1 detik.
2 detik.
3 detik.
4 detik."Kau mabuk?" Satu pertanyaan yang dilemparkan Aeryn begitu mencerna apa yang dikatakan Harvy.
"Jangan mengalihkan pembicaraan." Suara Harvy begitu dingin.
"Sepertinya benar kau mabuk, lebih baik jangan menyetir, pulang dengan taksi saja." Aeryn sudah melepaskan seatbelt-nya dan hendak membuka pintu mobil namun dengan cepat Harvy menarik lengan Aeryn dan membawa tubuh mungil yang sudah lumayan tipsy itu keatas pangkuannya dengan begitu mudah.
Aeryn merasakan pening luar biasa karna semuanya berlangsung dengan cepat, salahkan whiskey dan tequila yang ia minum. Aeryn bahkan memejamkan matanya beberapa saat untuk melawan rasa peningnya, tanpa menyadari jika wajahnya dan Harvy sudah begitu dekat.
"Ayo berpacaran jika kau memang tak bisa melakukan kesepakatan kita lagi." Suara berat Harvy menggelitik indra pendengaran Aeryn, belum lagi terpaan napas hangat milik Harvy hingga membuat Aeryn membuka matanya, sial, ia baru menyadari jika mereka berdua terlampau dekat hanya tinggal 7cm jarak diantara keduanya.
"Kau minum terlalu banyak atau aku? Aku mendengar kau mengajakku berpacaran? Ah, sepertinya aku yang mabuk, mana mungkin seorang Vivi mengajakku untuk berpacaran, sebuah hal yang mustahil." Aeryn bertanya pada Harvy tapi kalimat terakhirnya ditujukan untuk dirinya sendiri, bahkan ia sudah berbisik tapi memang dasarnya suasana sunyi maka Harvy jelas bisa mendengar semuanya.
"Aku tak mabuk dan kau tak salah mendengar. Jadi ayo pacaran." Jelas Harvy hingga membuat Aeryn menatap mata pria itu, kedua tangan Aeryn sudah berada dibahu Harvy sejak pria itu membawanya kepangkuan.
"Kau menyukaiku?" Aeryn bertanya pelan.
"Tidak." Jawaban Harvy begitu tegas dan mantap.
"Maka kita tak bisa berpacaran, kita berdua saling membenci, berpacaran denganku tentu tak ada dalam benakmu, begitu juga denganku."
"Kau bisa menganggapku kekasih jika kau mau, tapi kesepakatan kita tetap berjalan."
Aeryn mengerutkan keningnya, "Aku sudah mengembalikan uangmu. Dan berarti kesepakatannya selesai. Kenapa pula aku harus menganggapmu kekasih, kau bukan type-ku Harvy."
"Aku tak peduli dengan type-mu seperti apa, tapi aku tetap mau kesepakatan kita berjalan seperti biasa, aku akan mengirimnya kembali padamu. Jadi jangan menghindariku."
"Kenapa? Kenapa kau begitu menginginkan kesepakatan kita berjalan?"
"Kita saling membutuhkan Bae, kau membutuhkan uang juga sentuhanku dan aku membutuhkan sentuhanmu, kita saling bergantungan Bae." Harvy mengelus pipi kanan Aeryn dengan lembut sampai membuat Aeryn memejamkan mata.
"See, kau tak bisa menolakku, aku tak peduli orang lain memikirkan apa tentangmu tapi aku tak pernah menganggapmu wanita jalang, tapi jika kau memikirkan pemikiran orang lain, aku tak masalah jika kita harus berada dalam status hubungan pacaran, kau bisa menganggapku kekasih jika kau mau." Ucapan Harvy begitu lembut dan membuai untuk Aeryn, usapan lembut pada pipi Aeryn pun tak berhenti.
Aeryn hanya diam memikirkan banyak hal tapi satu hal yang pasti, Harvy benar, Aeryn sangat menginginkan sentuhan seorang Harvy, sialan memang!
"Aku akan membuat pria itu membayar perkatannya yang mengataimu jalang Bae. Kau bukan seorang jalang." Tegas Harvy sebelum bibirnya bertemu dengan bibir Aeryn.
Aeryn menikmati ciuman Harvy, pria ini memang paling bisa membuat Aeryn terbuai dengan bibir, tangan dan sentuhannya. Ciuman yang Harvy berikan begitu lembut dan Aeryn suka hingga membuatnya membalas ciuman lembut itu, kedua tangannya yang berada dibahu Harvy sudah berpindah mengalung di leher Harvy.
Harvy melepaskan ciuman mereka setelah mengerti jawaban tak terucap oleh Aeryn, Harvy jelas tau, Aeryn juga menginginkan kesepakatannya tetap berlangsung, untuk itu Harvy lantas kembali mengendarai mobilnya.
———
Aeryn dan Harvy menghabiskan waktu setengah jam didalam mobil yang sudah terparkir didalam gedung apartment, mereka kembali bergulat didalam mobil, pertama kalinya sejak EWF mereka berlangsung.
Aeryn bahkan harus menggunakan jas milik Harvy untuk menutupi tubuhnya yang sudah penuh dengan bekas kissmarks, keduanya berjalan bersisian menuju lift dan ke unit apartment.
Namun Harvy bukannya kembali ke unitnya, ia malah ikut masuk ke unit milik Gina dan Zoa bersama dengan Aeryn.
Begitu pintu apartment tertutup Harvy kembali menyerang Aeryn. Aeryn sendiri tak menolak, ia begitu terlena dengan sentuhan Harvy pada tubuhnya, mereka berdua bahkan bergulat sebelum sampai di kamar Aeryn.
Setengah jam lamanya Harvy memompa juniornya dalam kewanitaan Aeryn, unit apartment itu penuh dengan suara desahan dan tubuh yang berbenturan.
"Aahhh Harvy!" Pekik Aeryn berbarengan dengan geraman dari Harvy, keduanya sudah mencapai puncak klimaks masing-masing.
Harvy menahan tubuhnya agar tak menimpa tubuh Aeryn yang berbaring di sofa, napas keduanya begitu berburu dan keringat yang memenuhi kedua tubuh mereka.
Aeryn merasa kelelahan juga tipsy karna sudah minum banyak alkohol hingga membuat mata bambi itu terasa begitu berat tapi Aeryn masih berusaha untuk tetap sadar karna masih ada Harvy di unit apartment itu.
Aeryn bisa melihat Harvy yang sudah mulai mengenakan pakaiannya kembali hingga membuat Aeryn juga mengambil dress-nya yang sudah terongok dilantai, dengan rasa pening dan lelah Aeryn memakai kembali dress-nya, setelah selesai Aeryn menatap Harvy yang juga sedang menatapnya, kedua mata mereka bertemu.
"Kau tak akan bisa lepas dariku Bae, sebelum aku melepaskanmu." Ucap Harvy tiba-tiba.
"Kau sungguh bossy." Sahut Aeryn.
Harvy tersenyum kecil lalu menghampiri Aeryn, "Say whatever you want, tapi aku benar-benar tak akan melepaskanmu, tidurlah, kita masih harus kerja pagi nanti." Harvy mengelus kepala Aeryn sebentar sebelum berlalu keluar dari unit itu.
Aeryn tak ingin berpikir lebih banyak lagi karna ia sekarang sudah terlampau lelah, hingga akhirnya Aeryn memutuskan untuk cepat-cepat membersihkan diri sebelum tidur beberapa jam.
TBC
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
After Dusk-END
RomanceHe hates her so fucking much, but he loves her after dusk.