Bab 12 : Kalah, bukan salah

108 22 23
                                    

Sejumlah mantan pelajar yang baru melepas masa SMA berkumpul bersama, Bintang dan kawan-kawannya. Melihat sebagian besar dari mereka kehilangan setengah kesadaran bukan menjadi hal baru.

Keadaan makin kacau ketika sejumlah pemuda dengan tampilan bak preman berusaha menarik Bintang menjauh, hingga menimbulkan kericuhan di antara mereka.

"Mau pergi sekarang apa gua hajar?" ancam Bintang menyiapkan bogeman di depan mata.

Harun menggeleng-gelengkan kepala. Salah sudah berpikir positif mengenai teman seangkatan itu, nyatanya, Bintang belum pernah berubah.

Selanjutnya, ia baru dikejutkan menyadari keberadaan seorang gadis guna mata jelinya, beralih menepuk punggung Zero keras. Pemuda itu kesal mendesis tajam.

"Apa sih?!"

"Lah iya, itu Mel bukannya?" Rupanya suara bisikan Harun yang sekecil bunyi tikus itu sampai di kuping Nadi yang berada di depan Zero.

Nadi mengikuti arah pandang kedua temannya itu. Selagi yang diperhatikan tidak melihat ia betah terdiam mengamati sosok gadis cantik dengan rambut terurai panjang.

Aneh, sebab tidak biasanya dia hanya mengenakan setelan outfit sederhana, celana selutut, kaos dipadukan kemeja. Tanpa sadar dua sudut bibirnya tertarik menahan debaran asing.

"Cantik ya, kalau di luar."

"Sembarang! Doi mah dari lahir emang cantik!" seru Zero bersemangat. Harun mendecih sarkas.

"Naksir ya lo."

"Bukan gue," kata Zero lalu melirik Nadi sekilas sambil mengedipkan sebelah mata jelas apa maksudnya. Harun diam-diam langsung membungkam mulut menahan tawa.

"APA-APAAN LO!"

"MINGGIR!"

"GUA CUMA MAU NGOMONG SAMA DIA!" sentak seorang pria, tampilannya mirip seperti preman tadi. Nyatanya, bukan.

"Yhaah, dia nyari perkara lagi," bisik Harun.

Genggaman tangannya mengerat, mengantisipasi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Bisa saja nanti Nadi yang harus maju mendampingi. Helaan napas sampai pada Harun menjelaskan bahwa keduanya sangat mengenal Bintang.

"Dia nyuruh kita ke sini cuma buat lihat dia nantangin tu preman?" timbrung Zero, yang notabenenya tak tau apa-apa.

Sambil memutar ingatan kilas balik Nadi berjalan maju ke depan. "Awasi Bintang, kalau sampai dia berantem lagi. Nggak akan ada uang jajan buat anak itu."

"Saya udah capek ngomong sama dia. Jadi tolong." Begitu sampai ia mencengkram tangan Bintang mengancamnya melempar tatapan tajam.

"Apaan sih! Bego!"

Prang!

"Bentar. Biar dia gue yang urus."

Benda itu kandas di permukaan padat beraspal dan kian mengundang tatapan amarah dari orang-orang. Lagi-lagi ia tetap harus bersabar, Nadi mulai memunguti percahan kaca yang berserakan.

Pria berambut gondrong itu menjauh ketika melihat Nadi dan teman-temannya. Mungkin mengira Bintang membawa banyak backingan lain.

"Dia punya urusan sama kita," bisik salah satunya sebelum pergi. Ada masalah apa sebenarnya? Alis Nadi terangkat maju mendekati Bintang.

Sementara adiknya itu hanya menjadi penonton. Lalu beberapa kelompok pemuda yang menciptakan kerusuhan satu persatu pergi. Kini hanya tersisa Harun, Zero, Nadi, Bintang, dan teman-temannya.

Nadi dan Tuan Putrinya [c𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang