Bab 38 : Separuh miliknya.

116 13 32
                                    

Sehabis digelarnya resepsi pernikahan dan foto bersama pengantin. Semuanya kembali ke rumah masing-masing sementara Mel dan Nadi sendiri tidak langsung pulang bermalam untuk semalam di salah satu hotel.

Ketimbang memikirkan di mana keberadaan orang tuanya yang tidak memedulikannya. Sepertinya harus merilekskan otot dan pikiran terlebih dahulu.

Mel langsung merebahkan diri sebentar seluruh bagian badannya terasa pegal-pegal setelah seharian lelah beraktivitas. Bangkit lagi melirik jam dinding sembari menunggu Nadi selesai menggunakan bilik kamar mandi.

"Kakak! Cepetan ah, udah ngantuk akunya." Suara gemericik air dari dalam mendominasi. Namun makhluk di sana tidak sama sekali berniat menyahut sepertinya.

Tetapi sebenarnya Mel tidak begitu mengharapkan respon berarti karena sudah cukup mengenal cowok itu sejauh ini. Perlahan-lahan kelopak matanya merapat bersama bunyi decitan pintu. Giliran nyaris kehilangan kesadaran baru dia muncul.

Nadi berdiri menutup pintu perlahan takut menganggu Tuan Putri tertidur membelakangi. Wajar saja gadis itu tepar di atas kasur setelah seharian mengikutinya. Sebuah senyuman hangat tertarik sempurna. Masih dalam keadaan basah menghampiri Mel lalu mengusap dari pucuk kepala ke ujung rambut.

Manusia yang dimanja menekuk, tiba-tiba saja empunya memutar kepala bak kilat bertemu dengan sepasang mata sama terkejutnya. Jarak terlalu dekat namun dalam waktu yang lama, betah saling mengagumi keindahan.

"Tempat yang pengen banget lo kunjungi sekarang?" tanyanya setelah menelan ludah sendiri demi mengalihkan pikiran macam-macam mengotori otak.

"Kamu nanyeakk?" girangnya, entah kenapa jadi senang bila ada yang bertanya. Apalagi itu suaminya, menjadi kesenangan sendiri bisa menggoda.

"Serius." Mukanya mulai kusut meskipun sudah mandi Mel jadi tidak tega.

"Nggak tauu, mungkin... Swiss," cicitnya bingung. Tatapan Nadi menyelidik sepertinya kalau ditanya taman bermain mana yang paling bagus di dunia dia akan tau.

"Kenapa?" Wajah Nadi keliahatan sewot.

"Maksudnya? Aku nggak punya alasannya sih," jawabnya asal-asalan. Ya taulah alasan sebenarnya mengapa ia ingin pergi ke sana. Alasan utama, tentu Jessica.

"Lisa suka ngajak berlibur ke sana dulu." Nadi memperhatikan Mel berubah sendu. Apa ada yang salah dari kata-katanya? Ah seharusnya jangan sebut nama. "Nggak penting. Udah berlalu."

"Bagus ya di sana? Aku suka vc sama temen aku, beneran indah banget tau." Senyuman Mel mengembang kembali. Si lawan bicara dibuat nyaman bicara dengannya.

"Kita ke sana ya? Honeymoon, tabungan aku juga masih banyak," bisiknya bersambong hati. Menikmati jerit payah kerja rodi, ya walaupun pada kenyataannya, tabungan sejak kecil diberikan ayahnya, adalah angka terbanyak.

"Sekarang?" Lagi-lagi bertingkah sepolos itu. Nadi menahan tawa jadinya sementara kilatan matanya terlalu menggemaskan.

"Besok langsung mulai perjalanan."

"Hum, serius? Oke deh, asal sama kamu." Sadar suaminya sangat tampan bertelanjang dada.

Sekian lama beradu padang dalam keheningan Mel tak segan duluan menarik kepala sang lelaki, lalu mendalami sebuah ciuman santai dan tenang.

Bunyi lidah dan bibir saling mengambil peran bermain bersama-sama. Aroma harum sabun mandi cowok itu menyeruak semakin merangsang.

Belum ada sepatah katapun yang keluar sejauh ini mereka hanya fokus menikmati. Nadi tak kuasa menahan hasratnya lantas menaikkan kedua kaki ke atas ranjang dengan napas luar biasa liar tanpa melepaskan ciuman.

Nadi dan Tuan Putrinya [c𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang