10. Tamu Istimewa

51.7K 5K 29
                                    

Tok tok tok

"Ayah, boleh aku masuk?"

"Silahkan."

Restia mendorong pintu besar itu hingga terdengar bunyi derak. Mematikan lentera kecil yang ia bawa untuk menuju ruang kerja Ayahnya.

Di dunia ini mematikan setiap sudut lampu penerangan ketika jam larut sudah menjadi budaya sehari-hari. Karena harga bahan bakar genset di zaman ini sangatlah fantastis. Di tambah belum adanya badan yang mengurus tenaga pembangkit listrik seperti PLN membuat listrik hanya bisa dinikmati kaum bangsawan saja.

Oleh sebab itu, siapa pun yang akan beranjak di tengah malam harus membawa lentera genggam yang menyala karena ada sumbu api di tengahnya. Gampangnya bilang itu seperti senter. Hanya saja memakai cahaya dari api.

"Ayah belum tidur?" tanya Resta. Setumpuk kertas menjadi hidangan utama di meja kerja Chalid. Tulisan yang Restia duga adalah anggaran dan hal-hal rumit lainnya membuat wajah Chalid tampak kusut. Beberapa kali ia memijit keningnya.

"Belum. Pekerjaan Ayah belum selesai."

"Memamg tidak bisa dilanjut besok? Ayah harus menjaga kesehatan. Kalau jatuh sakit ujung-ujungnya tidak bisa bekerja kan?" oceh Restia. Jika tidak diberitahu Ayahnya ini akan semalaman suntuk berkutat dengan pekerjaan.

Menjadi pedangang sukses sekaligus memimpin beberapa daerah membuat Chalid harus ekstra bekerja. Apalagi ia juga yang memegang kendali atas fraksi pendukung kekaisaran. Isu kudeta dari fraksi penentang Kaisar pun tak elak membuat Chalid tambah pusing. Itu sebabnya Chalid sering pergi keluar dibanding di rumah.

Kening Restia berkerut. Menatap prihatin atas kondisi layu Ayahnya. "Aku buatkan minuman hangat ya?"

Sejenak Chalid tampak terkejut. Jarang sekali melihat anaknya perhatian seperti ini. "Iya," balas Chalid.

Restia beralih kedapur. Memotong beberapa jahe dan merebusnya. Tak lupa memberikan madu sebagai penyeimbang rasa. Sebagai sentuhan terakhir, Restia menambahkan susu murni.

Minuman ini adalah ilmu yang Restia dapat selama ngekos. Setiap badannya akan dilanda sakit. Restia sudah terlebih dahulu meminum susu jahe dan menurutnya ini bagus untuk tubuh. Karena setelahnya tubuh Restia bugar kembali.

Setelah selesai dengan per-dapur-an. Restia kembali dengan membawa secangkir susu jahe.

"Hemm... minuman apa ini? Ayah tidak pernah melihatnya."

"Namanya susu jahe. Ini hasil eksperimen ku selama Ayah pergi. Cobalah, minuman ini akan membuat tubuh Ayah hangat."

Chalid meneguknya. Kemudian bibirnya tertarik hingga menciptakan senyuman. Sedangkan Restia menunggu Chalid berkomentar dengan binar penasaran.

"Rasanya... unik. Sedikit pahit tapi masih ada manis yang terasa. Secara keseluruhan ini sangat enak," komentar Chalid.

"Hehe... emh... sebenarnya aku punya teman yang ingin berkunjung kemari. Dia juga penasaran dengan rasa susu jahe yang kuceritakan lewat surat. Apa aku boleh menjamu tamu itu?"

"Hemm... ternyata ini tujuan mu datang kemari malam-malam?" selidik Chalid.

"Hehe... tidak kok. Aku kemari karena khawatir. Ya... walau setengahnya benar sih," cengir Restia.

"Memang siapa teman pena mu?"

"Nona Aurora Wisteria. Delegasi dari Negeri Wisteria."

"Bukannya kamu tidak sejalan dengannya?" tanya Chalid curiga.

"Aku sudah berbaikan. Lagi pula tidak ada untungnya berselisih terus," ucap Restia memajukan bibir.

"Haha... anak Ayah sudah besar rupanya. Boleh-boleh saja dia kemari. Tapi... pikirkan tentang rumor setelahnya," ucap Chalid serius di akhir kalimat.

The Villain Want to Die (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang