Haechan berada di ruangannya tengah sedikit memikirkan sikap Mark akhir-akhir ini.
Sudah beberapa hari setelah pesta bersama dreamis, Mark jadi lebih manja saat berada di dekatnya seakan tidak mau jauh darinya. Mark juga sering menumpang tidur di ruangannya. Tapi terkadang dia terlihat biasa saja di depan semua orang dan di depan member. Tapi itu tidak masalah. Haechan berpikir mungkin Mark tidak ingin menunjukkannya di depan semua orang. Dan Haechan sangat mempercayai keputusan Mark.Haechan tidak ingin ada kesalahpahaman lagi antara dirinya dan Mark. Sudah cukup hancur rasanya jika berada jauh dari Mark. Apapun yang Mark inginkan, akan coba Haechan pahami.
Ditengah lamunannya, seseorang melingkarkan tangannya memeluk Haechan dari belakang. Siapa ini? Mark?
"Mark? Ada apa?" tanya HaechanMark menempatkan dagunya di pundak Haechan.
"Kau memikirkan apa?" tanya balik Mark"Tidak memikirkan apapun" jawab Haechan
"Jangan banyak berpikir, atau kau akan pusing dan sakit lagi"
Haechan terkekeh mendengarnya,
"Manusia itu makhluk berpikir. Aku bisa berpikir karena aku manusia. Seperti kau tidak pernah berpikir saja" kata Haechan"Aku juga selalu berpikir. Kau tahu apa yang kupikirkan? Kau" kata Mark
Haechan memutar matanya malas, tidak biasanya Mark seperti ini.
"Terserah. Apa lagi yang kau pikirkan selain pekerjaanmu, tidak ada" kata Mark"Aku memikirkan banyak hal. Bukan hanya pekerjaanku, tapi juga sijeni, para member, dan yang lainnya" ucap Mark
"Baiklah" Haechan membalikkan badan melepaskan pelukan Mark
"Kau mau apa?" tanya Haechan. Mark pasti menginginkan sesuatu."Aku lapar. Tolong masakkan sesuatu untukku" kata Mark
"Itu saja? Baiklah, ayo!" ucap Haechan
Mark tersenyum mengetahui ternyata Haechan sangat mengerti dirinya.
Haechan keluar menarik tangan Mark dan menuju ke dapur."Baiklah, apa yang bisa kumasak" ujar Haechan melihat-lihat bahan makanan
Mark berdiri saja memperhatikan Haechan.
"Kau tunggu saja, aku akan memasak" kata Haechan
"Aku akan membantumu" ujar Mark
"Tidak perlu, aku akan cepat" kata Haechan
"Tidak, aku akan membantu"
"Baiklah" kata Haechan
Mark tersenyum mendengarnya dan membantu Haechan sebisanya.Mereka memasak bersama. Mark tidak berhenti tersenyum sejak tadi. Dia sangat senang melakukan hal ini bersama Haechan. Haechan pandai memasak, dan ia suka memakan masakannya. Haechan yang memasak iru menunjukkan bahwa ia memiliki banyak pesona. Benar, pesona Haechan tidak bisa ditolak siapapun. Bahkan oleh Mark. Mark mencintainya, lebih dari sahabat, lebih dari yang Haechan duga. Tidak bisakah Haechan melihat matanya yang menunjukkan banyak cinta untuknya.
Mark menatap Haechan yang sedang memasak. Begitu hebat di mata Mark. Orang yang membersamai perjuangannya hingga kini, dan perannya yang begitu besar dalam perjalanan Mark.Perasaannya pada Haechan kadang tidak bisa ia mengerti. Ia sangat menyayanginya, bahkan sangat mencintainya. Perasaannya pada Haechan membuatnya ingin terus menjaganya, melindunginya, dan menemaninya. Ia menjadi sangat ingin membatasi Haechan bersama orang lain, Jaehyun ataupun Jeno. Tapi dia tidak memiliki hak untuk melakukannya. Dia tidak ingin egois.
Mark tersenyum memikirkannya. Dia harus bisa mengendalikan diri.Mark beralih menatap Haechan dan ikut membantunya kembali.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Doyoung tiba-tiba, membuat Haechan terkejut