Hari itu ada yang aneh dengan perasaan keduanya. Setelah Mark mengungkapkan bahwa ia mencintainya. Haechan mengira Mark hanya bercanda mengatakannya karena sudah sangat mengantuk. Ia tidak tahu Mark sangat sadar mengatakannya.
Mark yang masih tidur dengan kepala di pangkuan Haechan, dan Haechan yang hanya terus menatap Mark. Haechan memikirkan banyak hal, dia biasanya tidak mau banyak berpikir tentang hal-hal internal dirinya. Tapi yang Mark katakan saat ia tertidur, menambah pikiran Haechan.
"Haechan, aku mencintaimu"
Kalimat yang diucapkan Mark entah keberapa kali di tengah tidurnya, tidak bisa membuat Haechan mengabaikannya.
Cinta apa? Pikir Haechan. Dia masih tidak mengerti cinta apa yang Mark maksud. Cinta persahabatan mereka, cintanya terhadap member. Sebelumnya Haechan tidak pernah mendengar Mark mengatakan mencintai seseorang jika bukan di depan kamera. Cintanya tertuju pada semua member dan para fans. Tapi saat itu Mark mengatakan langsung padanya.
Haechan hanya mengelus kepala Mark yang terus mengatakan cinta padanya. Ia tidak mengerti.
Paginya, ketika bangun Haechan di kasurnya ia dikagetkan dengan Mark yang duduk memandanginya.
"Mark, apa yang kau lakukan?" Haechan berusaha duduk"Kau sudah bangun?" kata Mark yang hanya terus memandangi Haechan
"Semua member sudah siap?" tanya Haechan
Mereka hendak melakukan jadwal yg padat"Kita semua menunggumu" kata Mark
"Ahh baiklah, aku akan bersiap-siap sekarang" ujar Haechan yang bangkit dan turun dari kasur.
Mark langsung memegang tangannya dan memeluk Haechan dari belakang,
"Kau ingat apa kukatakan semalam?" tanya Mark
Haechan tidak mau mengingatnya
"Apa?" tanya Haechan
"Kalau aku mencintaimu" kata Mark
"Aku lupa" ujar Haechan, membuat Mark tersenyum
"Aku akan selalu mengingatkannya" kata Mark dan melepaskan pelukan, ia mencium punggung tangan Haechan seraya masih tersenyum
"Aku akan mandi" kata Haechan
Mark mengangguk.
Mereka melakukan jadwal yang padat, meskipun Haechan disibukkan dengn kegiatannya, ketika berhenti ia selalu teringat yang Mark katakan.
Mark selalu mendekatinya dan memeluknya tiba-tiba dan mencium punggung tangannya. Haechan berusaha terus bersikap bisa menerima perlakuan Mark. Tapi kenapa rasanya semakin aneh saja dengan perlakukan Mark.
Mereka memang sangat dekat, tapi jadi semakin dekat dan tidak ada jarak.Haechan bukannya tidak senang, dia hanya masih memproses banyaknya perubahan dalam hubungan mereka.
Suatu hari di tengah jadwal, Haechan bercanda mengatakan ingin dibelikan cincin oleh Mark. Tidak menyangka Mark benar-benar membelikannya.
Ketika jalan-jalan, Haechan berusaha bersikap baik-baik saja. Dia tetap tidak mau jauh dari Mark. Mark juga selalu bersamanya.
Ia tahu ketika mereka berjalan-jalan berdua, Mark ingin mengungkapkan banyak hal. Tapi Haechan tidak ingin itu terjadi, dia tidak bisa mengira Mark akan mengatakan apa dan bersikap seperti apa lagi. Dia hanya takut. Tapi tidak tahu apa yang ia takutkan. Ia sayang Mark dan Mark juga sayang padanya. Ia hanya ingin terus seperti itu.
Mark jadi sering menatapnya dan itu membuat Haechan sedikit tidak nyaman. Mark memang sering melalukannya sejak dulu, tapi dia merasa berbeda dengan tatapan Mark. Sangat dalam dan penuh emosi. Yang entah bisa kapan saja meluap. Dia takut, takut menerima kenyataan.
Ia sendiri sadar, Haechan bukanlah orang yang mudah takut akan sesuatu. Dia selalu bisa mengendalikan diri. Tapi di tetap merasa takut dan bingung untuk hal ini. Mark mencintainya.