Monster (II)

187 41 22
                                    

Di jalanan desa yang masih sunyi, Sinbi dan Yewon berjalan pelan sambil memperhatikan setiap pekarangan rumah yang dilewati, mencari rumah mana yang menanam bunga rudh.

"Ini pekerjaan yang sia-sia, kita sudah melewati jalanan ini berulangkali dan kenyatannya memang tidak ada satupun rumah yang menanam bunga rudh." Keluh Sinbi,

Yewon menghela nafas berat,

"Setuju, lagipula semua manusia di desa ini sangat ramah dan baik hati, mereka tidak mungkin mencurigai kita bahkan sampai mengutus seseorang yang mengetahui rahasia bunga rudh hanya untuk menyerang kita."

"Tidak ada cara lain, kita hanya punya satu pilihan." Ucap Sinbi, menatap Yewon ragu.

"Aku tahu maksudmu, dari semua orang di desa ini, kak Yuna dan kak Eunha adalah orang yang paling menyukai bunga, tapi tidak mungkin mereka."

"Aku juga tidak berpikir kak Yuna dan kak Eunha pelakunya, mereka tidak mungkin melakukan itu, tujuan kita hanya untuk bertanya bukan menuduh kak Yuna dan kak Eunha."

Yewon menghela nafas berat,

"Mendatangi kak Yuna atau kak Eunha untuk bertanya tentang bunga rudh rasanya sama saja seolah kita mencurigai mereka."

"Mau bagaimana lagi, setidaknya kita bisa memastikan kak Yuna dan kak Eunha tidak terlibat, jadi kak Jungkook dan kak Jimin bisa berhenti curiga." Bujuk Sinbi,

"Baiklah, aku setuju."

"Bagus, ayo."

Sinbi dan Yewon lalu menghilang dari jalanan desa.

^■□□■^

"Hmm... hmmm.. hmm..." Yuna sedang menyiram bunga-bunganya sambil bersenandung riang, terlihat sangat senang.

Nira yang juga sedang membantu menyiram bunga, terus tersenyum lebar sambil sesekali melirik Yuna, ikut senang melihat Yuna yang selalu tersenyum bahagia.

"Pagi kak Yuna." Sapa Sinbi tiba-tiba,

Yuna dan Nira spontan berbalik menatap Sinbi dan Yewon yang sudah berdiri berdampingan tidak jauh dari mereka.

"Sinbi? Yewon? Kapan kalian datang?" Tanya Yuna sambil meletakkan kendi air ke tanah,

"Baru saja." Jawab Yewon,

"Selamat pagi nona Sinbi, nona Yewon." Sapa Nira menunduk sopan,

"Sudah aku katakan berulang kali, jangan memanggilku nona, dan tidak perlu menunduk sopan untuk menyapaku." Protes Sinbi,

"Iya, padaku juga tidak perlu." Tambah Yewon,

Nira hanya tersenyum, Sinbi dan Yewon memang selalu protes tapi itu juga sudah menjadi kebiasaan Nira, Nira tidak bisa mengubahnya.

"Kalian datang dari mana? Aku tidak mendengar langkah kaki kalian?" Tanya Yuna sedikit bingung,

"Tentu saja lewat pintu gerbang depan, memangnya mau lewat mana lagi?" Jawab Yewon, tersenyum tipis menutupi kebohongannya.

"Kak Yuna saja yang terlalu fokus menyiram tanaman sambil bersenandung, sampai tidak menyadari kedatanganku dan Yewon." Tambah Sinbi, membantu kebohongan Yewon.

"Tapi aku juga tidak mendengarnya." Sela Nira,

Sinbi dan Yewon menelan ludah gugup,

"Tentu saja kak Nira tidak mendengarnya, kak Nira lebih fokus menatap kak Yuna." Bantah Sinbi, berpikir cepat mencari alasan.

Yewon segera mengangguk, mendukung ucapan Sinbi.

Nira tertawa pelan, sedikit malu sudah tertangkap basah memperhatikan Yuna.

A Pearl (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang