~Happy reading~
Clara berangkat sekolah pagi-pagi sekali, ia berusaha menghindar untuk bertemu Ibunya selama beberapa waktu. Sampai luka di hatinya benar-benar pulih kembali.
Dikarenakan jam masih menunjukkan pukul 06.35, suasana sekolah tentunya masih sepi. Tapi untungnya, gerbang sekolah sudah di buka oleh Pak Satpam.
Clara saat ini tengah berada di dalam kelasnya, sembari duduk bersandar di dinding dekat jendela sambil menatap kosong ke arah lingkungan sekolah dari balik jendela kaca itu seraya bersedekap dada.
Clara mendongak menatap langit cerah di atas sana, netranya beralih memandang awan berbentuk abstrak, dengan burung-burung yang turut beterbangan, menambah kesan indah langitnya.
Akibat terlalu fokus melihat langit, Clara sampai tidak menyadari bahwa saat ini seseorang tengah duduk di sampingnya sembari terus menatap ke arahnya.
Clara tersentak kaget saat merasa ada yang menyentuh pundaknya. Ia menoleh, dan mendapati Tania yang tengah tersenyum manis sedang duduk di sampingnya.
Clara menetralkan ekspresinya.
"Maaf ya kalau gue ngagetin lo," ujar Tania saat melihat raut kaget Clara. Sementara sang empu hanya membalas dengan gelengan singkat.
"Tumben lo dateng sepagi ini," celetuk Tania.
"Lagi pengen aja." jawab Clara sembari bersandar di kursi.
Tania mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
"Lo udah sarapan?" tanya Tania.
"Belum," jawab Clara.
"Mau sarapan bareng?" tawar Tania.
"Nggak, lo aja." ujar Clara.
"Ikut aja Ra.. Gue nggak ada temen ke kantin soalnya." pinta Tania.
Clara menghela nafas, kemudian berdiri.
"Yaudah ayo." sahut Clara sambil berjalan keluar dari kelas.
Tania berlari kecil menyusul Clara, gadis itu meraih tangan Clara saat sudah berada di sampingnya.
"Tunggu Ra.. Cepet amat elah jalannya!" gerutu Tania.
Clara hanya memutar bola matanya malas.
***
"Ra lo tau nggak? Ada anak baru di kelas dua belas MIPA tiga! Kemarin rame dibahas di grup angkatan." seru Tania.
Clara mengangkat sebelah alisnya. Saat ini, mereka berdua tengah berada di kantin seraya memakan semangkok mie ayam dan segelas es teh masing-masing.
"Oh," sahut Clara menyeruput es teh nya.
Tania mendatarkan wajahnya, gadis itu agak kesal dengan respon Clara, ingin rasanya ia lempar ke palung mariana.
"Oh doang?"
"Jadi gue harus gimana?"
"Kayang!" sentak Tania kesal sembari menekuk wajahnya.
Clara tertawa kecil melihat ekspresi kesal Tania.
Saat sedang asik dengan sarapannya, dari arah pintu kantin sana terdengar suara beberapa orang sedang berbincang.
"Gimana?" tanya Bima pada Dion.
"Nanti kita bahas lagi." sahut Dion.
Entah ada angin apa, kelima pemuda itu datang ke sekolah sepagi ini. Clara dan Tania memandang mereka aneh, bukankah remaja-remaja seperti mereka itu kadang terlambat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Подростковая литература"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...