19. Boneka Pemberian

5.1K 237 1
                                    

Vote sebelum scroll

••••happy reading••••

Jam sudah menunjukkan pukul hampir sembilan malam. Bu Nindi berdiri di depan pintu, rasa khawatir membuat dirinya tak bisa tenang. Pikiran negatif mulai memasuki otaknya. Tangan yang mulai keriput itu saling menggenggam. Sapuan angin malam tidak membuatnya kedinginan. Telapak tangan itu berkeringat.

Berharap anak perempuannya pulang dengan selamat. Tidak seperti biasa, Keela selalu pulang pukul delapan lebih lima belas menit. Tapi sekarang? Tidak ada kabar.

"Keela kamu kemana, nak? " Bu Nindi berusaha menepis pemikiran buruk yang mengganjal di otaknya. Tak berselang lama suara derum motor membuat atensinya memperhatikan satu titik.

Keela turun dari motor yang entah siapa pemiliknya. Bu Nindi segera berlari menghampiri mereka. Belum sempat melepas helm, Keela lebih dulu mendapat pelukan sangat erat. Ia bahkan kesulitan bernafas.

"Buk, ibuk kenapa? "

Bu Nindi melepaskan pelukan itu. Memutar-mutar badan Keela. Mengecek setiap bagian ada yang luka atau tidak.
"Kamu kenapa pulang malem gak kasih tau ibuk dulu? " Terdengar suara Bu Nindi bergetar.

"Maaf, HP Keela kecemplung di wastafel tadi. " Sesal Keela.

Raffa masih setia duduk di motornya tanpa melepas helm. Dirinya masih menunggu drama ibu dan anak berakhir. "Ekhm! " Raffa berdehem keras.

"Mas mau minum? "

"Gak usah. Terima kasih. " Merasa mengenal suara berat milik pemuda yang mengantarkan Keela. Bu Nindi memicingkan mata, tatapan selidik membuat Raffa tidak nyaman.

"Kok kayak kenal, suaranya? " Karena penasaran Bu Nindi semakin menjadi-jadi. Akhirnya ia memutuskan untuk mendekati si pemuda. "Ya jelas kenal. Saya mantannya Keela. "

"Hah?! "

"Kok bisa?! " Bagaimana mungkin Keela anaknya, bisa bersama anak begajulan seperti Raffa ini. "Keela jelasin di dalem. Yuk, kita masuk. "

Bisa gawat jika Raffa ada disini. Lebih baik dirinya dan Bu Nindi yang masuk, daripada mengurus orang aneh seperti Raffa.

"Saya pamit dulu camer, mohon do'a restunya lagi. Hehe. " Tiba-tiba Raffa berpamitan dan mencium tangan Bu Nindi. "Gak dapet anaknya, emaknya cantik juga gapapa! Hahaha! " Teriakan dan tawa Raffa terus menggelegar sepanjang melesatnya sepeda motor itu.

Hingga motor besar Raffa tidak terlihat lagi. Barulah Keela dan Bu Nindi masuk.

••••

Di dalam rumah. Terasa sangat sepi semua anak-anak panti sudah tidur. Tersisa lampu tengah yang menyala. Keela duduk di sofa kecil, kepalanya menunduk. Menunggu Bu Nindi membawakan teh hangat untuknya.
"Di minum dulu. "

Tak ada raut marah yang terlihat di wajah Bu Nindi. Wajahnya terlihat tenang dengan senyum tipis kecil. Keela meminum teh buatan Bu Nindi hanya sedikit.

Kepalanya sedikit mendongak. Tatapan matanya beradu pandang dengan netra Bu Nindi. "Anak gadis kalo pulang jangan malem-malem ya, sayang. Gak baik, dilihat tetangga. Apalagi, kamu pulangnya sama cowok. "

MY DUDA: Your MONEY is MY MONEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang