35. Bunga Lavender

30K 2.7K 36
                                    

Bulir bening membasahi pipi seorang gadis. Ia berdiri sambil tersenyum menanti kedatangan kereta kuda milik majikannya. Pun seorang paruh baya yang menunjukkan raut lega.

Di ujung sana tampak kereta kuda kekaisaran memasuki halaman istana. Kereta dengan kabin putih berpadu dengan warna emas itu tampak berjalan mendekat. Diiringi dengan banyak ksatria dan seorang panglima tertinggi kekaisaran. Penjagaan super ketat untuk mengawal kembalinya calon permaisuri.

Sepanjang jalan rakyat pun turut menyambut. Walau tak diungkapkan secara resmi. Gosip beredar cukup luas hingga menarik minat para rakyat untuk melihat iring-iringan kembalinya sang calon permaisuri yang telah hilang selama enam hari.

Restia menilik ke jendela setelah terbangun akibat sentuhan lembut tangan Livius yang membelai pipinya. Perlahan ia merasakan laju kereta mulai melambat hingga akhirnya berhenti, di situlah Restia melihat Rowena dan Chalid yang berdiri menyambut kedatangannya dari bilik jendela.

Bibir Restia mengembang. Jujur ia ingin sekali memeluk dua orang itu. Namun, alih-alih langsung turun, Livius justru menghadang Restia. Merasa bingung dengan aksi Livius yang memperhatikan dengan serius ke luar jendela. Restia pun mengintip. Lalu ia menemui hal di luar nalar.

Barisan ksatria berjaga sepanjang jalan. Pengawal istana beserta pelayan berbaris sempurna. Memberi jalan pada dua orang berpengaruh di kekaisaran. Begitupun Rowena dan Chalid. Mereka menjadi salah satu orang yang berbaris.

"Ayo," sahut Livius. Tangannya terulur meminta jemari Restia menggapainya.

Tak bisa menolak, Restia meraih uluran tangan Livius. Udara istana menyapa kulit ketika Restia berhasil keluar dari kereta kuda. Badannya membeku ketika meyadari banyaknya orang berjaga di sekeliling.

"Apa istana sedang dimasuki penyusup?" gumam Restia tanpa sadar.

"Tidak, penjagaan ini untuk mu."

Restia spontan menoleh. Mendapati wajah tersenyum Livius. Tempo lalu dia melayangkan ujaran ketidaksukaan. Dan sekarang tanpa dosa ia tersenyum seperti itu? Terlebih apa-apaan ini semua? Bukankah ini berlebihan?

Ternyata benar apa yang dikatakan Elgar. Livius banyak berubah. Restia menyadari dari perilaku dan tatapannya yang berubah lembut. Berbanding terbalik dengan Livius yang dulu. Apa hilangnya Restia membuatnya terpukul? Tidak, itu tidak mungkin! Baiklah, untuk sekarang Restia harus mengikuti alurnya dulu. Ia kesal namun harus ia tahan demi melanjutkan misinya.

Sesuai kesepakatan dengan Elgar. Restia akan tetap menjadi calon permaisuri. Mencari dokumen penting yang bisa menjadi landasan hancurnya kekuasaan Livius. Lalu ketika hari pernikahan diadakan. Elgar akan melakukan kudeta dengan membawa semua pasukannya.

Rencananya seperti itu. Tapi, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Jika melihat alur novel. Masalah Fraksi penentang kaisar akan berakhir di pertengahan cerita. Entah sisi mana yang menang. Livius atau Elgar. Restia tidak bisa memprediksinya. Sebab, banyak alur novel yang tidak berjalan semestinya.

Langkah Restia berhenti. Ia mengarah pada Rowena dan Chalid. Apapun hasilnya nanti. Pada akhirnya Restia harus mati dan meninggalkan dua orang ini serta anak-anak panti yang telah memberinya banya pelajaran. .

"Ayah.".

"Rowena."

Bulir bening itu merembas tak tertahankan. Restia menghambur memeluk mereka. Tak peduli dengan pandangan orang lain dan etiket bangsawan. Restia hanya ingin menumpahkan kerinduannya.

Di belakang tampak Livius yang memandang teduh dengan senyum syahdu. Tak terkecuali Elgar, diam-diam ia menunjukkan senyum samarnya.

^^^^

The Villain Want to Die (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang