Di suatu hari setelah jadwal yang padat, Renjun duduk bersama Jaemin di sebuah cafe.
"Kau sedang merencanakan apa?" tanya Jaemin
Renjun mengangkat kepala mendengar pertanyaan Jaemin. Renjun mengangkat alis, tanda tidak mengerti
"Kau tidak sedang berusaha menjauhkan Mark hyung dan Haechan, kan?"
Renjun terdiam sebelum merespon
"Apa?"Jaemin tersenyum
"Tidak, lupakan saja"Jaemin melanjutkan makannya dengan tenang. Tapi Renjun menjadi gusar dan menekan mug minuman di tangannya
"Jika aku tidak salah liat, akhir-akhir ini kau seperti tidak membiarkan Mark hyung dan Haechan banyak berinteraksi di depanmu" kata Jaemin yang melihat ketidaknyamanan Renjun
"Kau berpikir aku jahat?"
"Tidak" Jawab Jaemin
"Aku hanya kaget dan tidak menduga kau seperti itu" lanjutnya jujur"Benar" ucap Renjun
"Apanya yang benar?" tanya Jaemin memastikan
"Yang kau katakan. Aku memang melakukan itu. Karena kurasa perasaan Mark hyung dan Haechan sudah terlalu jauh" kata Renjun
Jaemin menatapnya diam"Kau yakin yang kau lakukan benar?" tanya Jaemin
Renjun tersenyum,
"Menurutmu memisahkan dua orang yang saling mencintai adalah hal yang benar, Jaemin?" kata Renjun balik bertanyaJaemin hanya diam
"Tapi aku tidak salah, Jaemin-ah. Karena aku tidak melakukan apapun. Aku hanya menikmati afeksi dari Mark hyung saja"
Jaemin melanjutkan makan, tidak ingin langsung menanggapi
"Bagitu, ya. Aku mencoba paham" kata JaeminRenjun juga melanjutkan makan dengan tenang,
"Jangan mencoba menghalagiku Jaemin-ah. Karena aku juga tidak akan melakukan apapun. Aku hanya akan memanfaatkan situasi yang terjadi saja. Karena situasi ternyata lebih banyak berpihak padaku. Iya, kan?" ujar Renjun"Benar" kata Jaemin tenang
Renjun tersenyum,
"Terima kasih sudah mengerti."Lama tidak bersuara
"Aku hanya ingin mengatakan, kalau kau sendiri sangat tahu, Renjun-ah. Atau memang kau yang paling tahu tentang mereka berdua. Mark dan Haechan-""Aku tahu! Tidak perlu dijelaskan" kata Renjun
Jaemin mencoba membuat Renjun mengerti
"Kau sadar, Haechan memiliki tempat penting dalam hidupnya Mark, bahkan di hatinya. Kita tidak ada di sana, Renjun-ah" kata Jaemin perlahan
"Aku tahu itu" kata Renjun, dia sangat tahu. Tapi kenapa dia begini
"Jangan jadi egois, Renjun-ah"
"Aku tidak pernah berniat ingin menjadi egois, Jaemin. Apalagi dengan mencoba memisahkan Mark hyung dan Haechan. Kau tahu sendiri mereka adalah sahabatku. Aku tidak akan tega melakukan itu" ujar Renjun
"Lalu?" Jaemin ingin penjelasan
"Aku hanya iri" kata Renjun
"Iri pada apa?"
"Haruskah kujelaskan? Kau juga pasti merasa iri dengan mereka berdua. Siapapun akan iri"
"Jelaskan padaku" pinta Jaemin. Ia merasa perlu meluruskan hal ini dengan Renjun. Ia bisa melihat sendiri bagaimana Renjun bersikap pada Mark akhir-akhir ini, dia tidak memberikan Mark kesempatan untuk menoleh pada Haechan, atau hanya sekedar berbicara dengannya. Entah kenapa Jaemin melihat Renjun sengaja terus mengalihkan Mark dari Haechan. Ini tidak benar, Renjun bukan orang seperti ini.