Malam dimana jarum jam sedang menunjuk ke angka 7, Haruto terbangun dari tidurnya. Pusing dan pegal-pegal ia rasakan sebagai akibat karena terlalu lama tidur siang.
Dengan mata yang masih setengah terpejam, Haruto bergerak turun dari ranjang. Pria yang telah menginjak usia 25 tahun itu bergegas mengambil handuk yang tergantung, lalu membawa dirinya menuju kamar mandi.
Setelah kurang lebih 15 menit berlalu, Haruto telah siap dengan penampilan yang lebih segar. Rambut hitamnya yang masih sedikit basah ia biarkan begitu saja.
Gaya pakaiannya setiap malam tidak pernah berubah, yaitu kaus tanpa lengan serta bawahan berupa celana sepanjang lutut. Terdengar sederhana memang, tapi ketahuilah hanya dengan pakaian seperti itu tak sedikit orang yang tertarik pada Haruto.
Pesona sang pembunuh dengan sebutan eagle ini tak bisa diremehkan.
Di rumah ini, tempat ia tinggal bersama 'saudara-saudara'nya, Haruto tak pernah mengenal jam makan malam. Mereka dibebaskan oleh sang 'ayah' untuk makan malam jam berapapun.
Karena didikan yang seperti itu, mereka pun tak pernah menunggu satu sama lain jika sudah lapar. Pengecualian untuk Asahi, dimana pria yang setahun lebih dewasa dari Haruto itu terkadang makan malam bersama Haruto.
Saat dalam perjalanan menuju ruang makan, Haruto melewati ruangan biasa dimana saudara-saudaranya berkumpul. Disana ia sudah melihat Jaehyuk yang sibuk menghitung huang, kemudian Samuel yang masih sibuk dengan komputer miliknya.
"Kalian sudah makan?" Haruto mencairkan suasana yang sangat sepi itu dengan pertanyaan basa-basi.
"Sudah, dan jangan banyak tanya lagi, kalau kau mau makan, langsung saja ke ruang makan. Aku sedang fokus menghitung uang," ucap Jaehyuk, pria yang tergila-gila dengan uang.
Sementara Samuel, sosok yang paling muda di rumah ini, hanya memberikan gestur jari jempol sebagai jawaban kalau dirinya sudah makan.
Sebelum melangkah lebih jauh menuju ruang makan, sebuah ide terbesit di pikiran Haruto. Langkah kakinya sengaja ia bawa sedikit mendekat ke arah Jaehyuk.
Ketika sudah berada tepat di samping meja, Haruto pun menyenggol kaki meja tersebut sehingga uang-uang yang sudah Jaehyuk susun menjadi berantakan.
"Yak bajingan!" bentak Jaehyuk.
Haruto hanya tersenyum kecil usai menjahili Jaehyuk. Tanpa berniat untuk bertanggung jawab, Haruto pergi darisana menuju ruang makan.
Detik-detik sebelum sampai disana, Haruto mendengar bunyi denting sendok. Haruto bukanlah seorang yang percaya dengan hantu, karena itu tidak ada rasa takut sama sekali saat mendengar suara denting sendok itu.
Lagipula Haruto sudah menebak siapa yang ada di dalam ruang makan sekarang.
"Kau tidak mau menungguku?"
Di dalam ruang makan, Asahi yang sedang memotong potongan steak miliknya lantas mendongak saat mendengar suara Haruto.
"Kau masih tidur tadi," jawab Asahi, kemudian kembali melanjutkan acara makannya, mengabaikan Haruto yang sedang menarik kursi di hadapannya, lalu menduduki kursi tersebut.
"Kenapa tidak membangunkanku? Bukankah kau biasa seperti itu?" tanya Haruto.
Aktivitas Asahi kembali terjeda. Pria berdarah Jepang itu lantas mengarahkan iris Obsidiannya ke depan.
"Aku tidak tega. Kau sepertinya sangat kelelahan dengan pekerjaan barumu," ucap Asahi sebelum ia kembali melanjutkan aktivitasnya.
"Ya, menjadi pengawal pribadi Kim Junkyu memang cukup melelahkan. Dia memang tidak banyak bicara, tapi aktivitasnya dalam sehari lumayan banyak," jelas Haruto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eagle and Marigold
Fanfiction[Cerita ini merupakan remake dari book THE EAGLE. Seluruh konflik sama, tetapi sebagian besar tokoh berubah) Eagle merupakan julukan untuk seorang pembunuh bayaran profesional bernama Watanabe Haruto. Terlahir dari keluarga bahagia, Haruto menjadi...