Monster (VI)

239 41 21
                                    

Yuna dan Eunha duduk memeluk lutut berhadap-hadapan di atas tempat tidur, masih mencerna semua informasi rahasia yang baru saja diberitahukan Jungkook dan Jimin.

"Apa kamu percaya cerita mereka berdua?" Tanya Eunha, menatap Yuna serius.

"Cerita itu cukup masuk akal untuk menjawab kenapa laki-laki bertudung hitam itu mengincar kita dan bukannya menghancurkan bunga eiyra langsung."

Eunha menghela nafas berat, menggeleng-gelengkan kepala tidak ingin percaya.

"Tapi bisa saja si Jungkook dan si Jimin itu berbohong hanya untuk menakut-nakuti kita, membuat kita menahan diri lebih lama agar tidak keluar rumah, mempermudah tugas mereka." Bantah Eunha,

"Tapi ayah sendiri membiarkan bunga eiyra yang langka itu diletakkan di samping jendela ruang tengah dan hanya dijaga pengawal biasa, satu-satunya alasan ayah melakukan itu pasti karena ayah yakin bunga eiyra akan baik-baik saja selama aku juga baik-baik saja."

"Tapi bagaimana mungkin kak Yerin dan kak Taehyung tidak mengatakan apapun, bahkan Sinbi dan Yewon juga, kita seharusnya diberitahu apalagi kamu yang benar-benar terhubung dengan bunga eiyra itu."

"Tuan Jungkook dan tuan Jimin sudah mengatakannya tadi Eunha, ayah memerintahkan mereka untuk merahasiakan semuanya."

"Tetap tidak masuk akal bagiku Yuna, aku sama sekali tidak ingin mempercayainya. Jika semua itu memang benar, maka perkataan si laki-laki bertudung hitam itu juga benar, kita sial karena sudah menemukan bunga eiyra itu, aku yang sudah membuatmu sial, seharusnya aku tidak mengajakmu ke taman itu, dengan begitu kamu tidak akan menemukan bunga eiyra dan kita tidak terlibat dalam masalah ini." Eunha menunduk penuh penyesalan,

Yuna menghela nafas berat, mengelus pelan punggung Eunha.

"Berkat kamu mengajakku ke taman itu, aku menemukan bunga eiyra, bunga yang bisa membantu kita menolong banyak manusia bahkan juga bangsa Eylix, bagaimana bisa hal sebaik ini disebut kesialan? Justru ini adalah sebuah berkat Eunha, sebuah keajaiban." Hibur Yuna,

Eunha menggeleng lemah,

"Tetap saja Yuna, sekarang berkat itu banyak orang yang akan mengincar nyawamu, karena aku."

"Hanya si laki-laki bertudung hitam itu Eunha, dia pasti sudah merencanakan sesuatu yang jahat untuk semua bangsa Eylix dan mungkin juga untuk manusia."

Eunha mengangkat kepala, menatap Yuna dengan mata berkaca-kaca.

"Meskipun si laki-laki bertudung hitam itu ditemukan, nantinya akan muncul orang-orang jahat seperti itu lagi Yuna. Mau sampai kapan kamu harus tetap diam di dalam rumah seperti ini? Seumur hidup?!! Tidak!! Aku salah, bahkan di dalam rumah sendiri juga tidak aman, kamu baru saja hampir celaka di kolam sendiri, ini sangat buruk!!"

"Aku tidak melihat apapun di dalam kolam Eunha! Saat itu mungkin kamu salah lihat." Bantah Yuna, sedih melihat Eunha begitu menyalahkan diri sendiri.

"Aku benar-benar melihat siluet ular besar Yuna! Aku tidak mungkin salah lihat!! Jika memang aku salah lihat, lalu apa yang menarik-mu jatuh ke dalam kolam itu?!!"

Yuna terdiam, tidak bisa membantah, memang ada sesuatu yang menarik kakinya meskipun Yuna tidak melihat makhluk apa pelakunya.

Yuna menghela nafas panjang, mendekat memeluk Eunha.

"Sudahlah... kamu sendiri yang mengatakan tidak perlu khawatir, kita masih bisa keluar rumah, jika tidak suka diawasi oleh tuan Jungkook dan tuan Jimin, kita masih bisa berjalan-jalan bersama Sinbi dan Yewon." Yuna berusaha menghibur sambil menepuk-nepuk pelan punggung Eunha,

Eunha menghela nafas berat, membalas pelukan Yuna.

"Aku tidak mengkhawatirkan diriku Yuna, jika mau aku bisa pergi ke manapun yang aku inginkan, aku mengkhawatirkan-mu."

A Pearl (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang