24. Fraksi Penentang

35.9K 3.3K 21
                                    

Dalam pelukan malam dress tidur putih itu tampak kontras. Di bawah naungan langit bertabur bintang, Restia bersandar pada pagar balkon. Merasakan angin lembut membelai pipinya.

Bintang tampak bersinar terang. Tercetak pada sepasang manik zamrud berkelir hijau. Tidak seperti dunia nyata, bintang di sini sangat indah dengan pancaran sinarnya.

“Sebenernya hidup di sini nggak buruk juga. Kalau aja aku nggak jadi karakter antagonis yang bakal mati di ending cerita. Aku bisa hidup tenang tanpa harus mikirin biaya hidup atau cari pekerjaan.”

“Aku juga anak tunggal. Ayah nggak mungkin bagi kasih ke siapa pun kaya keseharian ku di dunia nyata yang harus berbagi kasih sama adik durhaka dan kakak laknat.”

“Bisa aja sih aku berusaha ngubah takdir. Kaya novel transmigrasi yang sering aku baca. Yang harusnya mereka mati eh dengan bekal alur novel akhirnya selamat dari maut. Malah dapat bonus pangeran ganteng lagi.”

“Tapi….” Restia bertumpu dagu dengan pijakan pagar pembatas. Memandang hamparan luas di depannya. “Entah kenapa aku nggak ada niat tinggal lebih lama di sini. Apalagi nyelamatin diri dan buat Male Lead jatuh cinta biar selamat. Idih! Amit-amit! Siapa juga yang doyan sama laki macam Livius. Udah sombong, angkuh, semaunya! Nggak ada yang bagus di diri dia. Yah, kecuali mukanya sih.”

“Hah! Mana akhir-akhir ini banyak kejadian di luar alur novel. Hah…. Capek banget mikirin kaya gini!”
Tubuhnya kembali tegak. Tatapannya kini mengarah ke langit malam. pikirannya tidak disita lagi oleh masalah dirinya melainkan masalah yang menimpa Aurora. “Sebenernya apa tujuan si pelaku? Kalau aja aku dan Livius memakan acar itu juga. Pasti kami bertiga tidak akan selamat.”

“Benar! Pertanyaannya… siapa yang berani meracuni Kaisar? Itu adalah tindak kejahatan serius. Pelakunya akan dihukum mati di depan umum.”

Tatapan Restia menyendu. Jika benar salah satu pekerja di kediaman ini melakukan hal itu. bahkan jika ia di bawah kendali seseorang sekali pun. Restia tidak bisa menolongnya.

“Hah, aku bisa menyimpulkan itu kesalahan besar. Karena siapa pun yang mengancam nyawa Kaisar pasti akan dicari sampai ketemu.”

“Tunggu! Kesalahan?”

“Ah, benar juga! Saat itu Livius kan tiba-tiba datang tanpa konfirmasi. Tentu saja ini menjadi kesalahan si pelaku karena dia tidak tahu Livius akan hadir saat itu!”

“Jadi kesimpulannya. Si pelaku hanya menargetkan ku dan Aurora!” semirik Restia mengembang. Sebuat cetusan muncul di otaknya. “Pasti ini ulah salah satu keluarga bangsawan! Mereka ingin menyingkirkan ku dan Aurora sekaligus. Karena Cuma kami beruda wanita yang berpotensi menjadi pendamping Kaisar. Nah, kalau udah sampai sini aku tahu siapa pelakunya! Pasti bangsawan Rosword. Soalnya di novel Cuma dia orang ribet yang tergila-gila menjodohkan putrinya dengan Kaisar.”

“Oke, aku harus kasih tahu Ayah….”
Restia berniat keluar kamar. Hanya beberapa kali melangkah ia langsung berhenti. “Eh, tapi aku harus bilang apa waktu Ayah tanya alasannya?”

“Bilang kalau aku tahu alur novel ini? Hahaha, gila kamu Restia! Mana mungkin dia percaya!”

“Hah! Entahlah, masalah besok biarin diurusin besok aja. Aku mau tidur dulu,” dengus Restia kemudian beranjak masuk. Ia mengangkat kedua tangannya seraya menguap.

^^^^

“Nona.”

“Nona!”

“Nonaaa!”

“Ugh! Hoam… kenapa?”

Tampilan acak-acakan dengan rambut mengembang ala singa jantan. Mata yang masih berat untuk terbuka dan tentunya wajah sembab khas orang bangun tidur. Dari semua itu, umumnya wanita dunia nyata. Mereka akan tampak kusut belum lagi yang bermasalah dengan minyak wajah. Namun, di dunia ini Restia justru terlihat cantik alami bak dewi aprodite turun ke bumi.

The Villain Want to Die (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang