28

364 34 0
                                    




Dalam dinginnya ruang yang hanya diterangi satu lampu pijar, Doyoung duduk seraya menatap datar ke arah kedua kakinya yang dipasung.

Kondisi pemuda asal Busan itu terlihat cukup memprihatinkan. Rambut halusnya kini sudah mulai kering, serta bekas luka di wajah yang tak diobati sehingga membuatnya sedikit terlihat menyeramkan.

"Doyoung-kun."

Perhatian netra Doyoung berpindah pada sosok yang baru saja datang.

Di depan jeruji besi, Yoshi tersenyum ceria dengan satu nampan berisi makanan di tangannya.

"Doyoung-kun, ini aku bawakan makanan untukmu. Aku lupa memberikanmu makan sejak kemarin, hehehe," ucap Yoshi.

Bunyi kunci terbuka terdengar lalu disusul dengan derit pintu jeruji. Yoshi berjalan masuk, kemudian berjongkok di depan Doyoung.

"Uhuhuhu sedihnya~ Kamu pasti kelaparan, kan? Tenang saja, aku bawakan makanan yang enak untukmu kok," ucap Yoshi.

Doyoung masih setia menatap datar sosok yang sudah ia anggap gila itu. Apa katanya tadi? Membawa makanan enak? Yang benar saja!

Doyoung tidak bodoh untuk tidak menyadari daging yang disajikan oleh Yoshi adalah daging korban-korbannya! Bahkan darah saja masih terlihat di sekitar daging meski sudah dipanggang.

"Yoshi," panggil Doyoung, membuat pria yang juga berasal dari negara yang sama dengannya menganggukan kepala.

"Apa?" sahut Yoshi sembari mengulum senyumnya.

"Apa mereka sudah pergi ke tempat itu?" tanya Doyoung.

"Sudah! Ayah tadi berangkat dengan Jaehyuk. Heung~ padahal aku mau ikut juga. Aku mau main tembak-tembakan juga tahu. Tapi ayah melarangku dan bilang aku untuk jaga kamu disini," jelas Yoshi.

Mendengar perkataan Yoshi membuat Doyoung menghela nafasnya. Doyoung sandarkan punggungnya pada dinding, kemudian melirik borgol yang mengikat tangannya.

Sebuah ide terpintas di benak Doyoung saat menyadari bahwa hanya ada Yoshi di rumah ini.

"Yoshi," panggil Doyoung.

Lagi, Yoshi menyahuti panggilan Doyoung dengan respon yang menggemaskan.

"Aku lapar, aku mau makan. Tapi aku tidak bisa makan kalau tanganku diikat seperti ini," ucap Doyoung.

"Eh? Kalau begitu aku suapin saja bagaimana? Mau?" tawar Yoshi lalu mengangkat piring berisi daging panggang.

Doyoung lantas menggelengkan kepalanya. Ia diam, memikirkan kembali alasan apa yang bisa ia gunakan untuk membodohi Yoshi. Memaksa Yoshi untuk melepaskan borgolnya karena ingin makan akan membuat Yoshi semakin curiga.

Saat sedang berpikir, tak sengaja Doyoung melihat seekor cicak di atap ruangannya.

Itu dia batin Doyoung.

"Yoshi, apa kau tahu kalau sekarang sedang musim bagi cicak untuk berkembang biak?"
tanya Doyoung tiba-tiba.

Yoshi yang ditanyai seperti itupun lantas beringsut mundur. "Y—Ya apa maksudmu? Memang kenapa kalau mereka sedang musim berkembang biak?" tanyanya, sedikit bergetar karena rasa takutnya pada binatang berkaki empat itu.

"Tentu itu akan jadi masalah untukmu. Kalau tidak salah kamarmu bersebelahan dengan kamar Asahi. Kamar Asahi itu jarang ditempati, pasti cicak-cicak disana sudah banyak dan sebagian pindah ke kamarmu," ucap Doyoung.

Eagle and MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang