Harlan Saputra," terdengar suara dari TV.

Mendengar berita itu, Ashel hanya terdiam. Ia tahu perusahaan Harlan Group sangat berpengaruh di Indonesia, tapi ia tidak menyangka pertemuan tahunan perusahaan tersebut disiarkan dalam berita televisi.

"Besok pertemuan itu akan dilaksanakan," pikir Ashel, merasa cemas. "Aku tidak siap dengan semuanya, tapi sudah berjanji kepada Kakek Harlan untuk menghadiri acara itu. God, lima tahun adalah waktu yang cukup lama... semoga mereka tidak mengenaliku."

Memikirkan hal itu membuat Ashel merasa takut. Ia mulai berpikir, "Ish..."

Ashel teringat perkataan Aldi sewaktu mereka di mobil. "Kita gak bisa nyalahin takdir, kan Shel? Semua yang telah terjadi gak bisa kita sesali terlalu lama."

"Lho, bener Aldi, gue harap besok semuanya akan baik-baik aja," ucap Ashel pada dirinya sendiri, lalu berjalan menuju kamarnya.

Seperti pepatah yang bilang, waktu akan datang begitu cepat ketika kita tidak menunggunya. Yap, hal itu terjadi pada Ashel saat melihat matahari mulai terbit, menandakan hari baru telah tiba. Hari yang ingin sekali ia hindari, namun hari ini, ia tidak akan menghindar, ia akan menghadapinya.

"Hanya untuk hari ini," gumam Ashel, bersiap-siap.

Ashel sudah rapi, dan sebelum ia pergi, ia melihat Milky untuk terakhir kalinya. Kucingnya itu sedang beristirahat di atas sofa, tertidur pulas. Ashel mengelus bulu Milky sebentar, kemudian beranjak pergi menuju mobilnya di parkiran.

"Ouuh," Ashel menarik napas sebentar, lalu memajukan mobilnya.

Mata Ashel terlihat sedih ketika ia melihat anak-anak seusianya diantar oleh ayah ibu mereka di hari pertama masuk sekolah TK, sementara dirinya hanya ditemani Suster Lulu.

Tentu saja, hal itu membuat Ashel bertanya polos, "Kenapa Ashel gak dianterin Papah ke sekolah, Suster Lulu?"

Mendapat pertanyaan polos dari Ashel, Suster Lulu hanya bisa tersenyum sedih.

"Tuan muda mungkin sedang sibuk, nona. Sebentar lagi Tuan Harlan akan datang," jawab Suster Lulu.

"Suster Lulu, kenapa Papah selalu sibuk?" tanya Ashel lagi, kali ini dengan sedikit kecewa. Suster Lulu terdiam, tak bisa menjawab.

"Ashel sayang!!" ucap Kakek Harlan berlari mendekati Ashel. Melihat kakeknya datang, Ashel langsung berlari dan memeluk Kakek Harlan.

"Ting-ting-ting," bunyi klakson mobil di belakang mereka, membuat Ashel kaget dan seketika menghentikan mobilnya.

"Woy, kalau bawa mobil yang benar dong!" bentak orang yang mengendarai mobil di belakang Ashel. Mobil itu lalu melaju mendahului mobil Ashel.

"God, apa yang gue pikirin tadi," Ashel mengepalkan kedua tangannya, tubuhnya pun bercucuran keringat, matanya mulai berair, tanda ingin menangis. "Tenang, Ashel, tenang," ucap Ashel berusaha menenangkan dirinya.

Ashel mengambil napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Setelah cukup tenang, ia kembali memajukan mobilnya.

Ashel mengendarai mobilnya dengan perlahan, berharap dengan begitu ia bisa menghindari pertemuan yang sudah ada di depan mata. Namun, tempat itu sudah terlihat jelas di depannya. Ia berhenti sejenak, merasa perlu sesuatu untuk masuk ke sana agar dirinya tidak dikenali oleh siapa pun.

"Masker," pikir Ashel, tiba-tiba mendapat ide. Kakeknya hanya menyuruh Ashel untuk datang ke pertemuan itu, tapi tidak mengatakan dirinya harus terlihat di sana.

"Ini ide yang bagus," pikir Ashel, lalu mengambil masker yang ada di dalam tasnya dan memakainya.

"Ok, sekarang gue udah siap," ucap Ashel, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

SOSOK SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang