Aeryn

914 86 6
                                    

Aeryn pulang ke apartment dengan airmata yang masih mengalir deras, ia mengambil koper, memasukkan semua pakaiannya kedalam, lalu membereskan semua pakaian yang sudah ia design. Selama 2 jam, apartment itu diisi dengan suara terisak dari Aeryn yang sedang sibuk mengumpulkan barang-barangnya.

Sekali jalang tetap jalang.
Tak salah jika ayah tirimu melecehkanmu, you deserved it.
Menghilang atau mati saja jika perlu!
Hanya pussy-mu yang terbaik!

Kata-kata Harvy selalu mengulang dalam otaknya, semakin sakit, semakin sakit, semakin sakit. Aeryn mengosongkan kamarnya dan memastikan tak ada sedikitpun barang yang tertinggal, sebelum pada akhirnya ia meletakkan kunci apartment beserta kunci mobil Harvy, ia akan menghilang, seperti keinginan Harvy, tapi setidaknya sampai ia menyelesaikan fashion show-nya dulu.

Aeryn menggeret 4 koper dengan kesusahan, tubuhnya mungil dan ia harus membawa 4 koper sekaligus, itu bukanlah perkara mudah, tapi Aeryn tak peduli, ia harus cepat-cepat keluar dari sana. Aeryn memberhentikan taksi dan langsung menyuruh sang supir taksi untuk membawanya ke hotel dekat tempat acara fashion show-nya akan diadakan.

Aeryn berusaha untuk tidak melamun, karna setiap kali ia melamun pasti kata-kata Harvy, Yeona dan Halmeoni langsung memenuhi pikirannya, belum lagi soal sex tape-nya, sungguh! Bolehkah Aeryn mengeluh sekarang? Aeryn tak ingin berhiperbola tapi ia yakin tak ada wanita seusianya yang mengalami hal yang sama dalam satu waktu, menyakitkan!

Aeryn langsung membayar taksi begitu membawanya kesalah satu hotel, dengan bantuan sang supir Aeryn bisa membawa keempat kopernya kedalam hotel dengan mudah, sungguh Aeryn seperti wanita yang kabur.

Setelah melewati resepsionis untuk memesan kamar, akhirnya Aeryn bisa masuk ke dalam kamar hotel, tidak besar, hanya kamar hotel standard, kasur double, tv, kamar mandi, sudah cukup untuk Aeryn, toh ia hanya perlu tinggal disini untuk beberapa hari, ia tentu harus mencari rumah baru untuk ditinggali.

Aeryn duduk diatas kasur, melihat keempat kopernya, seketika ia kembali menangis, ponselnya tak henti-hentinya bergetar, Gina, Zoa dan Sena yang sibuk menghubunginya, tapi jujur Aeryn  sedang tak ingin berbicara pada siapapun, meskipun ia harus.

------

Keesokan paginya Aeryn terbangun dan segera membersihkan diri, kepalanya begitu pusing, tubuhnya begitu lemah, wajah dan matanya bengkak, tapi Aeryn tetap harus mengurus acara fashion show-nya. Aeryn melihat ponselnya yang sudah mati total, sepertinya karna semalaman ketiga sahabatnya berusaha menghubunginya, ia lantas langsung men-charge ponselnya.

Begitu ponselnya nyala, langsung dipenuhi dengan pesan-pesan dari ketiganya, menanyakan keberadaannya, keadaannya dan mereka meminta Aeryn untuk menghubungi mereka secepatnya. Tapi Aeryn enggan, Aeryn benar-benar ingin menghilang dari mereka semua, jujur saja, dari antara mereka berempat Aeryn lebih dulu kenal dengan Yeona, lebih dekat dengan Yeona, tapi Yeona saja bisa berubah seperti semalam, ia sudah enggan mendekatkan diri pada mereka lagi.

Aeryn bukan berpikiran jelek dan negatif tapi lebih pada terlalu sakit untuk mendekatkan diri lagi, Aeryn hanya punya Yeona dulu sebelum berkenalan dengan ketiganya, bisa dibilang Yeona adalah orang yang mengenalkan Aeryn pada ketiganya. Aeryn tak membenarkan keputusannya untuk menutup diri tapi ia butuh waktu.

