004

5K 230 8
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.

Satu minggu sudah semenjak kejadian kecelakaan itu Fino harus sering berkunjung ke rumah sakit untuk memastikan keadaan wanita yang ia tabrak itu yang saat ini Fino tau namanya adalah Amira.

Saat ini Amira sudah di perbolehkan pulang sebenarnya tidak ada luka yang begitu parah pada Amira namun dia di rawat di rumah sakit karena masih sesekali merasakan pusing di kepalanya akibat benturan.

Fino baru saja tiba di rumah sakit dan telah selesai mengurus administrasi akhir dari perawatan Amira. Fino melangkahkan kaki nya menuju ke ruang rawat Amira.

Fino mengerutkan keningnya saat dia mendengar suara anak kecil dari dalam kamar Amira yang membuat Fino kebingungan siapa anak kecil yang berada di kamar Amira tersebut.

Tok... tok...tok...

"Iya masuk" jawaban dari Amira membuat Fino membuka pintu ruang rawat Amira, dan benar saja di dalam kamar Amira ada seorang gadis kecil sedang duduk di hadapan Amira.

"Pak Fino. Saya berterimakasih sama bapak karena selama ini saya sudah di berikan perawatan yang benar benar memulihkan saya secara total" ujar Amira kepada Fino.

"Itu bentuk tanggung jawab saya ke kamu karena sudah menabrak kamu" ujar Fino tetapi matanya tak lepas dari anak kecil di atas berangkar itu.

"Ohh iya pak titip ucapan terimakasih juga buat Pak Satria"

"Hmm nanti saya sampaikan. Dia siapa?" Tanya Fino yang sudah sangat penasaran dengan anak perempuan yang Fino yakini berusia 4 sampai 5 tahun itu.

"Ini Asya anak saya, Asya sini sayang kenalan  dulu sama Om" ujar Amira kepada anaknya dan anak kecil itu menyalami tangan Fino.

"Hallo Om, nama aku Asya" ujar gadis kecil itu.

Fino tersenyum kecil dia menyamakan tinggi badan nya agar sejajar dengan anak itu. Jujur saja Fino merasa terkejut saat Amira mengatakan jika gadis kecil ini adalah anak nya yang tidak lain berarti Amira sudah mempunyai suami.

Fino juga merasa bingung bagaimana bisa bibi Amira kemarin meminta Fino menikahi Amira sedangkan dia sudah memiliki anak dan suami.

"Hai nama om Fino" ujar Fino sambil tersenyum manis kepada anak itu.

"Om Fino yang nolongin bunda Asya ya, makasih ya Om udah baik sama bunda Asya" ujar anak itu. Fino jujur merasa tidak enak sebenarnya dia juga penyebab bunda Asya seperti ini.

"Hmm om juga yang—" ucapan Fino terhenti karena Amira yang sudah lebih dulu berbicara kepada Asya.

"Asya ayo sekarang ambil tas Asya yang di bawa tadi, kita pulang sekarang ya" ujar Amira dan anak itu pun menuruti ucapan bundanya.

"Pulang naik apa?" tanya Fino.

"Saya naik angkot Pak" ujar Amira.

"Gak ada jemputan? Suami kamu dimana?" Tanya Fino kepada Amira.

"Naik angkot saja Pak" ujar Amira lalu menggandeng tangan Asya.

Fino merasakan hal yang aneh di sini dari awal Fino menabrak Amira sampai saat ini dia tidak melihat tanda tanda suami Amira muncul jika Amira benar sudah menikah.

"Biar saya antar kalau begitu" ujar Fino.

"Tidak usah pak saya bisa pulang sendiri" ujar Amira terus menolak.

"Kamu baru sehat itu luka kamu masih terlihat, jalan saja masih tidak normal bagaimana bisa kamu naik angkot berdesakan dengan orang. Jangan menolak lagi saya akan antar kamu pulang" ujar Fino lalu mengambil tas berisi pakaian Amira selama di sini dan menggandeng tangan Asya di tangan kosong Fino.

You're Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang