03. Keela

16.4K 698 7
                                    

Hampir tengah malam, tapi Syakha baru pulang. Rumah mewahnya tampak sepi, hanya ada dua pelayan yang kesana kemari. Kemana seluruh keluarga? Apa mereka masih di hotel?

Syakha menghampiri satu pelayan dengan usia lanjut dan bertanya. "Bibi Sum, sini dulu. " Bibi Sum yang merasa terpanggil pun mendekat pada Syakha.

"Iya ada apa, tuan? " Kepala bibi Sum sedikit ditundukkan. Mau bagaimana pun ia tahu diri, ia adalah pelayan, walau usianya lebih tua dari Syakha.

"Syakha dihadapan bibi, bukan di bawah bibi! " Mungkin jika orang tuanya tahu, ia akan di hukum. Berbicara sedikit keras terhadap orang tua, terlebih seorang wanita sangat di larang dirumahnya.

Bibi Sum mengangkat kepalanya. Ia beruntung bekerja dengan keluarga yang baik, kehidupan yang harmonis dan gaji yang memuaskan.

"Maaf bi, Syakha gak bermaksud ngomong keras sama bibi. " Sesal Syakha.

"Gapapa tuan. "

"Oh iya, bi. Orang-orang pada kemana ya? Sepi amat. "

Bibi Sum memandang Syakha bingung. "Loh, kan semuanya nyari tuan. Katanya tuan kabur gak bilang-bilang. "

"Mana ada kabur tapi bilang. "

"Terus mereka nyari pake apa? Mobil yang di hotel udah rapi, di jejerin di ruang bawah. " Syakha makin di buat bingung. Mobil lengkap di ruang bawah.

"Anu, itu tuan...." Perkataan bibi terpotong saat ada suara mobil asing masuk halaman rumahnya.

Tin tin tin!!

Bunyi yang mengganggu pendengaran. Syakha ikut keluar, melihat dua pelayan tadi keluar.

Kini ia melihat mobil pick up milik tetangga mereka, pak Budi. Di tumpangi seluruh keluarga. Syakha meringis, pakaian yang digunakan mereka masih pakaian untuk resepsi. Ia menduga bahwa keluarganya tak sempat berganti dahulu.

Membayangkan pemikiran orang yang melihat. Apa mereka beranggapan keluarganya baru saja bangkrut?

Tampak Fina mamanya kesusahan akan turun. Karena Syakha adalah anak baik, ia terpikir untuk membantu.

"Loh, Syakha kapan pulang? " Tanya Fina saat Syakha memegang satu tangannya. "Mungkin baru, mah. Sini turun dulu. Hati-hati nanti mamah jatuh. "

Tuk

Bunyi hels Fina setelah turun. "Mamah ngapain, naik mobil pick up gini? Mobil kita banyak mah! " Fina tak langsung menjawab, ia memandang Syakha dari bawah ke atas dengan tatapan tajam.

"Bagus banget kamu, udah bikin malu. Kabur gak ijin lagi. " Sindir Fina.

"Kabur kemana kamu Kha?" Tanya Nesya, selaku anak tertua pada adik bandelnya ini.

"Cuma keliling kota kak, padahal pengennya tuh keluar negeri tapi lupa gak bawa paspor. " Seluruh keluarga melongo terutama Fina dan Rendra mendengar penuturan Syakha.

Ini bukan lagi kabur namanya, tapi ingin liburan.

"Harusnya kamu ajak abang sama kakak kabur, sekalian liburan. " Renza bertos dengan Syakha sesaat setelah mengatakan itu.

"Kamu niatnya mau minggat, hah?!! Gak mikir apa, mamah muter-muter nyariin kamu! "

"Aaaa sakit mah, lepasin, arghhh! " Syakha berteriak kecil kala Fina semakin mengencangkan jewerannya. "Mah udah, ayo masuk. Diluar dingin. " Perintah Rendra selaku kepala keluarga.

••••

"Ini semua gara-gara bapak tadi mbak. Kalo dia gak nabrak bunga aku, gak mungkin aku di marahin bu Dina. " Gerutu Keela.

Ia sempat dimarahi karena bunga pesanan yang harusnya diantar sudah hancur tak berbentuk. Walau Syakha menggantikannya tetap saja ia akan di marahi.

"Sabar aja. Belum rejekinya. " Keela menghembuskan nafas lelah.

Setelah bersih-bersih toko ia pamit untuk pulang. Hari sudah malam, banyak pasangan yang sedang berpacaran.

Sebelum pulang, Keela mampir untuk membeli martabak manis dan martabak telur masing-masing dua bungkus untuk semua adik-adiknya. Keela anak tertua di panti untuk itu ia harus membantu ibu panti dengan bekerja.
Bermodal lulusan SMA Keela bisa bekerja di toko bunga.

Dengan mengayuh sepedanya tak terlalu cepat Keela sampai di rumah panti. Rumah tempatnya dibesarkan tanpa kasih sayang keluarga.

Terkadang Keela iri melihat teman-temannya saat di bangku sekolah dasar. Waktu pengambilan rapot tak peduli nilai mereka buruk ataupun bagus. Satu kalimat yang di ucapkan para orang tua membuatnya iri ayah bangga sama kamu.

Tak memikirkan itu lagi. Keela masuk disambut beberapa anak panti yang masih terjaga. "Kak Keela!! " Mereka menghampiri Keela dan memeluknya erat.

Keela membalas pelukan tak kalah eratnya. "Coba tebak, kakak bawa apa? "

"Aaaa makasih, kak. " Hampir saja Keela terjatuh jika tidak menyeimbangkan tubuhnya. Mereka tertawa bahagia. Keela memberikan martabak yang ia beli dan langsung di makan mereka di depan TV.

Bu Nindi, ibu panti yang mengurus mendekat pada Keela yang masih di depan pintu. "Sini masuk Keela, jangan di depan pintu. " Keela tersenyum mendengar teguran dari bu Nindi.

"Iya bu. " Bu Nindi memegang tangan Keela. Menatapnya dengan senyum hangat. "Nak, kamu gak perlu beli makanan sebanyak itu. "

"Gapapa, bu. Adik-adik aku juga seneng kan. "

Keela merasa nyaman dengan elusan bu Nindi di telapak tangannya. "Kamu gak bisa selamanya disini. " Perkataan bu Nindi membuat Keela menoleh setelah menerima suapan dari Zaky, salah satu anak panti.

"Ibu ngusir aku? " Tanya Keela sewot. "Enggak Keela, ibu gak ngusir kamu. Ibu mau kamu cari pendamping. Kalo cari pasangan jangan terlalu milih gak perlu kaya tapi cukup untuk membahagiakan kamu. Bisa jadi pembimbing kamu nantinya. " Keela menahan air matanya yang akan keluar.

"Ibu udah tua. Titip adik-adik kamu ya nanti, ibu mau kamu harus bahagia. " Lanjut Bu Nindi. Tak sanggup menahan lagi. Air mata Keela mengalir dengan deras. Ia menumpahkan di bahu orang yang sudah dianggap ibu.

Bu Nindi terkekeh melihat anak yang ia besarkan seorang diri ini menangis. Mengingat saat ia menemukan Keela dan merawatnya hingga seperti ini masih terekam jelas di otaknya.

"Anak gadis ibu jangan sedih. Keela harus bahagia nantinya. " Keela mengangguk mendengar pesan bu Nindi.

_________

Beri apresiasi kalian dengan vote dan komen cerita ini.
Benarkan kalo ada yang salah dalam penulisan.

.
.
.

See you next part💜

MY DUDA: Your MONEY is MY MONEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang