Happy reading..
"Clara mana Ri?" tanya Laudi.Saat ini, Riri, Tania, dan Laudi sedang berada di kantin yang suasananya cukup ramai.
"Dia izin, lagi sakit soalnya." jawab Riri seraya memasukkan bakso bulat ke dalam mulutnya.
"Hah?! Sakit? Clara sakit apa Ri?" tanya Laudi beruntun, rautnya terlihat khawatir.
"Lengannya sakit, abis kena pisau." jawab Riri.
"Kok bisa?!" sahut Laudi.
"Ya bisalah! Udah deh, daripada lo kepo, mending ntar abis pulang sekolah kita jenguk dia aja." ujar Riri.
"Iya," ucap Laudi seraya mengangguk pelan.
Tania hanya menyimak sambil memakan nasi gorengnya. Gadis itu sudah diberi tahu oleh Riri tadi saat masih berada dikelas.
"Kak Leo! Aku boleh gabung di sini ga?" tanya Kania, tanpa izin ia sudah duduk disamping Leo seraya bergelayut manja pada lengan pemuda itu.
Leo menatap dingin Kania, lalu menghempas tangannya. Membuat Kania cemberut karenanya.
"Liat-liat, si gatel!" bisik Riri pada Laudi yang duduk disampingnya.
Laudi menatap tajam ke arah meja Leo dan teman-temannya. Mata gadis itu berkedut marah saat Kania terus saja mengganggu Leo, Laudi memalingkan wajah, cemburu.
"Gatel!" gumam Laudi.
"Hai Tania! Gue boleh duduk sini ga?" tanya Dion yang tiba-tiba saja datang sambil membawa nampan berisi makanan dan minumannya.
Tania menoleh kaget, kemudian mengangguk pelan. "Boleh kak, duduk aja."
Dion tersenyum kemudian beranjak duduk di samping Tania.
"Buat lo," ujar Dion menyodorkan coklat pada Tania. Gadis itu sempat terkejut beberapa saat, sampai akhirnya mengambil coklat itu.
"Makasih kak," ujar Tania malu-malu.
Riri dan Laudi saling pandang, kemudian tersenyum jahil.
Riri bersiul pelan sambil menatap ke arah Dion dan Tania. Membuat wajah Tania memerah menahan salting.
"Woi Yon! Ngapain lo disitu?!" teriak Geo saat melihat Dion berada di tengah-tengah perkumpulan Riri dan temannya.
Dion menoleh menatapnya. "Males gue disitu, ada nenek lampir!" sahut Dion menatap sinis Ghea dan Kania, membuat Bima dan Geo terkekeh pelan.
"Ikut Yon!" ujar Geo ngacir ke arah Dion sambil membawa mangkok bakso dan botol air mineralnya.
"Tuh dua nenek lampir berisik bener! Gue jadi ga fokus makan." bisik Geo seraya duduk di samping Dion.
"Nah itu! Makanya gue pindah ke sini tadi." balas Dion yang juga berbisik pada Geo.
"Gue ikut juga!" timpal Bima ikut menyusul Geo.
Saat hendak duduk di samping Tania, Dion segera menarik baju bagian belakang Bima.
"Mau ngapain lo?" tanya Dion penuh intimidasi.
"Duduk lah! Yakali gue makan sambil berdiri!" jawab Bima.
"Noh, duduk dekat Geo, jangan disitu!" ujar Dion, membuat Bima tersenyum sambil memicingkan matanya.
Pemuda itu kemudian beranjak duduk di sebelah Geo yang sudah asik memakan baksonya.
Laudi menatap tajam Kania yang terus saja menempel pada Leo. Laudi menancapkan garpunya beberapa kali pada bakso, meluapkan emosinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Genç Kurgu"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...