Bab 55 : Sakitmu, sakitku

180 13 28
                                    

Tadi malam acara dihentikan sebelum jam seharusnya. Beberapa tamu khususnya kaum perempuan datang bergerombolan namun tetap minimalisir ketegangan serta suara obrolan mereka.

Yoana mengusap matanya menatap gadis yang terbaring dengan wajah pucat. Selain kaum hawa ada pula Nadi yang berdiri tegap memandang lurus dan tak sedikitpun punya niat berpaling.

Jordan baru datang menepuk pundak istrinya diikuti Leon yang membawa kresek hitam menambah suasana cemas di ruangan. "Pendarahan serius ya?" Yoana memukul lengan suaminya mengisyaratkan untuk diam dulu.

Di sebelahnya wajah Leon tampak kentara sekali bersedih begitu sulit disembunyikan. Mungkin beberapa orang akan mengira Leon lah suami Mel mengingat lelaki itu selalu ada di samping Mel.

Jika dibandingkan dirinya yang hanya menunjukkan ekspresi datar meskipun matanya kesulitan berbohong. Ia berpikir Mel pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik.

Si gadis malang melebarkan mata lemah lanjut memandang ke sekeliling. Langsung menemukan Yoana, Jordan, Aini, dan terakhir Leon."Aku... aku pasti cuman haid kok-" Kaum wanita heran, sampai di sini gadis polos itu masih belum paham?

"Sayang...," tegur Yoana merasakan persis bagaimana rasanya di posisi menantunya. Ia mengelus surai lembutnya menayangkan anak polos ini.

"Tadi dokter datang dan bilang kalau kamu-" Nadi melemparkan tatapan tajam pada saudaranya, sehingga tak berani lagi bersuara.

Sementara perempuan itu masih menanti penjelasan yang sempat tertunda. Ia kembali melebarkan mata memandang dua persaudaraan itu gantian. "Kenapa berhenti? Ngomong aja! Cepetan ngomong!" jerit Mel tak kuasa.

Ia memakai kedua tangannya menggoyangkan lengan Leon sambil merengek di hadapan semua orang. Suasana di ruangan tersebut begitu sendu dan kelabu.

Hatinya bagai terkoyak tak lantas mendapat respon. Ketika Mel sendiri dilanda kecemasan berlebihan sampai mengeluarkan keringat dengan napas pendek.

"Kasih tau aja," bujuk Jordan tak sanggup. Yoana mengangguk berat hati.

"Dokter bilang, ka-kamu keguguran sayang." Putus lah segala harapan tentang nama-nama masa depan yang terlintas di kepalanya untuk sang anak.

Pandangannya tiba-tiba saja memburam tak bisa melihat jelas ekspresi dari wajah mereka. Perlahan bibirnya bergetar, pandangannya kosong.

Yoana menegang bahunya mencoba menguatkan. Tangisannya terdengar lirih menggema di seluruh penjuru ruangan. Ia meremat perutnya mendadak marah diiringi tangis memilukan.

Mengundang puluhan pasang mata meneteskan air mata. khususnya adalah kaum wanita, merasakan sakit yang sama. Leon menggenggam tangan lemah Mel, dia berusaha menyakiti diri, menarik rambut yang mulai memanjang.

Diam-diam seseorang yang tidak terlalu dianggap ada karena banyak terdiam. Nadi memerhatikan dan menangkap segalanya dalam bentuk memori.

Memejamkan mata sesaat berharap apa yang terjadi hanyalah sekedar mimpi. Namun kenyataan justru menampar keras menyadarkan bertapa kejamnya perlakuan Nadi malam hari ini.

Walaupun mungkin saja bisa jadi bukan salahnya. Kini ia mengklaim bahwa semuanya adalah kesalahannya. Sebagai suami, kedua kalinya Nadi gagal menjaga anak, dan sang istri.

Nadi mengusap perih matanya sekali kemudian melangkah meninggalkan ruangan. Melewati kaum wanita yang kebanyakan adalah seorang ibu-ibu sedikitnya, adalah orang dewasa ataupun gadis remaja.

Tiba-tiba Casey dateng menepuk bahunya menatap heran. "Kok lo udah keluar aja, Nad?" Pertanyaan tadi jelas menusuk mengingat banyak yang menjaga Mel di dalam. Kepalanya menggeleng.

Nadi dan Tuan Putrinya [c𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang