Bab 2 : Insiden kebakaran

653 71 60
                                    

Perkenalan, Amelea Glenncia Ravvaronawa. Mantan anak MIPA yang baru lulus dari SMA impiannya. Sangat beruntung mengingat perjuangan kabur dari rumah bukannya hal mudah.

Mulai suka membangkang di usia lima belas tahun. Tetapi yang orang-orang tau dulu, Mel adalah anak perempuan yang cupu.

Suka memakai kacamata minus dan rambut terkuncir di jaman SMP menjadi daya tarik tersendiri. Sehingga banyak sekali cowok jamet yang mendekati.

Kalau teringat rasanya ia ingin ke laut saja saking malunya, tetapi ada satu pria yang tidak jauh berbeda sebenarnya. Tapi seingatnya berhasil memenangkan hati gadis cupu tersebut.

Dan lucunya kemarin mereka sempat bertemu, namun kalau dipikir-pikir sifat cowok itu berubah aneh. Maksudnya dulu, yakin tidak begitu. Selain, perubahan gaya rambut yang suka dikesampingkan memberi kesan dewasa.

Ia berbaring tersenyum mengingat masa lalu. Namun bibirnya tiba-tiba menekuk kembali ingat satu hal lain membuyarkan segala kenangan manis.

"B-berarti cowok itu?"

.

.  .

Jika orang lain piknik di cerah siang hari. Namun berbeda dengan dua gadis SMA yang sebentar lagi akan melepas masa remajanya malah menikmati suasana malam sembari menghabiskan makanan di depan rumah.

Mel sengaja mengajak Jessica bermaksud menjadi penjaga, jaga-jaga jangan sampai kelepasan. Jika ayahnya tau Mel pergi ke rumah laki-laki habis sudah ia.

Untungnya Jessica juga mengenal baik lelaki incarannya yakni, Bintang. Akan datang beberapa menit lagi selagi mereka sibuk ngobrol ke topik lebih privasi lagi.

"Jadi gimana? Masa lo masih suka mantan?" Anggap saja kuping Mel budek. Sehingga tak perlu menanggapi ocehan Jessica. Selalu mengotori isi kepalanya nyaris di setiap pertemuan.

"Kalau emang masih cinta ngapain, dilepasin coba?" Di sini Jessica berbicara menyudutkan Mel terus.

"Bodo ah! Lo ngebahas itu mulu dah." Mel menyempatkan untuk protes biarpun mulutnya penuh.

"Coba, inget deh hal-hal indah yang pernah lo berdua jalanin bareng." Jessica yang notabene-nya tidak mengenal mantan pacarnya. Bicara seolah-olah dia tau segalanya.

"Menurut gue mendingan mantan ke mana-mana!" Ia tidak mengerti mengapa Jessica selalu membandingkan mantannya dan Bintang.

Baiklah...?

.  .

.  .  .

"Kok cepet banget jalannya, yang." Dengan segenap jiwa raganya. Gadis dengan kunciran kuda itu menahan perasaan gedek setengah mati melihat sang lelaki terus meminta untuk dibalas cintanya. Bukankah mereka sudah resmi? Sebucin itu kah sampai harus menyatakan cinta berulang kali.

Pakai membawa setangkai bunga melati segala di genggamannya. Terpaut jauh jarak usia tak membuat keduanya terlihat berbeda. Keduanya kekanak-kanakan dan warnanya ceria.

Genggaman sebelah tangan sang lelaki mengunci tak membiarkan untuk kabur. "Alay banget sih kamu! Nyesel banget gue nerima lo. Udah kunciran kek jamet lagi!"

Mulutnya pria itu seketika cemberut melepaskan kuncirannya. Padahal menurut Mel dia jauh lebih tampan tanpa kunciran bodoh, membuat poninya jatuh dan terkesan sangat menggemaskan.

Niatnya sih ingin keliahatan keren dan gaul. Nyatanya di depan ayang malah justru sebaliknya, kekasihnya ditertawakan oleh teman-teman sekelas, maupun anak dari kelas lain.

"Padahal aku bela-belain jemput kamu loh," sungutnya lalu menunjuk ke arah motor vespa.

"Yaa, lagian kamu sih! Jelek banget pake kunciran segala, makin jelek tauuk. Gantengan juga gini nih, kayak biasa aja kenapa sih?!" Kelihatannya cowok itu malah mau mewek mukanya diuyel-uyel.

Nadi dan Tuan Putrinya [c𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang