Aeryn kembali ke unit apartment sebelah ditemani oleh Harvy, jujur saja ia merasa masih takut untuk masuk ke dalam tapi bagaimana pun ia harus masuk. Begitu pintu terbuka Aeryn sadar bahwa unit itu sudah dibersihkan, tak ada lagi bercak-bercak darah ataupun kotak yang berisikan bangkai kelinci, semuanya bersih tanpa jejak.
"Aku sudah menyuruh orang untuk membersihkan semuanya." Ucap Harvy sebelum Aeryn melayangkan pertanyaan.
Aeryn menganggukkan kepala, "Aku mandi sebentar sebelum kita keluar." Ucap Aeryn, memang Aeryn menyarankan mereka untuk nge-date diluar meskipun Harvy enggan, karna mengingat Aeryn masih demam tapi Aeryn mengatakan ia sudah baik-baik saja, toh tadi mereka sudah had sex.
Harvy menganggukkan kepala dan Aeryn pun langsung masuk ke toilet untuk membersihkan diri, Harvy sendiri memutuskan untuk melihat-lihat apartment milik Jonah yang diperuntukkan untuk Zoa dan Gina namun kini malah ditinggali oleh Aeryn.
Tidak ada barang-barang aneh diseluruh apartment, hany barang-barang girly yang pastinya bukan milik Aeryn, bisa jadi milik Yeona atau Zoa, mengingat unit ini adalah markas kelima wanita itu.
Harvy mendengar pintu kamar mandi terbuka dan muncullah Aeryn dengan rambut yang ditutupi handuk dan bathrobe yang melekat ditubuhnya, wanitanya cepat sekali mandi.
"Kau sedang menggodaku?" Harvy berdiri memandang penampilan Aeryn dari atas kebawah.
"Aku tak butuh menggodamu untuk membuatmu menjadi milikku Harvy." Sahut Aeryn dengan santai lalu masuk ke kamarnya, tentu saja Harvy mengekor ke kemar milik Aeryn.
Harvy langsung disambut oleh kamar dengan design sederhana hanya kasur single, wardrobe dan sebuah meja kaca.
"Kau ingin mengajakku kemana?" Aeryn membuka wardrobe-nya untuk mencari pakaian yang akan ia gunakan.
"Kau mau nonton? piknik? apapun yang kau mau Bae." Harvy mengencup belakang leher Aeryn dengan lembut, menghirup aroma bunga yang ia sukai.
"Kau bukan pria yang melarang pasangannya memakai apapunkan?" Aeryn mengabaikan kecupan-kecupan dari Harvy.
"Pakai apapun yang kau mau, selama kau nyaman. I can fight Bae." Harvy berujar tanpa melepaskan kecupannya pada belakang leher Aeryn yang sudah menjalar ke bahu.
"Emm, apa yang tadi masih kurang?" Aeryn mulai berkomentar terhadap perlakuan Harvy karna pria itu mulai memainkan tangan kekar itu ditubuhnya.
"Jika denganmu tak pernah cukup Bae, kau tau itu." Suara Harvy menggeram saat mendengar desahan dari Aeryn saat ia dengan gemasnya memberikan kissmark dibahu indah itu, dan yang terjadi selanjutnya Aeryn sudah membuka bathrobe-nya dan mereka bergulat sampai keduanya mencapai klimaks masing-masing.
———
Harvy dan Aeryn memutuskan untuk jalan-jalan saja di sungai Han lalu nanti baru memikirkan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Aeryn sendiri masih tak menyangka bahwa Harvy menyukainya, sangat diluar nalarnya tapi ia juga merasa kurang jika sesaat saja tak melihat Harvy, apakah itu berarti ia juga menyukai Harvy? Tapi.. sejak kapan? Ia tak pernah berpikir bahwa itu adalah perasaan suka.
Lucunya, Aeryn justru merasa lega dan tak lagi takut saat menceritakan masa lalunya yang kelam pada Harvy, sejujurnya saja, ia pikir Harvy hanya kasihan padanya, tapi pria itu berhasil membuktikan padanya bahwa Harvy benar-benar menyukainya, bahkan Harvy menunjukkan ponselnya, dimana sebagian besar galerinya berisikan foto Aeryn, entah itu diambil dari sosmed atau diam-diam memotretnya. Satu yang Aeryn sadari, pria itu tak mengatakan kebohongan saat mengatakan bahwa ia menyukainya.
Aeryn tersadar dari lamunannya saat Harvy meremas lembut tangannya, Aeryn memandang wajah tampan milik Harvy, wajah dan mata yang sebelumnya dingin itu tidak lagi sama, sekarang yang ada hanya Harvy yang memandangnya penuh kelembutan, damba dan cinta, apakah Aeryn terlalu berlebihan? Biarlah, toh kata orang memang jatuh cinta itu indah, jadi Aeryn sudah mencintai Harvy? entahlah.
"Kau melamun sedari tadi? Ada apa? Pusing? Sakit? Mau pulang saja? Sudah kukatakan bahwa kau belum sesehat itu untuk jalan-jalan." Wajah Harvy terlihat sangat khawatir, tangan besarnya bahkan sudah menyentuh kening Aeryn, untuk memeriksa suhu tubuhnya.
"Aku baik-baik saja, hanya tak percaya bahwa kita sedang menjalin hubungan bersama." Sahut Aeryn menenangkan Harvy.
Harvy terkekeh kecil.
"Kau juga merasakan hal yang sama?" Tanya Aeryn sambil menatap wajah Harvy.
"Hmm, aku juga merasakan hal yang sama, dan sejujurnya saja aku hendak menyatakan perasaanku padamu beberapa hari lagi, lebih tepatnya saat kita akan pergi keluar kota nanti, tapi tak masalah, lebih cepat lebih baik. Lagipula aku lebih tak bisa membayangkan jika hidupku tanpamu."
Aeryn bahkan terkekeh kecil, "Kau benar-benar cassanova eh? Kata-katamu sungguh manis. Tak salah jika banyak wanita jatuh kepelukanmu."
"Tidak juga, jika dengan wanita lain aku hanya perlu menatap, tapi jika denganmu aku butuh effort besar Bae."
"Ku anggap itu sebuah pujian, tapi apa yang membuatmu percaya bahwa aku tak akan menolakmu?"
"Kau tak akan menolakku Bae, bahkan jika kau menolakku pun aku masih punya cara agar kau selalu berada disampingku." Jawab Harvy tanpa keraguan sama sekali.
"Caranya?"
"Aku tak akan memberitahumu." Harvy mengacak lembut surai indah milik Aeryn hingga wanita cantik yang masih demam itu mengerucutkan bibirnya.
Bukannya mendapatkan jawaban maupun ucapan maaf karna sudah mengacak surainya, Aeryn malah merasakan lumatan lembut dibibirnya, siapa lagi jika bukan Harvy.
"Jangan menggodaku dengan bibirmu, atau kita tidak akan berakhir jalan-jalan." Suara Harvy benar-benar berat, seolah ia tengah menahan sesuatu.
Belum selesai dengan pemikirannya soal ciuman tadi Aeryn sudah dibawa berjalan menyusuri sungai Han, karna ini sudah menjelang sore, semakin banyak orang-orang yang berada disana.
Sedang berjalan sambil bergandengan tangan menikmati keindahan sungai Han ditemani dengan similir angin, sampai sebuah suara mengahncurkan semuanya.
"AERYN!"
TBC
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
After Dusk-END
RomanceHe hates her so fucking much, but he loves her after dusk.