36. Cibiran Keluarga Syakha

4.6K 184 0
                                    

Pa kabar rakyat konoha?

BESOK UJIAN!!

Tetap tersenyum:😃

••••

Ruang tamu di rumah pantidi isi banyak anggota keluarga ataupun kerabat Syakha. Pertemuan kali ini untuk membahas kelangsungan pernikahan Syakha dan Keela. Melihat dari kalangan keluarga Keela, beberapa tante Syakha sempat mencibir. Namun, hal itu tidak Keela masukan dalam hati.

Tiap ada cibiran tidak mengenakan untuk Keela. Syakha sebagai calon suami menggenggam tangan Keela erat. Mengelus punggung tangan itu dengan jempol. Membisikkan kata-kata sebagai obat penenang.

"Dia anak buangan? Tidak pantas untuk menjadi anggota keluarga Bradipta. " Celetuk salah satu tante Syakha.

Mendengar hal itu bu Nindi ingin angkat bicara. Belum sempat menyuarakan ucapan, Syakha lebih dulu berbicara. "Keela calon istri Syakha. Tolong tante hormati dia. Tante jangan lupa, dulu tante cuma anak pengemis yang di bawa Om Arya kesini. Seandainya Om Arya nggak ngehamilin tante duluan. Mungkin sampai sekarang opa tidak merestui kalian. " Celetuk Syakha dengan santai.

Seluruh keluarga terdiam. Tidak ada satupun yang berniat membalas Syakha termasuk tantenya tadi. Perkataan Syakha memang benar adanya.

"Sialan! " Geram tante Syakha dalam hati.

"Kapan kalian akan melaksanakan pernikahan? " Tanya Rendra mengalihkan topik.

"Tanggal 17 Maret nanti. " Jawab Syakha penuh keyakinan. Keela hanya diam sedari tadi. Dirinya masih canggung. Walau tak semua keluarga Syakha tidak menerimanya. Tapi dia takut untuk sekedar angkat bicara.

"Maaf, nak Syakha. Apa tidak sebaiknya di tanyakan pada Keela lebih dulu? " Mendengar hal itu membuat Syakha menoleh pada Keela. Merasa telapak tangan Keela berkeringat dingin. Dirinya mendekatkan wajah di samping telinga Keela.

"Keluarkan pendapat kamu Keela. Saya menikah dengan kamu, bukan sendiri. Jangan takut. " Bisik Syakha kecil sehingga Keela saja yang mendengar.

Sebelum bicara, Keela menarik nafas dan membuangnya pelan. Memandang seluruh anggota keluarga yang ada walau sedikit takut.

"Untuk kapan dilaksanakan pernikahannya, saya ikut pak Syakha saja. Yang saya mau pernikahan ini sederhana tak terlalu banyak orang yang menghadiri. " Keela berhenti sejenak sebelum melanjutkan perkataan.

"Saya tau kalian keluarga terpandang. Bukan maksud saya membuat nama keluarga ini tercoreng. Hanya saja saya mau pernikahan ini jauh terlihat lebih sakral. Diantara kalian mungkin ada yang tidak setuju, namun saya sudah mengeluarkan pendapat saya. Untuk kalian menerimanya atau tidak itu terserah. "

Seluruh keluarga diam. Memikirkan kata-kata Keela. Syakha mengangguk mengerti. Tidak mungkin ia akan menolak usulan Keela. Pendapat Keela juga di butuhkan di sini.

"Kenapa tidak yang mewah kak? Kalo bisa undang reporter TV. " Ucap salah satu sepupu Syakha.

"Syakha setuju dengan Keela. " Syakha kembali menatap Keela teduh sembari mengusap punggung tangan itu. "Ada lagi yang kamu mau? "

"Sebelum akad, saya mau mengadakan kajian ibu-ibu ataupun bapak-bapak dan juga santunan anak yatim piatu. "

Tak sedikit anggota keluarga Syakha terpana melihat cara berpikir Keela. "Apa yang membuat kamu berpikiran seperti itu? Tidak semua tapi banyak perempuan menginginkan pernikahan yang mewah dan di gelar besar-besaran. Memakai gaun seperti seorang putri. Kenapa kamu tidak seperti itu? " Tanya oma Rena.

Mendengar pertanyaan oma Rena, Keela tersenyum tipis. "Saya memang pernah berpikir seperti itu. Hanya saja, putri dari kerajaan mana saya? Saya hanyalah putri buangan. Jadi tidak pantas memakai gaun indah layaknya dalam dongeng. Saya masih tau diri, dimana letak status saya. "

Oma Rena tersenyum lembut mendengar penuturan Keela. Cucunya memang tidak salah memilih pendamping. Ini lebih baik daripada titisan Nyi Blorong itu. Dulu dirinya pernah berpikir, apakah Syakha itu gay?

Dikarenakan tidak pernah membawa seorang perempuan sekalipun.

"Bagaimana bu Nindi? "

Bu Nindi yang ditanya memilih mengangguk saja. "Saya akan mengikut keinginan mereka. Disini mereka yang akan membina rumah tangga. Saya tidak berhak ikut campur. Ibu harap kalian akan menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan warohmah. "

"Aamiin! "

••••

Selesai membicarakan pernikahan Syakha dan juga Keela. Kini kedua sejoli itu tengah berada di alun-alun kota. Menikmati indahnya langit malam si penuhi bintang. Di iringi suara bising kendaraan lalu lalang.

Penampilan Syakha sudah seperti para remaja. Hoodie navy, celana pendek berwarna putih dipadukan dengan slingbag yang menggantung di pundak.

"Bapak ganteng, kalo pakai itu. " Puji Keela melihat perbedaan penampilan Syakha. Memang benar, Syakha terlihat begitu tampan. Tak ada lagi kemeja kantor ataupun celana bahan.

"Saya tau saya ganteng. Tapi terimakasih untuk pujian kamu. " Keela memutar mata malas. Syakha sangat percaya diri walaupun......... Semua itu memang benar.

"Mau jajan apa? " Keela masih melihat sekeliling. Matanya berbinar mendapati banyak pedagang makanan kali ini.

Tatapan Keela tertuju pada penjual telur gulung di gerobak. "Pak, ayo beli itu! " Keela menarik Syakha mendekati gerobak penjualan telur gulung.

Syakha yang di tarik paksa hanya menghela nafas pasrah.

Untung calon istri

"Pak telur gulung sepuluh ribu, ya. " Sang penjual mengangguk mengiyakan.

Sambil menunggu pesanan telur gulungnya siap. Keela bermain ponsel agar tidak bosan menunggu. Syakha memperhatikan gadis itu dari samping. Wajah cantik membuatnya tidak bosan terus-menerus di pandang.

Dirinya hampir gila karena cinta!


_______________

Mau ingetin, untuk kalian jaga kesehatan!!!

Bentar lagi aku ujian praktek, bakal jarang up. Semoga kalian masih betah nunggu cerita ini sampai ending...

Luvv sekebon

Dan juga. Beri vote ataupun komen💗

MY DUDA: Your MONEY is MY MONEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang