NyX (Luna) I

295 37 14
                                        

Set.

"Wuah..."
Nao, seorang anak laki-laki berseragam sekolah yang sedang duduk di salah satu kursi perpustakaan, menganga takjub melihat lima buku yang baru saja bergerak sendiri masuk ke dalam rak perpustakaan.

Di hadapan Nao, seorang perempuan bernama Ayleen duduk menyunggingkan senyum lebar sambil mengangkat alis kanannya, ekspresi wajahnya terlihat jelas sedang membanggakan diri dengan tindakannya barusan.

"Sekarang kamu percaya kan?"

Nao menunduk mendekatkan wajahnya ke hadapan Ayleen, menatap ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada orang lain di dekat mereka, padahal memang tidak akan ada orang lain, mereka duduk kursi lorong ujung perpustakaan tempat di mana tidak ada siapapun yang ingin datang.
"Bagaimana bisa kamu melakukannya?" Tanya Nao berbisik pelan, masih sedikit sulit mempercayai apa yang baru saja dilihatnya tapi juga merasa sangat takjub.

Ayleen semakin tersenyum lebar, merasa semakin bangga.
"Kami memang terlahir seperti ini, sedikit lebih istimewa dari manusia biasa."

"Kami? Jadi bukan hanya kamu seorang?" Tanya Nao semakin takjub,

Ayleen mengangguk, semakin antusias melihat rasa penasaran Nao. Ayleen meraih pulpen di dekatnya lalu menulis sebuah tulisan -NyX- di halaman buku kosong milik Nao.

Nao menunduk membaca tulisan itu, mengerutkan kening tidak mengerti.

"Itu sebutan untuk bangsa kami, ada banyak dari kami yang tinggal dan berbaur dengan manusia, kekuatan yang kami miliki beberapa ada yang sama tapi juga ada yang berbeda, bahkan kami juga punya sekolah khusus untuk melatih kemampuan itu." Ayleen menjelaskan,

Nao mengangguk-angguk paham, mengambil pulpen dari tangan Ayleen lalu mencatat informasi dari Ayleen di bawah tulisan Ayleen sebelumnya.

"Menarik sekali, pantas saja kamu selalu terlihat mudah melakukan banyak hal." Komentar Nao,

Ayleen hanya mengangkat bahu santai.

"Apa ini juga caramu bisa menjadi siswa terbaik di sekolah kita?" Tanya Nao, tidak bermaksud mencurigai Ayleen hanya sengaja ingin membuat Ayleen kesal.

"Enak saja! Aku memang cerdas, jangan menuduh seenaknya!" Protes Ayleen cemberut,

Nao tersenyum lebar lalu menjulurkan lidah mengejek Ayleen, membuat Ayleen mendengus kesal.

"Tapi kenapa kamu justru masuk di sekolah ini? Apa tidak perlu melatih kemampuan-mu itu?"

"Aku tidak tertarik, lebih menyenangkan bersekolah di sekolah yang sama dengan manusia lainnya."

Nao tersenyum sambil mengangguk pelan,
"Benar, aku jadi bisa bertemu denganmu berkat itu."

Ayleen ikut tersenyum lalu mengangguk setuju.

"Tapi apa tidak masalah menceritakannya padaku?" Tanya Nao serius, sedikit khawatir.

Ayleen diam sejenak,
"Kamu akan merahasiakannya kan?"

"Tentu saja." Jawab Nao cepat, membuat Ayleen kembali tersenyum.
"Aku tidak akan jadi satu-satunya yang spesial jika menyebarkan ini pada orang lain." Lanjut Nao, lalu meraih tangan kanan Ayleen, menggenggamnya erat.

Ayleen semakin tersenyum lebar, membuat Nao juga ikut tersenyum, menatap Ayleen lembut.

***
Nao yang sedang duduk di sisi kiri ranjang rumah sakit, tersenyum tipis mengenang salah satu kenangan masa remajanya, Nao merasa masih mengingat jelas bagaimana takjubnya ia melihat Ayleen bisa menggerakkan lima buku pada saat itu.

Senyuman Nao melebar saat tatapannya jatuh pada bayi kecilnya yang tertidur lelap dalam box bayi di samping kirinya, Nao dan Ayleen baru saja kedatangan malaikat kecil yang diberi nama Luna, bulan purnama yang bersinar terang malam itu bahkan sampai menembus gorden putih rumah sakit, menyinari wajah malaikat kecil Nao yang lucu, Nao jadi tidak sabar ingin melihat akan secantik apa putrinya saat tumbuh besar nanti, Nao harap waktu berjalan lambat agar ia dan Ayleen bisa menikmati kebahagian membesarkan putri mereka lebih lama.

A Pearl (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang