Bab 17 : Jadi dia

79 21 28
                                    

Warning : 🔞⚠️

"Eh, itu Nadi?" Sama terkejutnya Casey. Pandangan mengikuti.

Bersumpah tidak menyangka akan kejadian. Dua remaja itu menganga lebar mengamati. "Nadi ngapain sih ngeliatin gue kaya gitu?" Mel sedikit menundukkan kepala ketika berbicara. "Ih, malu tauu."

"Yhahahaha, salting. Naksir kali dia," goda Casey. Tak heran memang tipe gadis yang suka jadi makcomblang sekalipun itu adalah sahabatnya dan pria yang ia kagumi.

"Ya, ya nggak mungkin lah," balas Mel setelah sesaat berpikir.

"Hahaha ya iya juga ya, gue juga nggak bakal rela dia naksir sama lo kali," katanya, dialog tulus dari dalam hati.

Memperhatikan pria yang mengarahkan pandangan ke bawah di saat dirinya berada di lantai atas dari bangunan itu. Mana lihatnya tanpa dosa lagi, santai banget. Menyaksikan pemandangan yang sulit untuk dilewatkan.

"Ih, mana dia cuma pake handuk lagi," bisik Mel mengadu pada Casey.

"Lah, kita? Cuma pake bikini," balasnya tertawa keras
sementara Mel memaku, nyaris kehilangan suara lelah dipancing tertawa. Tapi bukannya rasanya tidak lucu? Ia sangat tak nyaman terus-terusan digoda, apalagi dia....

"Nah tu, tuh. Haaa, dia ngeliatin gue teruss." Ingin bersembunyi di belakang badan Casey pun percuma saja. Gadis itu malah mendorongnya lagi agar jauh-jauh.

"Iya, ya. Mana mukanya jadi kayak predator gitu lagi." Manggut-manggut saja Casey ikut berkomentar.

"Kan??" Mengingat tatapannya matanya selalu menampilkan rupa yang sama. Keduanya baru ingin menghanguskan segala prasangka buruk.

"Nah, udah tuh. Dia nggak ngelihatin lagi." Bernapas lega bersamaan keduanya akhirnya.

"Lah iya, malahan dia yang kita betah ngelihatin dia sekarang. Ahahahaha! Aciee, lo suka kan ngeliat dia? Ih, ngaku aja lagi Mel," sindir Casey.

Pasalnya, gadis itu nampak belum berniat melepaskan pandang dari objek bergerak tadi. Sengaja memanas-manaskan guna melihat reaksinya. Mana Mel sungguhan malu sampai menutup matanya dengan kedua tangan.

~~~~

Menyamping badannya mulai bosan menikmati pemandangan luar lewat jendela. Berniat melanjutkan niat awalnya, kemudian bangkit berdiri turun ke bawah untuk berbilas ke shower dekat taman sebab, kebetulan air keran di kamar tamu mati.

Kebetulan yang membawa kesempatan emas. Di perjalanan sempat melihat Zero sedang menyalakan speaker dan microphone taman belakang jadikan sebagai ruang karaoke dadakan.

"Nad! Mau ngapain?"

"Bilas."

"Bah, jauh bener bilas."

Ya bagaimana lagi? Mana mungkin ia minjam kamar mandi Casey orangnya saja sibuk. Mendadak kakinya terdiam saat jarak antara dirinya dengan shower sudah dekat. Berada di depan matanya persis, melangkah sejauh ini bagaimana bisa ia ragu?

Di otaknya seakan-akan muncul dua pilihan, antara pergi atau malah membiarkan rambutnya lengket karena shampoo yang digunakan belum tersapu betul oleh air.

Menghela napas berat tak mau terlalu bertele-tele, lantaran takut keduluan yang lain, mengayunkan tungkai kaki lagi menuju tempat tujuan.

Bruk!

Matanya mengerjap dua kali begitu merasakan sesuatu baru menabrak badan tingginya. Keduanya berhadapan sama-sama mengerutkan dahi tak menduga.

Perlahan tersadar sepenuhnya, baru gadis itu kalang-kabut masuk duluan karena terlanjur malu. Nadi yang masih di luar melongo beberapa saat baru mengedor pintu.

Nadi dan Tuan Putrinya [c𝘰𝘮𝘱𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang