Setidaknya sudah 6 minggu berlalu, baik Harvy maupun Aeryn masih melakukan kesepakatan EWB tanpa iming-iming status hubungan.
Untuk fashion show-nya pun Aeryn sudah menyelesaikan 6 gaunnya dan sekarang dalam proses yang ketujuh, sejujurnya Aeryn sedikit ragu entah ia bisa menyelesaikan semua rancangannya sebelum acaranya dimulai atau tidak.
Saat ini Aeryn sedang sibuk menjahit rancangannya, semalam suntuk ia tidak tidur karna ingin menyelesaikannya jahitannya, beruntung saja hari ini adalah hari minggu jadi ia tak perlu membagi waktunya sebagai sekretaris dan designer.
Aeryn mendapatkan pesan dari pihak apartment yang menyuruhnya untuk mengambil paket yang dikirimkan untuknya atas nama Gina.
Aeryn pun buru-buru turun ke bawah untuk mengambil paket itu, Gina sedang melakukan honeymoon ke Paris selama 2 minggu setelah honeymoon pertamanya ke New Caledonia terpaksa dipercepat karna pekerjaan, seharusnya mereka berlibur selama 2 minggu tapi karna terjadi sesuatu dengan pekerjaan masing-masing akhirnya pasangan yang baru menikah itu kembali ke Seoul, padahal mereka baru pergi selama 2 hari.
Gina berjanji akan mengirimkan beberapa kain dari Paris langsung yang diminta oleh Aeryn untuk keperluan rancangan fashion show-nya, dan pasti paket yang dikirim Gina, isinya adalah kain.
Dengan tak sabaran Aeryn membuka paket setelah sampai di unit-nya.
Paket ditangan Aeryn jatuh begitu saja hingga membuat isinya berceceran dilantai, 12 kelinci yang sudah dimutilasi dan dikeluarkan organ-organ didalamnya dengan darah yang masih begitu segar dan mengenai pakaian serta tubuh Aeryn saking banyaknya darah tersebut.
Tubuh Aeryn terjatuh dilantai dengan wajah pucat dan keringat dingin, sekelebat memory yang sudah lama Aeryn kubur dalam-dalam kembali mencuat, bayangan darah dimana-mana, suara teriakan, sayatan, semuanya mengalir begitu deras dalam otak Aeryn.
Napas Aeryn memburu, rasa mual tiba-tiba saja muncul saat aroma darah yang begitu pekat sampai ke hidung Aeryn.
Sekuat tenaga Aeryn mencoba melawan dan menghilangkan semua kenangan dalam otaknya, ia mencoba bangkit berdiri dan berjalan keluar dari unitnya, menuju unit milik Harvy.
Tangan dingin yang memiliki bercak darah itu menekan bel unit apartment milik Harvy berulang kali dengan gemetaran, berharap pemilik unit membukakan pintu untuknya.
Aeryn semakin panik dan ketakutan saat bayangan bahwa ia sendirian tanpa seorang pun seperti dulu kembali menghantuinya.
Ceklek!
Pintu unit milik Harvy terbuka dengan pria itu yang membulatkan mata melihat keadaan Aeryn yang memiliki bercak darah ditubuh dan juga pakaiannya.
"Apa yang terjadi?" Panik Harvy sambil menyentuh kedua bahu Aeryn.
Aeryn tak menjawab, bukan tak mau, tapi bibirnya tak bisa ia gerakkan, ia seperti lumpuh dan bisu, traumanya kembali dan hal itu membuat semua indra dan tubuhnya tak berfungsi, yang ada hanya ketakutan, darah, teriakan, sayatan.
Seolah paham kalau Aeryn sedang tidak baik-baik saja membuat Harvy langsung membawa wanita itu masuk ke unitnya.
Harvy mendudukkan Aeryn disofa kulit miliknya, wajah Aeryn begitu pucat, mata yang penuh ketakutan, tubuh dingin dan gemetaran, dan wanita itu hanya diam.
Harvy berlutut dihadapan Aeryn sambil mengecek tubuh Aeryn, mencoba mencari luka disana, setelah memastikan bahwa wanita itu tidak terluka secuil pun membuat Harvy menghela napas lega sedikit, setidaknya darah ditubuh Aeryn bukanlah darah wanita itu.
Harvy berdiri dan langsung menuju dapur membuatkan segelas air gula hangat lalu membantu Aeryn untuk minum.
Harvy kembali berlutut dihadapan Aeryn, "Apa yang terjadi?" Pertanyaan Harvy begitu lembut dengan tangan besar yang mengelus pipi Aeryn.
Mata Aeryn bertemu dengan mata Harvy, seketika Aeryn merasa lega, seolah sadar bahwa ia tidak sendirian, ada Harvy, tak seperti kejadian dulu.
"Bae." Panggil Harvy lagi dengan begitu lembut.
Aeryn tak menjawab tapi matanya langsung berair dan ia menangis, bukan menangis dalam diam tapi wanita itu benar-benar menangis keras penuh ketakutan, terlebih saat ia melihat sendiri masih ada bercak darah ditubuhnya.
Harvy semakin panik, dengan cepat ia memeluk tubuh Aeryn yang sudah sesenggukan karna menangis, seolah mengerti jika wanita itu ketakutan melihat darah membuat Harvy langsung menggendong tubuh mungil Aeryn ke kamar mandi, setidaknya ia harus membersihkan bercak darah itu dulu sebelum mengajak Aeryn berbicara.
Dengan perlahan namun pasti Harvy melepaskan semua pakaian Aeryn lalu ia memandikan Aeryn dengan air hangat, benar-benar telatan dan penuh kelembutan, sedangkan Aeryn masih menangis namun tak sekeras yang tadi.
Setelah selesai mandi, Harvy memakaikan kaos kebesaran tanpa dalaman sama sekali karna ia tak memiliki dalaman milik Aeryn, memakaian dalaman yang tadi sangatlah tak mungkin.
Harvy menggendong Aeryn ke kamarnya, mendudukkan Aeryn diatas kasurnya.
"Sudah mau bercerita?" Harvy menatap Aeryn dengan lembut.
Aeryn menggigit bibirnya sambil memejamkan mata dan Harvy hanya diam seolah memberikan Aeryn waktu.
"Seseorang mengirimkan bangkai kelinci ke unit atas nama Gina." Suara Aeryn begitu pelan dan Harvy masih tetap diam membiarkan Aeryn melanjutkan penjelasannya.
"Aku.. aku.. aku melihat kelinci-kelinci itu sudah dimutilasi, dan.. dan.. seluruh organnya.. dikeluarkan.. aku.. mengingat.. bagaimana tubuh paman dan mama.." Aeryn berujar dengan terbata.
"Apa maksudmu tubuh paman dan mama?" Harvy mengerutkan keningnya.
Aeryn mengeratkan kepalan tangannya, ia menatap mata Harvy, mata yang biasa memandangnya dengan nakal, napsu, kebencian kini menjadi khawatir dan bingung.
Aeryn menarik napas berat, ia tau bahwa ia harus menjelaskannya pada Harvy, entah kenapa.
"Dulu aku sering dilecehkan oleh paman Hideo tanpa aku mengerti, karna waktu itu aku baru berusia 7 tahun, mamaku menikah lagi dengan paman Hideo setelah papa meninggal. Selama 3 tahun aku dilecehkan, paman itu memainkan kemaluanku, menyuruhku melayaninya, tapi.. tapi.. ia tidak memasukiku. Sampai pada akhirnya mama tau, tapi mama tak membelaku, ia justru menghajarku karna berpikir aku yang menggoda paman. Aku tak tau apa yang terjadi tapi malam itu, seseorang masuk ke rumah kami dan menghabisi paman dan mama, pria itu memegang samurai, memenggal kepala mama dan paman lalu mengeluarkan organ tubuh mereka sebelum memutulasi mereka, aku.. aku.. melihat semuanya, aku tak terbangun karna suara teriakan dan keluar dari kamar, aku melihat dari pintu kamar mama yang terbuka, pria itu melakukan semuanya dengan senyuman diwajahnya." Aeryn kembali menangis karna menceritakan masa lalunya berarti ia harus mengingat dan membayangkan kembali semua hal itu.
"Pria yang melakukan itu semua sudah ditangkap dan diberikan hukuman seumur hidup. Dan aku harus dibesarkan dipanti asuhan sampai aku berumur 15 tahun, aku lari dari sana ke Seoul."
TBC
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
After Dusk-END
RomanceHe hates her so fucking much, but he loves her after dusk.