Sabita terbangun dari tidurnya di kamar asing. Kamar itu berantakan, bau alkohol menyengat mengganggu penciuman ditambah bau-bau kemarin malam.
Sabita duduk. Memegang kepalanya, rasa pening menyerang. Membuat kepalanya berputar-putar.
Dirinya merutuki apa yang ia lakukan semalam. "Shit! "
Bahkan, saat melihat sekeliling ia tidak menemukan pria bernama Dean itu. Sekarang dirinya merasa seperti wanita malam. "Banjingan keparat. " Sabita terus mengumpati Dean.
Pria itu bahkan meninggalkan segepok uang dollar di atas bantal. Harusnya dia yang meninggalkan pria itu, bukan dirinya yang ditinggal.
"Harusnya gue ninggalin dia. Bukan malah sebaliknya. "
Sabita terus menggerutu seraya memunguti pakaiannya di lantai. Tak ayal Sabita juga mengambil segepok uang itu.
Seperti wanita murahan!
Sabita melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Tempat yang semalam sangat ramai, kini sepi. Banyak botol-botol minuman alkohol berserakan. "Sudah puas dengan semalam, nona. " Sabita menoleh. Mendapati bartender muda kemarin membereskan meja bar.
"Ck, sama sekali tidak puas. Mau memuaskanku? " Ucap Sabita diakhiri godaan sang bartender.
"Aku tidak tertarik dengan tubuhmu. Aku disini hanya untuk bekerja, bukan mencicipi tubuh kurang belaian. " Setelah mengatakan hal menyakitkan bagi Sabita, bartender itu melenggang pergi membawa nampan dan gelas gelas kotor.
Sabita di buat melongo mendengar balasan. "Sok jual mahal sekali. "
"Karena jika jual murah itu anda, nona Sabita. "
Seorang pria memakai topi mengawasi Sabita sejak tadi menyeringai. Tatapan tajam dilayangkan untuk Sabita.
"Tempatmu di pembuangan sampah. Lingkungan masyarakat ini terlalu bagus untukmu. "
Dia melangkah keluar dari club meninggalkan Sabita misuh-misuh sendiri.
••••
'Semua bukti sudah saya dapatkan, Tuan'
"Simpan dengan aman. Sampai saatnya, akan ku ambil bukti itu. "
Panggilan itu diputuskan sepihak. "Sudah siap hancur kedua kalinya, Sabita. "
••••
Di tempat lain. Lebih tepatnya di sebuah rumah kayu kecil kumuh. Ditumbuhi macam-macam tumbuhan liar di temboknya. Terlihat retakan tembok membuat orang bertanya sudah berapa lama rumah tua ini?
Raffa duduk di kursi kayu. Di depannya ada satu meja panjang yang digunakan tiga pemuda untuk duduk diatasnya.
Setelan kaos oblong hitam dan celana jeans sobek sobek menambah kadar ketampanannya. Hembusan asap vape keluar dari mulutnya.
Matanya menelisik sekeliling memastikan tidak ada orang lain selain mereka berempat disini.
"Apa kabarmu, teman? " Tanya salah satu pemuda yang memakai kacamata dengan nada meremehkan.
"Apa yang membawa kalian kembali kemari? "
Satu pemuda berambut panjang diikat sedikit maju mendekati Raffa. Melangkah maju, mengambil vape milik Raffa dan membantingnya ke tembok. Menimbulkan suara, Raffa memandang pemuda di depannya dengan sengit.
"Jangan mengganggu diriku! "
"Pergilah! "
Bukannya menjauh ataupun pergi. Ia malah terkekeh mendengar penekanan Raffa.
"Masih mengejar gadis itu? Ku dengar dari seseorang, ada duda tampan yang mengejarnya juga. "
"KALIAN KELUAR DARI SINI!! "
••••
"Selamat siang tuan, 15 menit lagi ada meeting dengan PT BiraWijaya. "
Syakha menatap Brian berpikir. Lalu dia menggelengkan kepala. Mengarahkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.
"Si tua bangka serakah. Tidak, tidak! "
"Tolak saja. Perusahaanku sudah menolaknya berkali-kali. Rupanya pria itu tidak mau menyerah. "
"Bukankah, kita akan mendapatkan keuntungan besar Tuan. Apa yang membuat tuan menolaknya? " Brian tidak mengerti jalan pikir Syakha.
PT BiraWijaya merupakan salah satu perusahaan maju. Beberapa kali pemiliknya memenangkan tender dalam maupun luar negeri.
"Kau tidak akan tau. Sekarang, keluarlah. "
Brian membungkukkan badan sebentar, lalu keluar dari ruangan Syakha.
Syakha memandang pintu ruangan yang sudah tertutup rapat. Lama berdiam. Akhirnya dia bangun dan menyambar jasnya di sofa. Tidak memakainya hanya disampirkan di bahu kanan.
Penampilannya bukan lagi seperti duda ataupun sugar daddy. Tampan. Sangat tampan. Lengan kemeja navy yang digulung hingga siku. Menampakkan bisep lengan menonjol.
Perempuan mana yang tidak tergoda melihatnya. Bau duit menyebar saat melangkah. Para pekerja perempuan berhenti mengerjakan pekerjaan mereka. Menghirup dalam aroma parfum yang memabukkan.
Sampai diparkiran perusahaan. Syakha segera masuk ke dalam mobilnya. Menyalakan mesin, melakukannya dengan kecepatan rata-rata.
Menyetir menggunakan satu tangan saja. Dengan sengaja Syakha membuka jendela mobil. Jalan raya sedikit ramai. Waktunya makan siang. Banyak pekerja lain makan di restoran terdekat.
Berbeda dengan Syakha. Dirinya malah menuju toko bunga tempat Keela bekerja. Matanya tidak melirik kemanapun. Matanya tetap fokus pada depan.
Tak membutuhkan waktu lama. Mobil mewah Syakha sampai di toko bunga tempat Keela bekerja. Nampak Keela yang memarkirkan sepeda berisi berbagai macam bunga didepan toko. Topi pink berlambang bunga sebagai lambang toko bung itu membuat Keela imut.
"Gemasnya, calon istri saya. " Syakha mesem mesem sendiri mendengar ucapannya. Ada rasa geli menggelitik di perut msast mengatakannya.
Syakha tidak berani mendekat. Dia hanya berdiam di mobil. Kaca mobilnya pun sudah dinaikkan. Hingga Keela tidak menyadari jika dirinya diawasi.
"Lama banget saya jadi duda! " Syakha kesal sendiri. Harusnya dia tidak usah menikah dulu saja. Supaya tidak menyandang gelar duda perjaka.
Sungguh malang nasibmu.
"Kasian pasti kecapean. Harusnya kamu nikah sama saya saja. Diam di rumah tapi uang selalu mengalir. "
__________
Duda update!!!
Yang udah baca part ini harap vote dan komen(maksa)
Kalo bisa share dan follow akunnya
Timakaci 💗😘
![](https://img.wattpad.com/cover/327200185-288-k975648.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DUDA: Your MONEY is MY MONEY
ChickLit-SELESAI- Arsyakha Bradipta Dhanunendra duda kaya berumur 35 tahun, baru sehari menikah malah ditinggal selingkuh sang istri. Pernikahan yang dilandasi perjodohan. Membuat keduanya terpaksa menjalin hubungan. Kaya? Jelas Ganteng? Banget Idaman? Sem...