Bab 31 : Denting harmoni

79 14 16
                                    

~Mama~

Aku mau ke sana. Boleh?

Udah Nad, kamu nggak perlu datang ke sini kok. Lagian Mama sekarang udah nggak papa.

~~~~

Nadi memijat pelipisnya selama proses pembelajaran berlangsung. Alhasil fokusnya lari ke mana-mana, untungnya ia tetap bisa mengawasi Mel dari kejauhan. Sesekali mengirimkan pesan kepada Leo sekedar menanyakan kabarnya dan tentunya, bertanya mengenai kabar gadis itu.

Beberapa waktu lalu mengikuti ke mana si gadis pergi hanya untuk mengetahui di mana kelasnya. Leon mengatakan sering melihat Mel diikuti seseorang awalnya berpikir mereka lah pelaku yang menyakitinya.

Jauh dari perkiraan. Ayahnya sendiri akar masalah dari segala masalah. Nadi bangkit mengangkat tasnya pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan teman-teman lebih dulu.

"Guys. Udah mau pulang lo pada?"

"Iya nih. Lo mau pulang sama siapa? Tinggal bilang," ucap Harun memamerkan Sanja dan dirinya, mengabaikan Zero.

"Gue-"

"Nyokap lo gimana, udah ngubungin belom? Nggak papa dia?" tanya Zero tiba-tiba khawatir.

"Udah. Katanya nggak papa."

"Loh, ada apa emang?" tanya Harun.

"Iya kata nenek gue mereka bertengkar. Tapi Mama bilang mereka semua udah nggak papa." Nadi terlihat enggan terlalu banyak menanggapi. Seperti mulai mendengarkan nasihat dari ayah ia memilih tak mau terlalu ikut campur urusan ibunya. "Udah nawarin buat tinggal serumah, gue mau ngawasin Mama tapi beliau menolak. Ya gue nggak bisa maksa."

"Kok gue jadi khawatir ya," celutuk Zero.

"Ck, halah udah biarin aja, Nad. Lagian nyokap lo juga yang ngotot amat nikah sama tu cowok dan tinggal sama dia. Jadi ya kalau ada apa-apa resiko nggak sih?" kata Harun.

Plak!

"Yaelah ngemeng doang lo gampang. Kalau dia punya alasan makanya nggak mau pisah, gimana?" komentar Zero.

"Ya gimane sih? Alasan apa coba? Kalau butuh uang juga tinggal minta anaknya kan bisa."

Menatap Zero dan Harun berdebat Sanja di tengah-tengah memisahkan dua bocah tersebut sudah terlalu muak. "Woi! Udah ngapa si. Lo berdebat juga nggak bakal selesai itu masalah," tegur Sanja mewakilkan Nadi.

"Udah, guys. Lebih baik sekarang fokus ke Mel dulu. Gua takut dia gimana-gimana karena kejadian semalem. Gue harus cariin dia," kata Nadi.

"Nah! Bener tuh mending lo ngurusin Mel. Pasti dia butuh seseorang di sampingnya." Harun mengacungkan jari menyetujui. Nadi melangkah cepat tampak terburu-buru hingga yang di belakang nyaris kehilangan jejak.

Ekspresi wajah lelaki itu menyiratkan kekhawatirkan mendalam pada si gadis. Terbukti dari caranya memutus obrolan sangat cepat agar lekas menghampiri perempuan yang berdiri di ujung sana.

"Tawa dong lo. Capek nih gue ngelawak." Nyerocos Harun di sebelahnya, diisinis oleh Sanja.

"Mela!" Gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Ia terpaku memandang sosok yang baru menanggil.

Agak aneh menurutnya, karena biasanya. Dialah yang selalu berusaha menciptakan jarak di antara mereka. Berbeda dengan kali ini di mana lelaki itu berlari kecil setelah menanggil. "Lo nggak papa?" tanyanya setelah menyadari kehadiran sosok lain di samping Mel.

Biar baru tadi bertukar pesan dengan Nadi. Leo menghela napas takut dikira macam-macam mengingat dirinya memang bagian dari orang-orang yang suka membuntuti Mel berdasarkan perintah. Niat baiknya hanya ingin menghibur Mel yang kelihatan murung.

Nadi dan Tuan Putrinya [c𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang