31. Dilema

50 5 0
                                    

Happy reading..


Beberapa hari kemudian, Clara memutuskan menemui Polisi Beni untuk melihat perkembangan kasus yang tengah mereka selidiki.

Clara membuka knop pintu kantor polisi itu. Ia tersentak saat melihat ternyata ada Radit, Rico, Dion, dan Leo yang juga datang kesana.

"Loh Clara? Ngapain?" tanya Radit saat melihat Clara.

Clara tersenyum canggung. "Ada urusan," ujarnya. "Pak Beni ada?"

"Di ruangannya, mau gue anter?" tawar Rico.

Clara mengangguk. "Boleh,"

Kemudian Clara dan Rico berjalan beriringan menuju ruangan Polisi Beni.

Sampai di ruangannya, mereka berdua kemudian mengetuk pintu, ketika ada intruksi yang memperbolehkannya masuk, barulah mereka melangkah masuk kedalamnya.

"Permisi Pak," ujar Clara sopan.

Polisi Beni mengangguk pelan.

"Temen saya nemuin sesuatu di mobil Riri saat kecelakaan waktu itu." ujar Clara mengeluarkan kertas dan bunga mawar hitam dari dalam tasnya.

Polisi Beni segera mengeceknya dan memperhatikan tulisan yang ada di kertas tersebut. "Itu artinya, ini termasuk pembunuhan berencana." gumamnya.

Clara dan Rico mengangguk setuju.

"Dan asal bapak tau, kertas dan bunga mawar hitam itu juga selalu saya terima setiap saat, mengancam saya untuk tidak mencari tau apapun soal tragedi tujuh tahun itu. Seolah dia tidak ingin faktanya terungkap," jelas Clara.

"Jadi kertas ancaman seperti ini bukan yang pertama kali?" tanya Polisi Beni.

Clara mengangguk. "Untuk saya, itu bukanlah yang pertama kali. Tapi untuk Riri.. Mungkin saja itu yang pertama, dan.. Terakhir kalinya." ucap Clara yang entah kenapa dadanya tiba-tiba saja terasa sesak saat mengingat Riri. Ia rindu gadis ceria itu..

Polisi Beni memalingkan wajahnya saat mengingat keponakannya itu yang sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

"Kemungkinan besar, pelaku pembunuhan Riri, dan pelaku pembunuhan anggota keluargamu, adalah orang yang sama." ujar Polisi Beni.

"Saya rasa begitu." balas Clara. Sedangkan Rico di sebelahnya, hanya berdiri sembari bersedekap.

"Baiklah, saya akan menyelidikinya." ujar Polisi Beni. Clara menyahut dengan mengangguk pelan.

"Bagaimana dengan sidik jarinya? Apa sudah terdeteksi?" tanya Leo yang tiba-tiba saja masuk.

"Belum. Kemungkinan pelaku menggunakan sarung tangan, sehingga kami sulit mendeteksinya." ujar Polisi Beni.

Clara menunduk lesu mendengarnya. Rico segera mengusap bahunya lembut, membuat sang empu mendongak dan menatap netra teduh milik pemuda itu yang tengah memandanginya.

"Leo!" panggil Dion menghampiri Leo yang tengah berdiri tak jauh dari pintu ruangan Polisi Beni.

Leo dan yang ada di sana menoleh menatap Dion.

"Geo diserempet orang!" ujar Dion.

Leo melotot kaget. Pantas saja perasaannya tidak enak sejak tadi, ternyata terjadi sesuatu pada Geo! Mungkin karena mereka kembar, jadi ikatan batin mereka begitu kuat, sehingga bisa merasakan perasaan satu sama lain.

***

Leo dan teman-temannya berlari menuju Geo yang sudah duduk lesehan di pinggir jalan, ditemani Bima di dekat pemuda itu. Geo menyentuh lututnya yang berdarah akibat terjatuh dari aspal tadi.

Clara dan Lukanya (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang