Happy reading..
Setelah meminum air mineral itu hingga tandas, Rico menyerahkan botolnya pada Clara kemudian melengos pergi dari sana menuju kelasnya.
Keempat teman pemuda itu segera menyusulnya. Meninggalkan Ghea yang tantrum dibakar api cemburu, gadis itu menatap nyalang penuh permusuhan ke arah Clara.
Sementara Clara masih terdiam di tempatnya, sembari menatap botol di tangannya yang isinya sudah habis tak bersisa.
Ia menatap tak enak pada Laudi, sementara gadis itu diam seraya berkedip beberapa kali menatap botol mineralnya.
"Huaaa Claraaaaa kok lo ga tantrum sih?! Gue yang di samping lo aja mau tantrum loh ini!! Astaganagaaaa," heboh Riri meluruhkan badannya pada Tania, membuat gadis itu kesusahan menahannya agar tidak jatuh.
"BERAT RI!!" teriak Tania yang sudah tidak sanggup.
"Eh? Hehe.." cengir Riri kembali berdiri dengan benar.
"Ngapain gue tantrum?" tanya Clara. "Btw maaf ya Laudi, ntar gue ganti deh air mineralnya." lanjutnya yang mendapat anggukan pelan dari Laudi.
"Ya kan kak Rico lebih milih minum air mineral yang lo pegang, daripada air mineral punya Ghea!" teriak Riri berusaha memanas-manasi Ghea yang masih berdiri kesal di tengah lapangan.
"APA LO BILANG?!" teriak Riri dengan nada kesalnya.
"APA!!" tantang Riri.
"Ri! Udah!" tegur Clara.
"Tau nih si Riri, ke kantin aja ayok!" ujar Tania menarik tangan Riri pergi dari sana sebelum dapat amukan dari Ghea. Lalu Clara dan Laudi juga beranjak menyusul mereka berdua.
Ghea menatap tajam Riri. Awas saja! Dia akan memberi pelajaran pada gadis menyebalkan itu!
***
Clara terdiam beberapa saat di balkon kamarnya. Gadis itu memikirkan bagaimana cara memecahkan masalahnya, Ia harus memulainya dari mana?
"Dalangnya adalah dua mobil hitam itu. Gue harus cari tau tentang kedua mobil itu, tapi gimana caranya? Gue bahkan ga ingat persis nomor plat nya." monolog Clara sambil memegang dagu.
"Loh Clara? Kenapa belum tidur?" tanya Dokter Ari yang tak sengaja melihat pintu kamar keponakannya masih terbuka.
Clara berbalik menatap pamannya. Kemudian menggeleng pelan disertai senyuman kecil.
"Belum ngantuk," jawabnya.
"Mau temani saya membuat salad buah?" tawar Dokter Ari.
"Mauuu!" antusias Clara, kemudian paman dan keponakan itu berjalan menuju dapur.
Bi Nina yang melihat kedatangan mereka berdua pun mengerutkan kening bingung. Wanita paruh baya itu segera menghampiri majikannya.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Bi Nina.
"Tidak ada. Bibi pergilah beristirahat, saya dan keponakan saya akan membuat salad buah." ujar Dokter Ari.
"Baik tuan," ucap Bi Nina seraya menunduk sopan, kemudian melangkah keluar dari dapur.
"Woww!" Clara berdecak kagum saat melihat interior dapur milik Dokter Ari, sangat indah!
Ia sudah tak ingat kapan terakhir kali memasuki dapur ini. Meskipun sudah beberapa hari tinggal di sini, Clara tak pernah sekalipun menginjakkan kaki ke dapur.
Tak! Tak! Tak!
Dokter Ari mulai memotong buah-buahan yang sudah terkupas. Ada beberapa jenis buah, seperti stroberi, anggur, apel, melon, dan kiwi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...