Surat Merah (II)

220 41 16
                                    

"Apa kamu sadar dengan tindakanmu?" Bentak nenek Choi keras, ekspresi wajahnya terlihat sangat murka.

Yuna hanya memutar bola mata malas.

Langit masih sangat gelap saat nenek Choi mengetuk pintu toko bunga mereka, meneror ponsel Yuna yang akhirnya membuat Yuna terpaksa mengalah dan turun ke lantai bawah membuka pintu.

Dan di sinilah Yuna, duduk di salah satu kursi toko, mendengarkan celotehan panjang nenek Choi yang tidak berhenti mondar-mandir.

"Bisakah anda diam? SinBi dan Yewon masih tertidur, ini masih sangat pagi dan anda sudah berteriak-teriak menganggu ketenangan rumah kami." Protes Yuna datar, mulai muak.

"Apa katamu?!!" Suara nenek Choi justru semakin keras, membuat Yuna mendelik kesal menatap nenek Choi tajam.

"Selama dua hari kamu bersembunyi dan mengabaikan semua panggilan telepon dariku, selama dua hari itu aku juga sibuk membereskan masalah yang kamu buat, aku sudah sangat baik mencarikan calon pendamping untukmu dari keluarga terpandang, tapi kamu justru mempermalukan nama baik keluarga Choi."

"Huh!! Calon pendamping?!! Yang benar saja? Anda pikir anda siapa sampai berpikir punya hak mencarikan pendamping untukku? Dan apa? Nama baik keluarga Choi? Omong kosong!!"

"Meskipun kamu tidak suka, tapi ada cara yang lebih baik untuk menolak!"

"Semua itu tidak akan terjadi jika anda tidak mengatur acara makan malam konyol seperti itu!!"

"Ya, beginilah dirimu, selalu membantah dan tidak bisa mempertanggung jawabkan kekacauan yang sudah kamu buat!!"

"Bertanggung jawab?!! Ya, aku memang tidak tahu bagaimana cara melakukannya, tapi rasanya lucu sekali mendengar anda membahas tentang tanggung jawab, bukankah anda sendiri juga tidak pernah bertanggung jawab? Anda hanya menggunakan uang anda untuk menyembunyikan semua kebusukan keluarga Choi, apa itu yang ingin anda sebut bertanggung jawab?" Ucap Yuna datar,

"Yakk!!" Teriakan nenek Choi semakin menggila,

Yuna segera berdiri dari kursinya,

"Bukankah perjodohan itu untuk Choi A-ra, jadi kenapa membawaku terlibat tanpa menjelaskan apapun? Aku sudah mengatakannya berulang kali, jangan libatkan aku dengan hal apapun yang berurusan dengan keluarga kalian!! Anda bisa mencoret namaku dari daftar pewaris keluarga Choi, aku juga tidak peduli. Marga Choi sudah terputus dariku sejak ayah dan ibuku meninggal, jadi jangan pernah menganggap-ku sebagai cucu keluarga Choi lagi!! Aku tidak sudi!!"

"Kamu benar-benar mirip dengan ibumu!!!" Ucap nenek Choi ketus, menatap Yuna dengan tatapan merendahkan.

Yuna mengepalkan tangan menahan amarahnya, ia paling benci mendengar seseorang merendahkan ibunya.

"Ya, aku memang sama persis dengan ibuku yang sangat anda benci itu, jadi silahkan pergi." Ucap Yuna sambil mengangkat telunjuk tangan kanannya ke arah pintu,

Nenek Choi mendengus keras, lalu melangkah pergi dengan cepat, menutup pintu toko bunga dengan keras.

Yuna menghela nafas berat, lalu duduk berjongkok, menunduk dalam meratapi nasibnya.

SinBi dan Yewon yang sejak tadi memang sudah terbangun dan menunggu di lantai atas, segera berlari turun menghampiri Yuna, keduanya ikut berjongkok di samping kanan dan kiri Yuna, memeluk Yuna erat.

Yuna menumpukan kepalanya di pundak kanan SinBi, memejamkan mata menahan air matanya, ia tidak ingin menangis untuk sesuatu yang sudah sering terjadi dalam hidupnya.

SinBi dan Yewon saling menatap, ikut sedih melihat keadaan Yuna.

***

"Aku tidak menyangka nenek sihir itu justru mengatur acara makan malam perjodohan untuk kak Yuna." Komentar SinBi sambil menata bunga-bunga yang akan mereka jual pagi itu,

A Pearl (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang