Aeryn

1.3K 106 1
                                    

Semua berlalu dengan cepat, masa pemulihan Aeryn pun berlalu dengan cepat, ia sudah tak perlu memikirkan soal pengadilan atau apapun karna Harvy sudah menarik semua tuntutan, pria itu benar-benar memutuskan hubungannya dengan Halmeoni-nya.

Yeona datang untuk menjenguknya begitu mengetahui apa yang terjadi tapi Aeryn juga tak memberikan respon lebih hanya sekedar mendengarkan pembelaan Yeona, ia memaafkan wanita itu tapi jika disuruh untuk bersahabatan seperti dulu Aeryn tidak bisa.

Dan untuk semua skandal yang melibatkan nama Aeryn sudah hilang, sekarang malah berpaling pada Hanabi dan Halmeoni, publik sudah berpindah pihak dan merasa bersalah sempat mengunjing Aeryn.

Aeryn sendiri sudah mendapatkan gelarnya menjadi seorang lulusan fashion designer, bahkan mereka meminta Aeryn mengadakan fashion show yang sempat gagal, tentu saja Aeryn menolak, ia tidak ingin melakukan hal yang sama lagi, bahkan baju-baju yang pernah ia rancang ingin ia sumbangkan saja, terlalu sakit untuk mengingat kembali.

Aeryn benar-benar berubah menjadi wanita yang pendiam, tidak seperti dulu yang aktif dengan mulut tajamnya, bahkan pada Harvy yang biasanya beradu mulut pun Aeryn lebih banyak merespon seadanya dan diam jika tidak ditanya, benar-benar berbeda, tapi tak ada seorang pun yang berani mengeluarkan komplain karna mereka semua paham apa yang membuat Aeryn begitu.

Aeryn sedang bersiap untuk pulang dari rumah sakit dibantu oleh Harvy meskipun wanita itu sudah mengatakan tidak perlu membantunya.

"Ayo Bae." Harvy menenteng tas Aeryn dan hendak menggenggam tangan Aeryn namun wanita itumenghindar dan berjalan didepan Harvy.

Aeryn berjalan perlahan didepan Harvy, semua orang memandangnya entah itu tatapan rasa bersalah atau tatapan memuja mengingat visual dan aura seorang Aeryn memang sekuat itu, tapi lagi dan lagi, Aeryn tak peduli.

"Bae Aeryn." Panggil seseorang hingga membuat Aeryn mencari sumber suara orang yang memanggilnya, begitu juga dengan Harvy.

Keduanya bisa melihat seorang pria berpakaian dokter menghampiri Aeryn, dokter psikiater Aeryn.

"Dokter Jung." Panggil Aeryn pelan.

"Kau sudah diijinkan pulang?" Dokter Jung berdiri dihadapan Aeryn dengan kedua tangannya masuk ke kantong jubah dokternya.

Aeryn menganggukkan kepala sebagai respon.

"Bagus, kau masih ingat perjanjian kita? Kita harus merayakannya jika kau sudah diijinkan pulang dari rumah sakit." Ucap sang dokter lagi.

Lagi dan lagi Aeryn menganggukkan kepalanya.

"Aku jemput kau besok malam?" Tanya sang dokter yang membuat Harvy dibelakang Aeryn mengeraskan rahangnya.

"Tak perlu, katakan saja dimana kita harus merayakannya, aku akan kesana sendiri."

"Baiklah, aku akan mengirimkanmu pesan. Selamat Aeryn, akhirnya kau sudah diijinkan pulang dan ingat, kau masih harus konseling denganku minggu depan." Sang dokter menepuk lengan kiri Aeryn perlahan sebelum menghilang dari hadapan Aeryn tanpa menghiraukan tatapan tajam dan cemburu milik Harvy.

Aeryn kembali melanjutkan langkahnya dengan Harvy yang mengekor dibelakang, Aeryn bisa merasakan aura-aura panas yang dikeluarkan Harvy bahkan saat mereka berada didalam mobil dengan AC menyala pun, Aeryn masih kepanasan.

Sepanjang perjalanan Harvy hanya diam dengan wajah dinginnya begitu juga Aeryn, tidak ada yang memulai pembicaraan. Aeryn diantarkan Harvy ke rumah kecil rooftop sewaannya. Saat Aeryn turun dan hendak mengambil tasnya, Harvy menahannya.

"Kau akan bertemu dengan dokter itu besok?" Sepertinya Harvy sudah tak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.

Aeryn kembali menganggukkan kepala dan Harvy menggeram, "Hanya makan malam untuk merayakan kepulanganku, kami sudah membuat perjanjian untuk itu." Cicit Aeryn pelan, entah mengapa ia merasa bahwa ia perlu menjelaskannya pada Harvy.

"Kalau begitu aku ikut." Ujar Harvy dengan cepat.

Aeryn mengedipkan matanya beberapa kali, "Kenapa kau ingin ikut?"

"Aku tak suka berbagi Bae, terutama jika itu menyangkut dirimu. Aku tak peduli seberapa lama kau harus mempersiapkan dirimu untuk kembali memulai dari awal lagi bersama tapi aku tak suka jika kau berdekatan dengan pria lain, kau hanya milikku Bae." Jawab Harvy tanpa ragu sedikit pun.

"Makan malam besok bukan kencan." Jawab Aeryn lagi seolah mengerti jika Harvy cemburu.

"Aku tak peduli, tapi siapa yang menolak untuk bisa makan malam dengan wanita sepertimu Bae, kau cantik dan menawan, siapapun tentu ingin makan malam denganmu, meskipun makan malamnya hanya kedok karna sebenarnya mereka hanya ingin berdekatan denganmu." Lanjut Harvy lagi.

Aeryn diam, "Tapi.. kami sudah membuat perjanjian hanya berdua." Aeryn menunduk.

Harvy kemudian menarik napasnya panjang lalu tak lagi menahan Aeryn, lantas Aeryn pun keluar diikuti Harvy, saat Aeryn ingin mengambil tasnya Harvy bersuara.

"Aku membawamu kesini hanya untuk mengambil semua barang-barangmu, aku tak mungkin membiarkanmu tinggal disini." Tegas Harvy seperti sebuah ultimatum.

"Ye?" Aeryn tak mengerti.

"Aku tak mau kau tinggal disini Bae, kemasi semua barangmu." Titah Harvy.

Aeryn akhirnya pun menaiki tangga menuju rumah sewaannya tanpa membantah dengan Harvy dibelakangnya, mengekor. Begitu rumahnya terbuka Harvy bisa melihat betapa berantakannya ruangan itu, bekas kejadian malam itu.

"Bawa hanya barang-barang penting, kita bisa kembali lain waktu." Ujar Harvy yang tak direspon oleh Aeryn dengan kata-kata namun wanita itu mulai mengambil beberapa barang yang memang penting dan dibutuhkan.

Hanya sebentar mereka berada disana karna Aeryn hanya mengepak 1 koper kecil, tentunya Harvy yang membawakannya kemobil, lalu mereka pun meninggalkan daerah kumuh itu.

"Kau akan membawaku kemana?" Tanya Aeryn karna ia sama sekali tak tau kemana Harvy akan membawanya.

"Tempat baru." Hanya itu respon Harvy dan mereka berdua pun kembali diam.

Setelah berkendara selama 30 menit akhirnya mereka sampai disebuah apartment yang baru selesai dibangun, Harvy turun dengan tas dan koper Aeryn, disusul dengan Aeryn, keduanya memasuki gedung dan langsung menuju lift yang membawa mereka ke lantai 88. Aeryn bingung tapi juga tak mau bertanya.

Harvy berjalan menuju pintu 8801 dan membukanya, mereka disambut dengan ruangan minimalis namun elegan yang didominasi warna hitam, putih.

"Mulai sekarang kau tinggal disini." Ucap Harvy setelah menutup pintunya.

"Why?"

"Because i said so." Jawaban Harvy terlampau santai sambil berjalan menuju sebuah pintu dan membukanya, master bedroom, "Istirahatlah dulu, kau pasti lelah."

Aeryn sendiri tak membantah karna meskipun ia sudah pulih tapi ia memang masih gampang lelah, untuk itu ia masuk ke master bedroom itu dan membaringkan tubuhnya diatas king size bed yang empuk dan lembut terlebih dibaluti dengan sprei sutra berwarna dark grey. Dalam waktu 5 menit Aeryn sudah masuk kealam mimpi bahkan tak menyadari jika Harvy ikut berbaring disampingnya, memeluk tubuhnya begitu hangat dan posesif.

TBC

AeilsyIr

After Dusk-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang