024

3.7K 190 1
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.

Saat ini di ruang tengah rumah Fino begitu ramai dengan kedatangan paman dan juga bibi Amira yang sengaja di telfon untuk datang kemari.

"Sekarang jelas kan ada apa?" Tanya papa Adit.

"Nak Fino ada apa ya? Kami benar benar tidak tau kenapa kami di minta untuk kemari?"

"Amira minum pil pencegah hamil" ujar Fino dengan suara yang tidak begitu jelas karena sehabis menangis.

"Astaughfirullah Amira kenapa kamu lakukan itu?" Tanya Bibi Anita kepada Amira yang berada di sampingnya.

"Maaf bi, Amira memang minum itu saat awal menikah sama Fino tapi udah lama jugak Amira tidak minum itu" ujar Amira dengan menangis sesegukan.

"Amira kenapa sayang kamu lakukan itu? Apa anak mama ada salah sama kamu sampai kamu tidak mau hamil?" Tanya Jihan yang juga berada di samping Amira.

"Nggak ma, Fino gak salah ini semua salah Amira yang tidak berfikir kebelakang nya hikss. Saat awal nikah Amira masih mau fokus sama Asya, Amira gak mau sampai Asya kembali merasakan kekurangan rasa kasih sayang dari seorang ayah sedang kan Asya baru pertama kali merasakan nya" ujar Amira

"Apa saya memaksa kamu untuk cepat hamil? Saya juga pernah tanya sama kamu kan tapi kamu bilang tidak masalah jika hamil" ujar Fino dan lagi lagi Amira hanya menunduk.

Jihan yang melihat anaknya begitu kasihan karena ini pertama kalinya dia melihat anak laki laki nya menangis di hadapan nya dan juga di hadapan banyak orang.

Jihan kenal anaknya tidak akan mungkin menunjukan kesedihan nya di hadapan orang lain kecuali dia sudah tidak mampu lagi menyembunyikan kesedihan itu.

"Terus Amira sudah berapa lama minum pil itu?" Tanya Jihan.

"Amira cuma konsumsi itu selama tiga minggu ma, dan udah beberapa hari ini Amira tidak minum itu hikss karena pil itu yang hilang gatau dimana"

"Kalau misal pil itu tidak hilang apa kamu akan terus minum itu?, sekalian saja kamu tidak usah hamil anak saya" ujar Fino lalu pergi begitu saja.

"Fino, mau kemana kamu" ujar papa nya tanpa di dengar oleh Fino.

"Maaf om biar saya yang kejar Fino" ujar Satria kepada Adit.

Satria mengejar keluar dari rumah Fino lalu mengikuti Fino yang akan pergi entah kemana.

"Ngapain lo ikutin gue" ujar Fino kepada Satria.

"Fin jangan gini lahh, lo lagi gak baik baik aja terus lo mau nyetir? Lo mau mati?"

"Gue lebih baik mati Sat"

"Jangan goblok, sini gue yang nyetir" ujar Satria yang akan mengambil kunci mobil namun di tahan oleh Fino.

"Gak usah ikutin gue"

"Gue mau ikut pokoknya, ayo gue anter lo mau kemana" ujar Satria mengambil kunci mobil itu lalu menuju ke mobil hingga Fino pun masuk ke dalam mobil.

Satria menjalankan mobil Fino menjauh dari pekarangan rumah dan setelah itu keluar dari perkomplekan rumah Fino. Tanpa Fino sadari seseorang melihat Fino sejak tadi dari balik jendela kaca rumah, dia adalah istri dari Angga yang dari awal melihat kecurigaan ketika rumah Fino banyak mobil terparkir.

"Ini mau kemana?" Tanya Satria sambil fokus menyetir.

"Ke jurang" ujar Fino.

"Ngapain anjir, lo masih nekat aja mau bunuh diri? Gak mempan di jurang ke stasiun aja gimana? Terus lo beridir di tengah rel tunggu kereta lewat nahh di jamin lo langsung mati"

You're Mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang