27

401 41 0
                                        



Setetes air mata yang mengalir dari mata Junkyu telah sampai di dagu, menunggu beberapa detik hingga cairan bening itu jatuh.

"Agassi, anda baik-baik saja?" Suara husky milik Haruto terdengar. Saat itu juga, Junkyu memalingkan pandangannya, lalu memejamkan mata.

"Aku baik-baik saja," ucap Junkyu, sedikit terengah-engah.

Merasa kondisi Junkyu mulai tidak stabil membuat Jeongwoo bergegas meraih tangan Junkyu. "Kita pulang sekarang ya. agassi? Kondisi anda sudah mulai tidak stabil," ucap Jeongwoo.

Junkyu tak menolak. Ia mengikuti tarikan Jeongwoo, lalu membiarkan pria Park itu merangkul pundaknya dan membawanya pergi dari Bar. Jeongwoo tidak peduli dengan Haruto yang masih tertinggal di depan meja bar bersama bartender bernama Lucy.

Hela nafas berat mengudara dari mulut Haruto. Segera Haruto tolehkan pandangannya pada Lucy, kemudian mengeluarkan dompet dari saku jas-nya.

"Tidak perlu, tuan. Kim-agassi sudah membayar semuanya," ucap Lucy, membuat gerak tangan Haruto terhenti.

Mendengar itu, Haruto pun memasukan kembali dompetnya lalu membungkukan badan. "Terimakasih. Kalau begitu saya pergi susul agassi," ucapnya.

Lucy mengangguk. Ditatapnya punggung lebar milik Haruto yang mulai menjauh sampai akhirnya menghilang ditelan pintu.

"Dia mirip sekali dengan Watanabe Haruto..." gumam Lucy.

Wanita paruh baya itu menunduk, menatap bingung pada gelas mocktail yang dipesan Junkyu.

Sungguh tak Lucy sangka bahwa Watanabe Haruto, keponakannya, adalah anak laki-laki yang telah menolong Junkyu. Dimana notabane-nya Haruto adalah putra dari orang yang telah menculik Junkyu serta menyiksanya.

Perasaan Lucy semakin tak tenang, terlebih lagi ketika ia merasa bahwa salah satu pria yang menjadi pengawal Junkyu mirip dengan wajah keponakannya. Dan reaksi Junkyu ketika melihat pria itu, Lucy tak dapat menebak apa-apa.




~oOo~





Perjalanan pulang dari Bar terasa cukup lama bagi Junkyu. Selama perjalanan, tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Junkyu hanya menatap kosong ke arah luar jendela, mengabaikan tatapan dua pria yang senantiasa menjaganya.

Tidak, tepatnya ada satu di antara mereka yang akan menjadi ancaman untuknya.

"Kita sudah sampai," ucap Haruto, selaku orang yang menyetir mobil.

Jeongwoo bergerak cepat turun dari mobil, kemudian membukakan pintu untuk Junkyu keluar. Saat pintu itu terbuka, Jeongwoo menemukan Junkyu menundukan kepala.

"Agassi, mari..." ajak Jeongwoo seraya mengulurkan pergelangan tangannya.

Junkyu mendongak, kemudian menoleh ke arah Jeongwoo. Disaat yang bersamaan, Haruto berdiri di belakang Jeongwoo. Tatapan keduanya pun bertemu pandang.

Merasa tatapan Junkyu tidak tertuju padanya membuat Jeongwoo mengikuti arah pandang Junkyu. Dahi Jeongwoo lantas berkerut usai melihat Haruto berdiri di belakangnya.

Eagle and MarigoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang