29

383 44 1
                                    


Dihadapkan dengan dua orang yang sama-sama menodongkan pistol ke arahnya membuat Junmyeon tak dapat berlari lagi. Pria dewasa itu hanya bisa diam di tempat, menatap dua orang yang sudah ia duga akan menjadi musuhnya.

"Jadi ternyata benar... Kalian berdua orang-orang yang dimaksud oleh Junkyu," ucap Junmyeon, berusaha setenang mungkin.

"Kalian berdua bekerjasama dengan para kelompok bersenjata itu, kan? Apa yang kalian mau?" tanya Junmyeon seraya menatap Junghwan dan Haruto secara bergantian.

"Nyawamu," balas Haruto.

Mendengar itu, Junmyeon pun terkekeh pelan. "Nyawa saya? memang apa yang akan kau dapatkan setelah membunuh saya, Park Haru?" balas Junmyeon.

"Kau berharap bisa memiliki HEON group? Hahaha, bodoh. Kalau kau lupa, perusahaan itu sekarang menjadi milik Junkyu. Kalau kau ingin memilikinya dengan cara kotor ini, sebaiknya tangkap Junkyu dan paksa Junkyu memindahkan hak kepemilikan HEON," lanjut Junmyeon dengan nada bicara yang lebih tinggi.

Genggaman tangan Haruto pada senjatanya semakin mengerat saat mendengar perkataan Junmyeon. Pria Kim itu telah berhasil membuat kebencian yang ia rasakan semakin besar.

"Sayangnya saya tidak peduli dengan semua hartamu, Kim Junmyeon," balas Haruto.

"Saya hanya ingin membalas semua perbuatan yang anda lakukan pada seluruh keluarga saya yang anda bunuh 10 tahun yang lalu. Saya datang kesini untuk mengantar anda ke tempat dimana ayah saya berada sekarang," ujar Haruto.

Dahi Junmyeon berkerut bingung ketika mendengar kata-kata Haruto. Tetapi beberapa saat kemudian Junmyeon terbelalak karena menyadari apa yang dimaksud oleh Haruto.

10 tahun yang lalu.

Tahun dimana ia kehilangan istri serta membunuh seluruh keluarga Watanabe.

Menyadari semua itu membuat satu buah nama terpintas dalam benak Haruto.

"Jadi kau Watanabe Haruto? putra bungsu Watanabe Ryota," tanya Junmyeon.

Haruto menarik ke atas sebelah ujung bibirnya. Tidak ia sangka Kim Junmyeon baru menyadari bahwa dirinya Watanabe Haruto setelah berbulan-bulan bekerja dengan pria itu.

Ah mana mungkin Junmyeon bisa mengenal wajahnya kalau pria itu saja tidak pernah melihat dirinya saat masih kecil.

"Jadi kau mau membunuh saya, Watanabe Haruto?" tanya Junmyeon.

Haruto masih setia menatap datar ke arah Junmyeon. Meski begitu, kedua matanya terlihat jelas memancarkan api amarah dan dendam yang sudah lama ia pendam.

"Menurut anda apa yang akan dilakukan oleh seorang anak kepada pembunuh keluarganya? apakah anak itu hanya tersenyum dan memaafkan perbuatan pembunuh itu?" balas Haruto.

"Pembunuh keluargamu?" Junmyeon menunduk seraya tersenyum tipis, "Ah jadi kau menyimpan dendam padaku karena saya yang sudah membunuh keluargamu? Hahaha, Watanabe Haruto... Sepertinya cerita yang kau dapat masih belum lengkap," ujar Junmyeon.

Dahi Haruto secara spontan mengkerut. Pistol di tangannya kembali ia arahkan ke arah Junmyeon.

Seakan tidak takut sama sekali, Junmyeon justru berdiri menghadap Haruto, lalu kembali menyunggingkan senyumnya.

"Kau tahu? ada satu kalimat yang berkata 'tidak akan ada asap jika tidak ada api'. Begitupun dengan apa yang sudah kulakukan pada keluargamu," ujar Junmyeon.

Pegangan Haruto pada pistolnya semakin erat disertai tatapannya yang tajam.

"Asal kau tahu, ayahmu dulu pernah bekerja di perusahaanku. Dia seorang ajudan yang sangat kupercaya, kinerjanya selalu memuaskan. Bahkan aku sudah menyiapkan sebagian harta untuk keluarga kalian karena dedikasi ayahmu yang sangat tinggi," tutur Junmyeon.

Eagle and MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang