8. Terik Eraslan

55.5K 4.8K 19
                                    

Matahari telah memuncak. Sinarnya Terpantul oleh kaca yang menyorot langsung ke kamar Restia.

Cuaca terik membuat kerongkongan Restia menjerit. Bayangan minuman dingin seolah menjadi angan-angan mustahil yang tidak bisa didapat di negeri ini.

Jangankan kulkas. Balok es saja dijual dengan harga selangit di pasaran. Dan balok es itu pun tidak bisa dikonsumsi langsung karena tujuannya untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan nelayan.

"Hah! Pingin makan es krim," gumam Restia sambil mengkibas-kibaskan tangan. Oh jangan lupakan dress yang sudah ia jingkat sampai paha.

"Apa nggak ada orang yang bisa ngelaurin sihir es kayak Elsa? Biasanya di novel fantasi kan ada sihir," keluhnya mulai merancau. Ia benar-benar belum siap menghadapi musim panas yang sepanas negeri jepang.

"Pantes aja disebut Matahari Eraslan. Musim panasnya kayak simulasi neraka!" liriknya pada halaman rumah dari lantai dua kamarnya.

"Ah... pingin es cendol Mang Jajak!" teriak Restia frustasi.

"Kapan aku bisa pulang ya?" gumamnya frustasi. Ia mengambil kertas yang berisi coretan tinta. Itu adalah coretan berisi rencana bunuh diri Restia.

Rasanya mustahil orang sehat tanpa masalah tiba-tiba ingin mati. Bukan ingin mati sih. Lebih tepatnya harus mati. Sebab Restia tidak akan bisa pulang jika belum mati.

Menunggu sesuai alur novel? Ah, entahlah, Restia tidak sabar menunggu selama itu. Apalagi dilihat dari kondisinya Livius dan Aurora belum mengerti perasaan masing-masing.

"Mana nggak ada handphone. Bosen banget!" keluh Restia lagi entah sudah keberapa kalinya. Ia menatap langit-langit dengan candeliar megah di tengahnya.

Tok tok tok

"Permisi Nona, saya membawa surat dari Nona Aurora," ucap Rowena di balik pintu.

Seketika Restia langsung bangkit. Semyumnya mengembang begitupun semangatnya. Di dunia ini tidak ada hal menyenangkan selain berkirim surat dengan female lead.

Kya! Rasanya tidak sabar!

"Masuklah," titah Restia.

Rowena mucul setelahnya. Membawa nampan berisi pisau kecil dan beberapa surat. Pisau kecil itu yang nantinya akan digunakan untuk membuka segel surat. Karena di jaman ini menulis nama di depan amplop berisi surat adalah penghinaan dan tidak mencerminkan keindahan. Itu sebabnya setiap orang dewasa memiliki cap segel yang jika ditafsirkan ke dunia nyata sama seperti tanda pengenal.

Biasanya di cap segel ada lambang keluarga. Hal itu digunakan untuk kepentingan yang mewakili keluarga. Jika hanya berkirim surat pribadi biasanya cap segel memiliki inisial nama yang dirangkai sedemikian rupa supaya bisa membedakan antara segel satu dengan lainnya.

Lambang milik Restia adalah inisial R berpadu dengan bunga lavender. Ciri khas sekaligus bunga kesukaan Restia. Sedangkan lambang milik Aurora berinisial A dengan paduan daun clover. Fyi, daun clover adalah lambang simbolis kerajaan Wisteria. Tempat Aurora berasal.

"Silahkan Nona," ucap Rowena menyerahkan pisau kecil. Dengan telaten Restia membuka segel surat Aurora. Rowena pun tampak mengawasi di belakang punggung.

"Argh!" pekik Restia ketika merasakan Ibu jarinya tersayat.

"Astaga Nona!" Rowena terlihat panik saat melihat darah di tangan Restia. Ia segera mengambil sapu tangan dan melilitkan ke jari yang terluka.

"Aku akan memanggil tabib," ucap Rowena panik sebelum beranjak keluar.

"Tunggu!" cegah Restia. Hah! Sifat posesifnya itu benar-benar sesuatu!

The Villain Want to Die (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang