34

435 41 0
                                    



Ruangan tempat Choi Seunghyun dirawat kini terlihat ramai. Tidak hanya kerabat Seunghyun, dokter serta beberapa pekerja di rumah sakit ikut berada disana.

Song Minho, orang yang pertama kali mengetahui bahwa sosok yang sudah ia anggap sebagai saudara meninggal dunia kini terduduk lemas di sofa. Sepasang matanya menatap sendu para dokter dan perawat yang mulai menutup tubuh Seunghyun dengan kain putih.

"Paman Minho!" Minho menoleh, mendapati Jaehyuk yang baru saja tiba.

Lelaki bermarga Yoon itu lantas menghampiri Minho. Akan tetapi pandangan matanya tak sengaja melirik wajah Seunghyun yang dalam satu detik kemudian ditutup oleh kain.

"Ayah..." gumam Jaehyuk.

Hati Jaehyuk seperti terhantam benda keras kala melihat sang ayah yang sudah tak lagi bernyawa. Kedua kakinya pun melemas, hampir saja ia terjatuh andai saja ia tidak langsung berpegangan pada dinding.

Pelan-pelan, Jaehyuk menghampiri Minho, lalu menghempaskan dirinya tepat di samping pria yang lebih dewasa.

"Bagaimana bisa?" lirih Jaehyuk tanpa melepas pandangannya dari sosok dibalik kain putih.

"Saya juga tidak tahu. Saat saya datang kesini... Seunghyun sudah tak bernyawa," jawab Minho.

"Dia... saya menemukan dia terbaring tanpa alat medis yang menempel di tubuhnya. Ditambah lagi wajahnya ditutupi bantal," lanjut Minho.

Jaehyuk menunduk, mengusap kasar wajahnya. Dalam hatinya, Jaehyuk merutuki dirinya sendiri yang sempat menunda agenda jenguknya. Jaehyuk merutuki dirinya yang lebih dulu pergi ke perusahaan untuk menyelesaikan sesuatu yang masih bisa ia kerjakan besok.

"Ada seseorang yang membunuh Seunghyun. Orang itu benar-benar cerdik, dia bahkan sudah mensabotase CCTV rumah sakit terlebih dahulu sebelum melancarkan aksinya. Pihak rumah sakit tidak bisa melacak siapa orang datang menjenguk Seunghyun sebelum saya," terang Minho lagi.

Sial bagi Minho, ternyata orang yang membunuh Seunghyun telah menyiapkan rencana yang sangat matang. Sejak pagi sebelum jam tujuh, rekaman CCTV di seluruh rumah sakit ini sudah tak lagi berfungsi.

Kerusakan CCTV ternyata baru disadari oleh pihak rumah sakit setelah tiga jam. Selama tiga jam itulah ternyata pembunuh Seunghyun beraksi. Dia berhasil melarikan diri tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Bahkan bantal serta semua alat medis yang dilepas dari tubuh Seunghyun diberi tinta berwarna hitam. Menjadikan semua benda yang seharusnya bisa membantu melacak sang pembunuh dengan sidik jari menjadi tak ada lagi gunanya.

"Apa selama ini ayah punya musuh besar yang terus memantau dia?" tanya Jaehyuk.

Minho menggelengkan kepala. "Tidak mungkin ada. Seunghyun baru menunjukan dirinya sebagai pemimpin saat pesta itu. Selama ini dia tidak pernah memperlihatkan dirinya pada siapa-siapa. Informasi tentang dia pun tidak ada dimanapun juga," terang Minho.

Jaehyuk semakin bingung. Siapa orang yang berani membunuh ayahnya kalau ternyata Seunghyun tidak memiliki musuh bisnis?

"Jaehyuk," Jaehyuk menoleh ketika Minho memanggilnya, "Dimana Haruto? Apa dia di mansion bersama Junkyu dan Yoshi?" tanya Minho.

Anggukan Jaehyuk berikan, disusul dengan kata-katanya sebagai jawaban. "Sebelum berangkat aku masih melihat mereka disana," jawabnya.

Usai mendengar jawaban Jaehyuk, Minho pun menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghelanya.

Bila Haruto, Yoshi dan Junkyu ada di mansion, itu berarti bukan mereka yang membunuh Seunghyun. Memang terdengar aneh bila Minho mencurigai anak-anak didik Seunghyun, tapi bukan tidak mungkin bila salah satu dari mereka lah yang mengakhiri nyawa Seunghyun.

Eagle and MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang