59. Mari Merawatnya Hingga Tua

3.3K 108 0
                                    

****

Selama empat hari Keela dirawat, selama itu Syakha selalu menemani Keela tak absen sedikitpun. Bahkan untuk semua pekerjaan kantor yang menumpuk saat ini selalu dikerjakan dirumah sakit.

Syakha sudah memikirkan matang-matang nama yang akan ia sematkan untuk putrinya.

Ailee Hanasta Bradipta. Nama indah itu Syakha pikirkan hingga berbulan-bulan. Kehadiran Ailee membawa kebahagiaan bagi Syakha dan Keela. Rumah yang dulunya sepi kini terasa lebih ramai.

Hari ini dokter sudah memperbolehkan Keela pulang. Kehadirannya disambut hangat seluruh keluarga. Terutama bu Nindi dan juga Fina. Dua wanita itu menyiapkan seluruh keperluan cucu mereka.

Syakha membawa seluruh barang-barang Keela selama beberapa hari ini dirawat. "Dedenya bobo terus, " Syakha menatap lembut Ailee.

"Anak ayah cantik, Ailee paling cantik. " Syakha terus mengajak anak itu berbicara. Pandangan mata polos Ailee terasa menyejukkan Syakha.

Keela yang melihat interaksi ayah dan anak itu hanya mampu tersenyum. Ia berharap untuk kedepan keluarganya akan tetap seperti ini.

"Mau makan apa? " tawar Keela mengingat Syakha belum makan dari tadi pagi. Syakha malah asik memainkan tangan mungil Ailee. Bayi mungil itu tertawa. Terlihat gusi membuatnya lucu. Karena gemas dengan anaknya Syakha menghadiahi kecupan nyaring di pipi Ailee.

"Mau makan apa, mas? " Syakha mengalihkan pandangan ke arah Keela. Istri terlihat cantik memakai daster biasa dan hijab instan. "Penyetan tempe aja."

Keela mengangguk sekilas, ia tersenyum sekilas. Perempuan yang sudaah berstatus sebagai istri dan ibu itu melangkah menuju dapur. Mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan.

Tangannya begitu cekatan memotong bahan-bahan dan menggoreng tempe. Tak butuh waktu lama hanya 20 menit masakan Keela sudah siap. Keela menghidangkan di meja makan. Ia kembali ke dapur membuatkan teh untuk Syakha.

Saat akan memasukan gula, sepasang tangan melingkar di bahunya. Syakha menumpukan dagu di kepala Keela sembari memejamkan mata menikmati aroma Keela yang samar-samar.

Keela memegang tangan Syakha. "Kenapa? Tumben banget peluk-peluk, " kata Keela heran sambil terkekeh. Syakha menggelengkan kepala, masih memeluk Keela.
"Kamu bakal sibuk ngurus Ailee. Bakal jarang, mas manja lagi ke kamu. "

"Maaf, kalo aku lebih sering perhatiin Ailee daripada mas. "

"Gapapa. Kita rawat Ailee sampai besar, sampai kita tua nanti. Dia harus bisa berdiri dengan kakinya sendiri. "

Syakha terdiam. Pikirannya menerawang beberapa tahun kedepan. "Gak sabar, Ailee manggil mas ayah. Terus nanti main-main bareng. "

"Iyaaa, "

••••

Jam semakin sore. Kebetulan dengan jam-jam pulang kerja. Teman-teman Syakha berencana mengunjungi keponakan mereka. Mengetahui teman-teman Syakha akan datang, Keela menyiapkan cemilan ringan dibantu oleh Syakha.

"LELE KEPONAKAN OM PALING CANTIK, MAIN YUKKK!!! "

Teriakan itu berasal dari Dio. Walaupun dia laki-laki jangan heran, suaranya itu sangat nyaring bisa dikatakan cempreng.

Mendengar teriakan Dio. Keela berjalan cepat untuk membukakan pintu rumah. "Masuk-masuk, " ucap Keela mempersilahkan.

Baru saja mereka duduk Syakha sudah datang dengan Ailee di gendongannya. Bayi perempuan itu tampak tenang menatap wajah ayahnya. Senyum kecil itu menampakkan gusinya yang belum ada gigi. Gemas sekali

"Lele cantik banget! " puji Dio mengelus jari mungil Ailee. Mendengar panggilan Dio, Syakha kesal. Enak saja ia sudah memikirkan nama yang bagus. Tapi manusia bentukan kodok rawa-rawa ini memanggil anaknya lele.

"Namanya Ailee, bukan lele! " ucap Syakha membenarkan.

Bukannya merasa bersalah. Dio malah menyengir tak berdosa.

"Lahiran sakit ya, La? " tanya Fraiz pada Keela. Keela tersenyum menanggapi.

"Sakit, pasti. Malah sakit banget, tapi aku bersyukur... Aku bisa menjadi ibu di antara banyaknya ibu. " jelas Keela.

"Tapi pas si Keela lahiran nih ya, Syakha mukanya panik plus pucet banget. " celetuk Jojon.

"Ya jelas paniklah o'on, lo banyangin taruhannya nyawa. " sahut Dio.

"Ailee daari kecil udah cantik. Kalo besar pasti lebih cantik. Ponakan om Fraiz paling cantik. " puji Fraiz pada Ailee. Merasa dipuji, bayi kecil itu menunjukkan binar senang dimatanya.

"Lucu... Mau satu, " gumam Fraiz lirih. Ia jadi membayangkan jika Ansya hamil dan anaknya perempuan apa akan secantik ini? Tentu! Anaknya pasti cantik, sangat sangat cantik.

••••

Cowok itu sukanya apa? Nongkrong atau nge-game? Tapi terkadang mereka suka dua-duanya. Sama halnya Raffa. Apalagi nongkrongnya di warung Mbah Darmo atau biasanya dipanggil Akung.

Warung langganan Raffa, Gaza, Rey dan Erza sejak SMA. Warungnya lumayang besar. Dan jangan lupa Wi-Fi  yang lancar untuk game.

Laki-laki kalo nge-game mulutnya gak misuh-misuh itu belum afdol.

"GAZA ANJING!! " teriak Raffa saat dirinya kalah dari permainan. Lelaki itu membanting ponselnya diatas meja. Meminum es jeruk yang dia pesan tadi. Masih memandang Gaza sengit.

Ia tak terima kalah. "Gara-gara lo gue kalah, banjingan!! "

"Nyusahin!! " sarkas Raffa. Gaza hanya diam sambil menggaruk kepalanya. Dia bingung, yang kalah kan Raffa. Salahnya dimana?

"Diem cok, "

"Mulutnya banyak-banyakin istighfar deh, kalian. Umur gak ada yang tau. Ntar mati malah banyak dosa. " ucap Akung Darmo membawa mie goreng dan mie kuah pesanan mereka.

"Akung ngomongnya jangan gitu napa, banyakan dosanya si Raffa kali ketimbang Gaza. Hehe, "

"Dibilangin juga. "

_________

NEXT NTAR YAAA🌷😀

MY DUDA: Your MONEY is MY MONEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang