13. Danau

8.1K 338 0
                                    

Holaaaa!!!

Aku lagi seneng, kemungkinan bakal double update!!! (Masih kemungkinan, yaaa)

•••Happy Reading•••

Sepanjang jalan Keela terus saja mengekor pada Syakha. Sesekali ia hampir terpeleset saat mengejar langkah Syakha. Satu langkah Syakha itu sama saja tiga langkahnya Keela.

"Pak, jangan cepet-cepet jalannya! " Syakha menoleh kebelakang, memperhatikan gadis yang kesulitan mengimbangi langkahnya. "Pendek. " Cibir Syakha.

Keela membuka mata lebar-lebar. Apa tadi pendek? Ia pendek? "Saya gak pendek. Tapi ideal, ya! " Sanggah Keela. Syakha tersenyum miring seolah meremehkan.

"Dasar boncel. " Tatapan bagai leser mengarah padanya, seolah tak terjadi apa-apa Syakha malah bertanya. "Apa? " Tanyanya seraya mengangkat alis kirinya. "Awshh, lepasin jambakan kamu!! " Karena sudah geram dengan Syakha, Keela menjambaknya kuat. Beberapa helai rambut Syakha bahkan sudah rontok.

"Kalian ngapain? " Keduanya menoleh ke arah asal suara. Terlihat Yara dan Renza tersenyum menggoda keduanya. "Duhh! Om Syakha, calonnya ganas banget! " Celetuk Yara, Renza diam menahan tawa yang akan keluar. Sedangkan, Syakha hanya diam.

Keela di buat gugup. "Jangan di dengerin, anak rayap pergi sana. Bang, bawa dia pergi. " Usir Syakha. Renza menarik tangan Yara agar ikut dengannya. Sebelum pergi, Yara menjulurkan lidahnya untuk mengejek Syakha.

Yara dan Renza pergi. Kini tinggal Syakha dan Keela. Tangan kanan Syakha menggenggam erat tangan kiri Keela. Mereka berdua turun untuk sarapan pagi, terdengar canda tawa dari bawah. Wajah Keela masih saja tertekuk.

••••

Tiba di bawah. Semua anggota keluarga sudah berkumpul. Tatapan mereka mengarah pada Syakha dan Keela.

"Kapan kamu dan Sabita resmi berpisah? " Mata Syakha beradu pandang dengan sang ayah. Tatapan tajam penuh selidik mengarah padanya. "Lusa, persidangan. " Rendra menganggukan kepala.

"Jangan menyakiti hati perempuan tulus. " Entah mengapa, Syakha merasa perkataan Rendra mengandung maksud lain.

Keela hanya diam mendengarkan. Walaupun sebenarnya jiwa kepo meronta ronta. Ingin bertanya tapi sadar dirinya bukan siapa-siapa. Fina yang peka akan ekspresi Keela pun bertanya. "Ada apa Keela? "

"Enggak tan. " Fina sebenarnya tahu apa yang akan di tanyakan Keela tapi ia bungkam. Biarkan putranya yang menjelaskan.

Sarapan pagi penuh dengan tawa. Lelucon kecil dilontarkan oleh para keponakan Syakha. Keela tertawa kecil. "Setelah makan, saya antar kamu pulang. " Keela diam tidak menjawab sambil mengunyah makanan di mulutnya.

Beberapa saat. "Aku selesai. " Syakha mengambil tisu dan mengelap bibirnya. Pandangannya menoleh pada Keela yang masih mengunyah buah jeruk. Satu hal Syakha ketahui. Keela adalah pecinta jeruk, terbukti ia menghabiskan tiga buah jeruk padahal sudah selesai makan.

"Ayo, cepat. Jangan makan terus, bisa-bisa kamu kayak ikan buntal. " Keela mendelik sinis. "Syakha! Orang cantik gini masak disamain ikan buntal. " Bela Fina.

MY DUDA: Your MONEY is MY MONEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang