Harvy

1.1K 110 1
                                    

Rahang Harvy mengeras, tangannya terkepal kuat, otak dan hatinya mendidih, ia emosi, mendengarkan cerita Aeryn membuat Harvy benar-benar naik pitam, ia tak membayangkan betapa malangnya Aeryn kecil, harus merasakan kejadian bejat dari pedofil yang dinikahi ibunya sendiri dan ibu sialan yang tak membela anaknya.

"Paket yang berisikan bangkai kelici itu membuatku mengingat masa lalu itu." Terang Aeryn dengan begitu sesengukkan, terlihat jelas bahwa wanita itu ketakutan, sangat ketakutan dan trauma pastinya.

Harvy merengkuh tubuh Aeryn dan memeluknya erat, mengisyaratkan bahwa ia ada untuk wanita itu dan wanita itu tak perlu takut.

Harvy bisa merasakan Aeryn kembali menangis dan Harvy tak suka itu, ia merasa tercubit hatinya, seolah ketakutan Aeryn adalah tanggung jawabnya.

"Sssttt, it's okay, ada aku sekarang." Harvy berusaha menenangkan Aeryn dengan mengelus lembut punggung wanita rapuh itu.

Harvy tak percaya bahwa dibalik sifat bar-bar, dingin dan kasar seorang Aeryn ada masa lalu yang begitu menyakitkan.

Jika saja bisa Harvy ingin menghajar habis-habisan paman pedofil yang melecehkan Aeryn-nya dan ibu yang tak membela ataupun melindungi Aeryn kecil.

Sialan! Harvy tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, ia jadi merasa bersalah karna sudah pernah berpikiran buruk tentang Aeryn.

Aeryn terus saja menangis dalam pelukan Harvy, suara tangisannya kian memelan seiring berjalannya waktu tapi elusan tangan Harvy pada punggung Aeryn tak berhenti, setidaknya setengah jam mereka berpelukan seperti itu sampai Harvy menyadari jika Aeryn sudah tertidur, mungkin terlalu lelah menangis.

Harvy lantas membaringkan tubuh Aeryn dengan perlahan namun saat hendak meninggalkan wanita itu, tangan mungil Aeryn memegang jari kelingking Harvy dengan mata terpejam, seolah tak menginginkan Harvy untuk pergi.

Harvy pun akhirnya membaringkan tubuhnya disamping Aeryn, memandang wanita yang sudah memejamkan mata tertidur dengan guratan kelelahan, dan wajah memerah sehabis menangis, Aeryn masih terlihat pucat.

Harvy kaget saat tiba-tiba Aeryn bergeser memeluk tubuhnya seolah ia adalah tempat bersandar bagi wanita itu. Harvy tak pernah seperti ini sebelumnya, ia tak pernah tidur memeluk wanita, tidak sekali pun, ia bahkan tak membiarkan wanita manapun berbaring diatas ranjangnya, tapi Aeryn berbeda.

Bahkan dengan wanita-wanita yang pernah ia bawa ke apartment pun tak pernah memasuki kamarnya, mereka selalu menggunakan kamar lain untuk have sex, lalu Harvy akan mengusir mereka pulang jika sudah selesai.

Aeryn bersandar diperpotongan lehernya, napas hangat Aeryn menerpa leher Harvy, lucunya Harvy tak merasa keberatan, ia justru menyelipkan lengannya untuk dijadikan bantal oleh Aeryn sementara tangan sebelahnya memeluk Aeryn semakin dekat pada tubuhnya.

Harvy memejamkan matanya sambil memeluk erat tubuh Aeryn, mengikuti jejak Aeryn menuju alam mimpi.

———

Harvy terbangun saat mendengar rintihan suara Aeryn.

"Please jangan Ryo, jangan sebarin. Aku janji tak akan mengatakan apapun tapi tolong jangan sebarkan." Suara rintihan Aeryn terdengar diiringi dengan isakan tangis.

"Sssstttt.." Harvy berusaha menenangkan Aeryn yang menangis dalam tidurnya.

"Please ma, stop. Aeryn sakit.." Rintih Aeryn lagi dalam tidurnya.

Harvy perlahan menepuk punggung rapuh itu, "It's okay Bae, it's just a dream. Ssstttt.."

"Sakit ma, stop. Please.."

"No.. hikss.. ma.. hikss.. stop.."

Harvy semakin khawatir karna Aeryn menangis dan meracau semakin parah, ia menguncang tubuh Aeryn berusaha membangunkan wanita itu.

After Dusk-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang