01. Clara-Flores

573 12 1
                                    


Halo semua! Welcome to my first story. Jangan lupa tinggalkan jejak, entah itu vote maupun komen.




🦋🦋

"Aku adalah luka yang tak pernah sembuh."

Happy reading...

Disebuah rumah yang menjulang megah berlantaikan dua, terdapat keluarga yang sedang menjalankan aktivitas pagi mereka.

Sepertinya halnya gadis berumur 17 tahun, penyuka hal-hal yang berbau matcha, kini sedang bersiap-siap pergi ke sekolah.

Gadis bernama Clara Devantara itu turun ke lantai satu setelah bersiap-siap.

Terlihat Ayah, Ibu, dan kakak lelakinya, Racala. Mereka tengah bersenda gurau di meja makan seraya memakan sarapannya.

Clara melewati mereka bertiga dengan kepala tertunduk, sampai suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Clara," panggil Maura.

Maura Devantara- Ibu Clara. Di sebelah Ibunya, ada sang Ayah Devantara Clao.

"Iya Mah?" Jawab Clara.

"Bekal kamu dari Bi Ina." ujar Maura dingin seraya menaruh bekal itu di pinggir meja.

Clara terdiam sembari menatap lekat bekal itu.

"Ambil, kenapa cuma diliatin?" Ketus Maura.

"I-iya Mah," sahut Clara, kemudian mengambil bekal tersebut dan berjalan keluar menuju parkiran.

Ayah dan Racala menatap kepergian gadis itu dengan pandangan rumit dan dingin. Semenjak beberapa tahun silam, beginilah sikap mereka pada Clara. Ketus dan dingin.

Semua itu bermula setelah kejadian beberapa tahun yang lalu, saat mereka kehilangan orang-orang tercintanya karena gadis sialan itu.

***

Setelah berkendara beberapa menit, akhirnya Clara sampai di gerbang bertuliskan 'High School Pelita'. Salah satu sekolah terkenal yang ada di sana.

"CLARA!"

Gadis itu menoleh saat ada seseorang memanggil namanya. Di depan sana, terlihat Flores Ayudia, sahabatnya yang tengah berlari menghampirinya.

"Tunggu Ra," ujar Flores saat sampai di hadapan Clara dengan nafas terengah-engah.

"Cepetan!" sahut Clara jahil, kemudian berjalan mendahului Flores yang masih sibuk mengatur nafas setelah berlari tadi.

"Tungguin elah!" kesal Flores berusaha menggapai tangan Clara.

"Jangan sentuh!" ujar Clara menghindar.

"Dih? Apalah dia apalah!" ujar Flores semakin kesal.

"Cepetan, entar bel masuk bunyi." titah Clara berjalan memasuki koridor, diikuti Flores di belakangnya.

"Iya iya. Udahlah ditungguin, malah ninggalin pula. Temen setan!" cibir Flores.

"Lo bilang apa?" tanya Clara yang berbalik menatap Flores dengan mata memicing tajam.

"Eh! E-enggak, nggak ada kok." elak Flores dengan menampilkan senyum terpaksa, agar gadis di depannya ini percaya.

"Halahh!" sahut Clara yang sudah berbalik menatap ke depan sembari terus berjalan menuju kelas.

Clara dan Lukanya (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang