Harvy

1.2K 110 9
                                    

Tubuh Harvy mematung, tegang dan hatinya remuk, emosinya naik hanya karna melihat Aeryn terbaring diatas brankar dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

Saat kakinya melangkah semakin dekat pada Aeryn, ia bisa melihat betapa pucatnya wajah wanita itu, semakin meremuk hatinya, dan ia bisa melihat bekas cekikan yang masih memerah.

Aeryn bukanlah wanita yang mudah ditaklukkan, Harvy jelas tau itu, tapi bagaimana mungkin Aeryn bisa sampai seperti ini.

Harvy sudah meminta tolong kepada suster untuk memberitahu dokter yang menangani Aeryn tadi, ia ingin melakukan DNA test pada janin yang tidak terselamatkan itu, jika memungkinkan. Harvy hanya ingin memastikan bahwa itu adalah miliknya atau pria lain.

Harvy duduk dikursi yang disediakan, disamping brankar Aeryn, memandang wajah indah yang ia rindukan, wajah menawan namun dingin, dan sialnya ia suka, ia cinta.

Harvy tentu masih sangat mencintai Aeryn, bahkan setelah apa yang terjadi, tapi memang sudah dikatakan tadi, egonya lebih besar dari apapun hingga perasaan cintanya ia sampingkan begitu saja, melakukan segala sesuatu sesuai egonya.

"Bagaimana kau bisa sampai seperti ini Bae?" Tanya Harvy sabil menyentuh pipi Aeryn secara perlahan, takut mengganggu istirahat wanita itu.

Harvy menitikkan airmata, ia merasa bersalah karna secara tak langsung ia sudah membuat Aeryn dalam posisi seperti ini. Jika saja mereka masih bersama tentu Aeryn tak akan terbaring di rumah sakit, ia pasti tak akan membiarkan hal itu terjadi.

Waktu Aeryn pingsan karna kelelahan saja hingga harus di infus selama seharian penuh, Harvy sudah panik bukan main, apalagi sekarang, tubuh wanitanya penuh luka.

Harvy akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Aeryn, untuk itu ia langsung menghubungi seseorang kepercayaannya untuk mencari tahu semuanya.

-------
Sekarang sudah jam 7 pagi dan Aeryn masih enggan membuka mata sedangkan Harvy masih setia menemani wanita itu, ia duduk disamping brankar memainkan ponselnya, lebih tepatnya menanyakan perkembangan pada orang kepercayaan.

"Kau sudah mendapat semuanya?" Tanya Harvy dengan suara beratnya namun pelan karna takut membangunkan Aeryn.

"Sudah tapi sangat complicated, aku tak yakin kau mau mendengarnya dari telepon." Sahut pria kepercayaannya disebrang sana.

"Datanglah ke kantorku sekarang, dalam waktu 15 menit aku akan sampai." Ucap Harvy lalu langsung keluar dari ruang inap Aeryn setelah mencium kening Aeryn sekilas.

Harvy berpesan pada suster untuk segera menghubunginya jika Aeryn sudah bangun dan jika terjadi sesuatu serta menyuruh susternya untuk tak mengijinkan seorang pun untuk menjenguk Aeryn.

Benar saja, dalam waktu 15 menit Harvy sudah tiba di perusahaannya dengan pakaian santai hingga membuat security yang bertugas pun merasa heran tapi mana mungkin bertanya, bisa-bisa ia dipecat.

Harvy langsung berjalan menuju ruangannya, keadaan kantor sudah lumayan banyak staff mengingat ini sudah pukul 7.15.

10 menit ia menunggu namun pria yang menjadi tangan kepercayaannya bahkan tidak muncul sama sekali, ia baru saja ingin menghubungi pria itu sampai pintu ruangannya terbuka, muncullah pria yang menjadi tangan kepercayaannya, Jino Kim, tapi ia memicingkan matanya dan mengerutkan keningnya, pasalnya Jino tidak muncul sendirian, melainkan bersama beberapa orang yang tidak ia kenal, hanya satu yang ia kenal yaitu Soora Kim, istri dari Jino.

"Sebelum kau bertanya, aku akan langsung menjelaskan semuanya. Kau ingat saat kau menceritakan perihal Aeryn yang mendorong Halmeoni dan mengkhianatimu?" Jino langsung bersuara bahkan sebelum pintu ruangan tertutup.

After Dusk-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang