Aeryn terbangun karna perutnya keroncongan, kamarnya sudah berubah menjadi gelap, mungkin sudah malam atau tengah malam, entahlah, Aeryn tak peduli. Aeryn merasa tubuhnya berat namun nyaman karna pelukan posesif dari seseorang, siapa lagi kalau bukan Harvy.
Aeryn berusaha melepaskan pelukan mereka hingga membuat Harvy terbangun.
"Ada apa?" Suara Harvy terdengar seksi karna bertepatan di telinga Aeryn.
"Lapar." Cicit Aeryn dan tak lama suara perut keroncongan terdengar, berasal dari Aeryn.
"Ayo, didapur ada sup ayam." Harvy bangkit dari kasur dan Aeryn baru sadar, pria itu tidak menggenakan baju, topless, Harvy memang selalu tidur tanpa baju, Aeryn tau itu tapi entah mengapa sekarang menjadi asing.
Aeryn lantas membuyarkan lamunannya sendiri lalu berdiri mengikuti Harvy keluar dari kamar menuju dapur. Pria itu sibuk mengutak-atik dapur sedangkan Aeryn hanya duduk di meja makan, memandang kaca besar yang menampilkan kota Seoul saat malam.
Aeryn terus melamun sampai aroma sup ayam masuk ke hidungnya, menggodanya hingga membuatnya semakin merasa lapar. Harvy meletakkan semangku sup ayam dihadapan Aeryn bersama dengan semangkuk nasi. Aeryn menggapai sendok dan mulai mengaduk supnya dengan mata berbinar sementara Harvy mengambilkan segelas air untuk Aeryn.
"Akh!" Pekik Aeryn tanpa sadar, ia lupa kalau supnya masih panas dan membakar lidahnya.
Harvy yang mengetahui hal itu langsung mengambil se-cube gula dan meletakkannya dilidah Aeryn dengan begitu cepat, wajahnya tetap tenang.
Aeryn mulai mengemut gula di dalam mulutnya, rasa manis dari gula mulai terasa dilidahnya.
"Perlahan Bae, ini masih panas." Harvy mulai meniupkan sup ayam milik Aeryn agar cepat dingin dan bisa dimakan langsung oleh Aeryn.
Aeryn melihat itu semua dalam diam, Harvy benar-benar sangat telaten dalam mengurusnya, bahkans aat dirumah sakit pun Harvy yang selalu mengurus semuanya, jujur Aeryn adalah gadis yang ceroboh jika menyangkut dirinya sendiri dan Harvy selalu memastikan bahwa Aeryn tidak menyakiti dirinya sendiri.
"Aaa.." Harvy menyuapkan Aeryn dan ia pun tak menolak, selama 10 menit hal itu terjadi sampai nasi dan supnya sudah habis.
Harvy lantas menyodorkan segelas air pada Aeryn.
"Sudah kenyang?"
Aeryn dengan tidak tau dirinya menggelengkan kepala hingga membuat Harvy terkekeh, mata Harvy tertuju pada jam di dinding, 04.20.
"Mau jalan-jalan untuk melihat sunrise?"
Aeryn menggelengkan kepalanya, "McDonald." Cicit Aeryn sambil menggigit bibir bawahnya namun di hentikan Harvy dengan jempolnya.
"Kau ingin aku membelikannya untukmu atau kita pergi bersama?"
"Bersama."
"Ayo, bawa jaketmu Bae."
Dan disinilah mereka, didalam mobil dengan Aeryn yang memakan sebuah fish fillet dan sebelah tangannya memegang wraps. Harvy hanya diam dikursi kemudi memandangi wanita itu makan, bibir Aeryn begitu penuh, Harvy hanya takut Aeryn tersedak.
"Pelan-pelan Bae." Harvy membersihkan belepotan di bibir Aeryn dengan jempolnya lalu mengemut jempolnya sendiri dengan santai hingga membuat Aeryn terdiam seketika namun wanita itu cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
Harvy tak tau saja jika semua perbuatannya mampu membuat Aeryn merona, Harvy adalah satu-satunya orang yang tau weak spot-nya, dan bodohnya diri Aeryn yang membuat Harvy menjadi weak spot-nya.
———
Aeryn sedang berada di taksi setelah menerima pesan dari dokter psikiater-nya, mereka kan bertemu disalah satu restoran bbq, Aeryn tak memberitahu Harvy karna pria itu sedang mengurus pekerjaannya di kantor dan akan pulang larut.
Aeryn sampai di restoran BBQ dan langsung duduk makan malam bersama dokter Jung. Aeryn tentu tak merasa bahwa dokter Jung tertarik dengannya karna setaunya pria ini sudah memiliki tunangan, mereka makan malam hanya karna perayaan pulangnya Aeryn dari rumah sakit, toh selama makan malam yang dilakukan keduanya adalah konseling dadakan.
Aeryn sudah hampir sembuh dari semua traumanya namun memang masih sangat sulit untuk bisa kembali bersikap seperti semula. Aeryn dan dokter Jung minum alkohol tentu saja tapi entah mengapa malam itu Aeryn sangat mudah sekali mabuk, padahal mereka baru menghabiskan 6 botol soju dan 4 kaleng beer.
"Aeryn sepertinya kau sudah sangat mabuk." Ucap dokter Jung yang sudah mengutak-atik ponselnya berniat menghubungi Harvy tentu saja, meskipun Aeryn belum menerima Harvy tapi saat konseling dengan dokter Jung, Aeryn memberikan nomor ponsel Harvy sebagai emergency kontak.
Aeryn sudah meletakkan kepalanya dimeja memejamkan mata sambil bernyanyi pelan, nyanyian begitu merdu meskipun sedang mabuk, hingga menarik perhatian pengunjung sekitar, mereka terlena dengan suara lembut yang dimiliki Aeryn.
Belum saja panggilan dilakukan, pintu restoran terbuka dengan begitu kasar, muncullah Harvy yang masih memakai pakaian kantor, rahang pria itu mengeras terlebih saat melihat Aeryn menyandarkan kepalanya di meja makan.
"Dia sudah mabuk." Ucap Dokter Jung yang bagi Harvy tentu sangat sia-sia, siapapun yang melihat keadaan Aeryn sekarang tau bahwa wanita itu sudah mabuk.
Harvy melepaskan jasnya dan menyampirkannya dibahu Aeryn.
"Aku tak tau bahwa dokter psikiater sepertimu tertarik pada pasiennya sendiri." Dingin sekali ucapan Harvy.
"Aku hanya mengabulkan janji yang sudah kami perbuat dan lagi, ini adalah konseling dadakan, mencoba mencari suasana baru. Ingatkan padanya untuk datang konseling minggu depan, jika hasilnya memuaskan maka itu akan menjadi konseling terakhirnya. Juga, aku sudah memiliki tunangan Tuan Kim, jadi kau tak perlu khawatir aku mencoba merebutnya, dia sudah kuanggap adik sendiri. Aku hanya tidak ingin ia sendirian disaat orang-orang mengucilkannya dulu." Sahut Dokter Jung dengan santai hingga membuat Harvy tak mampu membalasnya.
Harvy mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar bill makanan juga untuk memberikan uang taxi pada dokter Jung lalu setelah itu ia memapah tubuh mabuk Aeryn keluar dari restoran.
Harvy bisa saja menggendongnya tapi mana mungkin menggendong wanitanya ala bridal didalam restoran, tentu akan mengganggu pengunjung yang lain. Begitu keluar dari restoran Harvy langsung menggendong tubuh Aeryn menuju mobilnya namun baru beberapa langkah hujan turun dengan derasnya, kaki Harvy pun melangkah semakin cepat.
"Oh! Hujan!" Seru Aeryn dalam gendongannya, wanita cantik yang sedang mabuk itu berusaha untuk turun dari gendongan Harvy, tentu Harvy ijinkan daripada wanita itu terjatuh.
Begitu kaki Aeryn menginjak aspal wanita itu langsung melompat dengan senang sambil menyerukan kata hujan, Harvy baru tau Aeryn suka hujan. Tapi tetap saja mana mungkin Harvy mengijinkan Aeryn untuk mandi hujan lama-lama, keadaan sudah malam pula. Maka dari itu baru 5 menit Harvy sudah menggotong Aeryn ke dalam mobilnya, tubuh keduanya basah kuyub tapi Harvy lebih mengkhawatirkan Aeryn.
TBC
AeilsyIr
KAMU SEDANG MEMBACA
After Dusk-END
RomanceHe hates her so fucking much, but he loves her after dusk.