Sudut mata Restia menangkap seorang anak yang menatapnya intens. Dia bocah kecil dengan kucir dua yang tadi sempat merengek pada Elgar. Kini gadis kecil itu menatap Restia penuh tanya.
“Ha-hallo?” sapa Restia kikuk.
Bukannya sambutan hangat, Restia justru dibuat terkejut dengan wajah masam gadis kecil itu. “Jangan bilang, Nona itu calon istri Tuan?” tunjuknya mengerucutkan bibir.
“Bu-bukan, aku adalah—“
“Rina! Nama mu Rina,” bungkam Elgar cepat. Aksinya yang membungkam mulut Restia menggunakan tangannya membuat gadis kecil itu menjerit histeris.
“HUAAAA! Ternyata benar Nona itu calon istri Tuan. Huaaa! Calon suami ku direbut wanita jelek itu!”
JLEB!
Wanita jelek? Dia bilang wanta jelek?! Wah! Rasanya ingin mengikat bocah laknat itu ke tiang hukuman sambil menggelitikinya.
Tangisan gadis kecil itu membuat perawat lain menampakkan diri. Ada lima perawat yang mendiami panti ini. Mereka memiliki tugas masing-masing. Dari menangani masalah kesehatan, makanan, kebersihan dan penjagaan. Dari kelima perawat hanya Lina dan Jane yang terlihat menonjol. Kenapa Restia katakan menonjol? Karena Restia paham etika bangsawan dan mereka menunjukkan etika itu ketika berjalan. Dengan kata lain mereka adalah bangsawan.
“Wah, apa benar yang dikatakan Cecil. Nona adalah tunangan Tuan?” tanya Jane.
“BUKAN!” jawab kompak Restia dan Cecil. Keduanya saling menatap heran.
“Jadi, siapa Nona ini Tuan?” tanya Lina memastikan langsung.
“Emh… dia gadis tersesat,” celetuk Elgar yang langsung mendapat tatapan horror Restia. “Aku menemukannya di hutan saat perjalanan kemari,” sambungnya tidak menghiaraukan amukan Restia yang disuguhkan lewat mata.
Mau tidak mau Restia harus mengikuti alur. Ia membungkuk untuk memperkenalkan diri. “Hallo semuanya, nama saya Rina. Saya pelayan yang kabur karena perlakuan buruk majikan saya. Saya tersesat dan bertemu dengan Tuan Elgar.”
Tatapan lekat Elgar layangkan. Tidak menyangka Restia akan bertindak sejauh itu. jarang sekali bangsawan menunduk pada orang bawah. Tapi Restia melakukannya. Sejauh ini Elgar menemukan banyak sekali perbedaan dari rumor yang dibicarakan dengan realita. Hatinya meyakini bahwa Restia tidak seburuk yang dibicarakan. Bahkan ia lebih baik dari bangsawan-bangsawan itu.
“Apa dia akan tinggal di sini?” sahut Cecil lirih. Mengetahui Restia bukanlah tunangan Elgar membuatnya merasa bersalah karena sudah menghinanya tadi.
“Itu—“
“Humm, mungkin aku akan tinggal di sini sementara waktu,” cetus Restia ceria. Membuat Elgar tak punya pilihan lain selain mengikuti kehendaknya.
“Ya, dia akan tinggal di sini sementara waktu.”
“Apa Rina bisa mengepang rambut ku?” tanya Cecil lagi dengan mata penuh pengharapan.
Restia gemas. Ia tersenyum lembar sembari menjawab. “Humm… tentu!”
“Asyik. Aku akan memberitahu teman-teman yang lain,” Cecil pergi diikuti tiga anak yang mengekor tadi.
“Kau yakin?” bisik Elgar.
“Tentu saja. Lebih baik aku tinggal di sini dari pada satu atap dengan dua laki-laki yang terbiasa dengan medan perang. Aku khawatir dengan leher ku.”
Elgar terkekeh. Ia baru sadar, gaya bicara Resta memang bisa memancing emosi seseorang. Ia mulai terbiasa.
“Baiklah, semoga Lady tidak kedinginan di malam hari. Aku akan kemari lagi setelah beberapa hari dan saat aku kemari aku ingin mendengar pendapat mu tentang negeri ini,” ujar Elgar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villain Want to Die (END)
FantasyHanya karena nama karakter dalam novel sama, tanpa sebab Restia Wardani masuk ke dunia novel dan bertransmigasi ke tubuh Restia Alder D. Freya. Pemain antagonis yang selalu mencelakai female lead. Seolah sudah jatuh tertimpa tangga. Restia tau akhir...