Aeryn lantas mengumpulkan semua energi dan fokusnya hanya pada fashion show-nya yang sudah di depan mata tapi masih banyak yang harus diurus.

Aeryn keluar dari kamar hotel dan langsung menuju ke gedung yang sudah ia sewa untuk acara fashion-nya sambil membawa koper-koper yang berisikan pakaian yang ia buat, semua mata memandang kearahnya tapi Aeryn tak peduli, toh selama ini memang seperti itu meskipun tatapan mereka seperti tatapan jijik.

Aeryn melangkahkan kakinya memasuki gedung, kosong, padahal ia sudah membuat janji dengan para model yang ia sewa untuk membagikan pakaian, memastikan bahwa pakaian yang ia buat sesuai dengan aura masing-masing model.

Aeryn merasa aneh karna ia sudah menunggu setengah jam lebih namun tak seorang pun muncul, ia lantas menghubungi manager yang mengurusi model-model yang ia sewa.

"Yeoboseyo Dani-ssi." Sapa Aeryn di telepon.

"Ye?" Seorang pria menjawabnya disebrang sana.

"Aeryn imnida, hoksi, apakah para model melupakan janji hari ini?" Tanya Aeryn pelan-pelan dan sopan.

"Eoh, Aeryn-ssi, tapi agensi tak mengijinkan para model kami untuk menjadi model di acara fashion-mu, aku sudah mengirimkan pesan padamu semalem."

"Ye? Wae?" Aeryn tergagap.

"Tentu saja agensi tak ingin melanjutkan kerjasama dengan wanita yang memiliki skandal, nama baik agensi dan para model akan rusak jika masih bekerja sama untuk acara fashion-mu."

"Skandal? Maksudmu skandal apa Dani-ssi?" Aeryn benar-benar blank dan tak tau apapun.

"Huh! Kau bisa mengeceknya sendiri Aeryn-ssi, dan ngomong-ngomong tubuhmu seseksi apa yang aku bayangkan, jika kau merasa bosan dengan pria itu, kau  bisa menghubungiku Aeryn-ssi, aku pasti bisa memuaskanmu." Panggilan langsung terputus begitu saja.

Aeryn terdiam, skandal? Tubuhnya? Damn! Apa sex tape-nya tersebar? Dengan tangan gemetaran Aeryn mencoba mengecek semuanya dari ponsel. Bukan sex tape-nya yang tersebar namun foto yang ditunjukkan Harvy semalam, foto dimana ia sedang berada diatas ranjang, telanjang bersama seorang pria yang tidak ia kenal, tubuhnya benar-benar telanjang. Dan itu semua tersebar disemua platform berita.

Aeryn jatuh dilantai gedung yang kosong, panick attack!

Semua orang memandangnya jijik tadi karna skandal ini, semua orang mengenalinya, semua orang berpikiran jelek tentangnya. Aeryn berani menjamin 99% bahwa wanita didalam foto itu bukanlah dia, tapi siapa yang percaya, bahkan Harvy pun percaya, padahal tubuhnya berbeda, payudara Aeryn lebih bulat dan pink, pinggang Aeryn lebih kecil.

Aeryn melihat bagaimana para pria mengagumi tubuhnya, akun sosial media-nya bahkan dipenuhi dengan kalimat-kalimat jelek, memuji tubuh telanjangnya atau mengatainya jalang adalah hal yang sama-sama buruk bagi Aeryn.

Aeryn tau, ia sudah hancur, acara fashion-nya, hubungannya asmaranya, persahabatannya, pekerjaannya, semuanya, tak bersisa.

Acara fashion show-nya hanya tinggal beberapa hari namun bisa dipastikan tak akan terjadi, semua jerih payahnya, semua pengorbanannya, sia-sia.

Aeryn tersenyum kecut memandangi kedua koper yang tadi ia bawa.

"It's okay, life must go on, you got this Bae." Aeryn menangis setelah mengucapkan kata terakhirnya, Bae, nickname yang selalu digunakan Harvy untuknya.

TBC
AeilsyIr

After Dusk-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang