Part 37

218 8 0
                                    

Selamat membaca♡
.
.
.

Hari itu harusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Gadis kecil yang akan genap berusia 7 tahun. Tapi malah sebaliknya, hari itu menjadi hari paling menakutkan yang pernah ada dihidup Shenina.

Shenina dan Ayahnya kembali pulang kerumah untuk menjemput cake ulang tahun. Sesampainya didepan rumah, Shenina menunggu didalam mobil sementara Ayahnya masuk kedalam rumah untuk mengambil cake.

Shenina terus mengayun-ayunkan kakinya saat menunggu Sang Ayah, sampai setelah beberapa saat anak itu merasa bosan dan menyusul Ayahnya kedalam rumah.

Shenina kecil berlari masuk kedalam rumah sambil terus memanggil nama Ayahnya.
"Ayah, ayah, udah belum? Kok ayah lama banget" Shenina terus berjalan masuk sampai Ia berhenti didepan dapur.

Mata Shenina terbelalak, keringatnya langsung bercucuran dan napasnya seketika menjadi sesak. "A-ayah" Kali ini suara gadis itu bergetar, tak seperti sebelumnya.

Tes Tes Tes
Darah segar menetes dari ujung pisau dapur yang dipegang oleh seorang Pria tak dikenal. Sementara Ayah Shenina sudah tergeletak bersimbah darah.

Shenina yang melihat kejadian tersebut terduduk lemas, air matanya mengalir dan mulut kecilnya terus memanggil nama Ayahnya.

Sementara Sang Ayah yang sudah tergeletak tak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi Ia masih bisa melihat dan mendengar tangisan Anaknya. Perlahan Ia mengangkat tangannya memberi tanda pada Putrinya yang masih terus menangis. Disebelahnya tampak kue ulang tahun Shenina yang sudah sedikit rusak karna terjatuh dari genggaman sang Ayah.

Lalu Perlahan tangan tersebut jatuh, dan air mata terakhir yang mengalir dari pinggiran matanya, dengan Shenina sebagai pemandangan terakhir yang Ia lihat.

*kembali ke masa saat ini

"Hari itu Ayah meninggal saat diperjalanan menuju rumah sakit. Terus Bunda yang sangat syok, sampai mengalami serangan jantung. Sempat dirawat di rumah sakit, tapi setelah beberapa hari kemudian, Bunda malah lebih milih nemenin Ayah" Mata Shenina mulai berlinang.

"Semuanya gara-gara aku Ngga, coba aja hari itu aku gak paksa Ayah untuk jemput kue ulang tahun aku, coba aja hari itu aku dengerin Bunda untuk beli kue yang baru.." Shenina tak dapat menahan air matanya, suaranya bergetar dengan air mata yang akhirnya jatuh.

Langsung dipeluk erat oleh Angga tubuh Shenina.
"Udah Shen, jangan dilanjutin lagi"

Shenina meluapkan air matanya dalam pelukkan Angga, tangisannya semakin keras saat kepalanya tersandar dipundak Angga. Sementara Angga hanya bisa menenangkan Kekasihnya itu dengan menepuk-nepuk kecil punggung Shenina.

Cukup lama Shenina menangis didepan Angga. Saat ini matanya sudah sangat merah dan bengkak.

"Duh sorry ya, aku malah nangis kejer didepan kamu. Mata aku sekarang pasti bengkak dan jelek banget" Shenina menunduk mengalihkan pandangannya dari Angga.

"Tetap cantik kok" Balas Angga, Shenina perlahan kembali menatap Angga.

"Shen" Angga meraih tangan Shenina.
"Itu bukan salah kamu, gak ada yang mau hal ini terjadi Shen, jadi kamu gak boleh hidup dengan menyalahkan diri kamu sendiri. Kalau orang tua kamu tau, mereka pasti bakalan sedih" Angga memberi nasehat seraya menyeka air mata Shenina yang masih tersisa dipinggiran matanya.

"Mungkin aku gak bisa buat kamu melupakan masa lalu kelam itu. Tapi aku janji Shen, aku akan selalu nemenin kamu ngelewatin itu semua. Aku bakalan selalu ada disana, disaat kamu butuh seseorang yang bisa ngehibur kamu" Sambungya lagi yang di akhiri dengan membelai rambut panjang Shenina.

Calm Boy Friend Vs Hyper Girl Friend [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang