9. Pulang

51.9K 5.2K 22
                                    

"Kita sudah sampai."

Restia menatap cekungan tanah yang membentuk danau di depan matanya. Semilir angin menerpa rambutnya hingga terbawa.

Pepohonan rindang membentuk jalan menuju danau. Seperti memasuki sarang peri. Tempat ini benar-benar menyimpan nuansa fantasi.

"Indahnya...." gumam Restia takjub.

Kaki Restia melangkah perlahan. Menapaki dataran teduh tertutup dedaunan rindang. Mata Restia dibuat berbinar dengan jernihnya air danau. Ada beberapa tanaman air yang tumbuh di dasar.

"Seperti aquarium besar," gumam Restia. Tanpa sadar ia sudah melepas sepatunya. Hendak merendam kaki. Namun pekikan Rowena mencegah.

"Nona. Jangan berendam sembarangan! Bagaimana kalau ada lintah penghisap darah?" ucapnya khawatir.

"Tenanglah Rowena. Aku hanya ingin merendam kaki ku saja."

"Tapi..."

"Kemarilah dan rendam kaki mu juga," titah Restia setelah merasakan sejuk ketika satu kakinya menyentuh air danau.

"Bagaimana? Segar kan?" tanya Restia sumringah.

"Iya... sangat segar."

"Hehe... ini akan jadi tempat favorit ku selama musim panas."

"Ah... emh... aku lebih senang Nona menghabiskan waktu di dalam rum--"

CEPAK!

"Ah... Nona!" pekik Rowena yang terkejut dengan cipratan air ulah Restia.

"Itu hukuman untuk mu karena terlalu kolot!" Restia semakin gencar mencipratkan air. Merasa kesal, tak lama Rowena pun melupakan jati dirinya sebagai pelayan dan menyerang balik Restia. Mereka menghabiskan waktu cukup lama sampai basah kuyup.

"Rasanya daya hidup ku sudah terisi lagi," ucap Restia sambil memeras bagian bawah dress panjangnya.

"Benar, setelah main di sini. Rasanya seperti musim semi dari pada musim panas."

Setelah bermain air. Mereka beristirahat di bawah pohon maple. Daunnya masih berwarna hijau muda. Menandakan musim gugur masih lama. Sebab pohon Maple akan berubah warna menjadi merah atau orange ketika musim gugur tiba.

"Tapi... bagaimana bisa ada danau di sini? Terlebih danaunya tidak terlalu luas. Dari pada terbentuk alami sepertinya danau ini sengaja dibuat."

"Hemm... aku juga tidak tau Nona. Tapi banyak gosip yang beredar, katanya danau ini dibentuk oleh pendiri keluarga Adler."

"Oh ya? Emh... aku tidak pernah mendengarnya."

"Yah wajar sih kalau Nona tidak tahu. Karena mungkin saja cerita ini hanya mitos."

"Cerita?" saut Restia antusias. "Ada cerita di balik danau ini?"

"Humm... kabarnya pendiri keluarga Adler sangat mencintai istrinya dan dibuatkanlah danau ini. Tapi, sayang umur istrinya tidak lah lama. Istrinya meninggal karena sakit. Oleh karena itu, ada yang bilang pendiri keluarga Adler mengakhiri hidupnya di danau ini. Danau yang sangat disukai istrinya. Itu sebabnya danau ini tidak terawat. Karena banyak pelayan yang meyakini danau ini melambangkan perpisahan," jelas Rowena.

"Humm... ternyata ada cerita konyol seperti itu ya?" gumam Restia.

"Astaga!" pekik Rowena. "Maaf Nona. A-aku tidak bermaksud menjelekan pendahulu keluarga Nona. Tolong hukum aku Nona. Aku bersalah!" rengek histeris Rowena sambil bersujud.

Hah! Lagi-lagi seperti ini. Toh Restia tidak peduli kok dengan mitos itu.

"Eh... di sebelah sana hutan belantara ya?" tanya Restia. Baru sadar kalau rindangnya pohon terasa amat jauh di pandangan.

The Villain Want to Die (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang