39. Ending

159 9 0
                                    

Happy reading..

Setelah mendonorkan darahnya pada Clara, Ayah menoleh menatap putrinya yang sedang terbaring di atas brankar sana.

Sedangkan, di luar ruangan, Rico yang melihat Dokter Lani keluar pun segera mendekat.

"Bagaimana kondisi Clara Dokter?" tanya Rico.

"Keadaan pasien sudah membaik dari sebelumnya setelah mendapatkan donor darah. Tapi, belum ada tanda-tanda pasien akan sadar." ujar Dokter Lani.

Rico terdiam mendengarnya, Dokter Lani lalu menepuk pundaknya dan berlalu pergi dari sana.

Leo terlihat berjalan mendekat ke arahnya setelah menjawab telepon yang masuk.

"Dokter Ari udah ditangkap, dia lagi diinterogasi Pak Beni." ujar Leo.

Rico mengepalkan tangannya erat mendengar nama Dokter sialan itu disebut. Tanpa banyak kata, ia segera berjalan pergi dari sana menemui Polisi Beni. Keempat temannya saling pandang, lalu melangkah mengikuti Rico.

Rico melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata membelah jalanan yang ramai malam itu.

Setelah beberapa saat berkendara, mereka akhirnya sampai di kantor polisi. Rico berjalan dengan langkah cepat masuk ke sana. Netra pemuda itu menyapu seluruh sudut mencari keberadaan Polisi Beni.

"Dia ada di sana," ujar Polisi Beni yang tiba-tiba muncul, seraya menunjuk salah satu ruangan minim cahaya yang terletak paling pojok di ujung sana.

Rico melangkah menuju ruangan tersebut, kemudian membuka pintunya dengan kasar. Di sana, terlihat Dokter Ari sedang duduk di kursi hitam sama seperti Daren tadi, tangan Dokter Ari pun di borgol.

Rico mendekati pria itu, detik berikutnya, bogeman mentah terbit di pipi Dokter Ari, membuat wajahnya tertoleh ke samping dengan rasa nyeri dan perih.

Bughh!

Bughh!

Rico memukul Dokter Ari membabi buta, meninggalkan banyak memar pada wajah pria itu.

Teman-teman Rico hanya diam tak melerai. Menurut mereka, itu pantas didapatkan oleh iblis berwujud manusia tersebut. Bahkan, kalau bisa lebih.

Dokter Ari menatap tajam mereka semua, matanya memerah menahan amarah yang kian membuncah dalam dirinya. Sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

Bughh!

Rico meninju dagu bagian bawah Dokter Ari. Suara renyah khas gigi menggertak terdengar begitu ngilu.

Rico masih terus memukul pria itu, tak peduli teriakan dan ringisan kesakitan yang keluar dari bibir Dokter Ari.

Rico mencengkram dagu Dokter Ari, mengarahkan pria itu agar menatap sorotnya yang tajam.

"Anda, adalah seburuk-buruknya sifat manusia. Bahkan anda tidak layak disebut manusia!" sentak Rico, menatap Dokter Ari dingin.

***

Maura menatap hamparan rerumputan yang luas di depannya. Begitu banyak bunga-bunga indah yang menghiasi tempat itu.

Clara dan Lukanya (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang