Happy reading..
Grepp!
Rico segera menggapai tangan Clara yang hampir terlepas dari pegangan jendela rumah sakit, membuat Clara kembali membuka paksa matanya.
Rico menatap khawatir pada Clara yang sudah terlihat begitu ketakutan di sana. Ia segera menarik gadis itu sampai masuk ke dalam lewat jendela.
Rico mendekap erat tubuh Clara saat ia berhasil menyelamatkan gadis itu, seulas senyum lega terpancar di bibirnya. Mengusap lembut surainya, sesekali mengecup puncak kepala Clara sekilas. Sedangkan Clara, Ia membalas tak kalah erat dekapan itu.
Badan gadis itu gemetar ketakutan, isakan tangis pun sedari tadi terdengar dari bibirnya. Rico mendongak menatap langit-langit ruang rawat itu. Jantungnya masih berdegup kencang tak karuan.
Claranya.. Baik-baik saja kan?
Rico kemudian menangkup kedua pipi Clara, menatap netra gadis itu secara bergantian. Ia lalu mengusap pipi Clara yang terdapat bekas luka memanjang, sembari menatapnya khawatir.
Rico kembali memeluk Clara, sementara Clara hanya diam tak bergeming. Gadis itu masih syok dengan kejadian yang barusan terjadi.
"Gapapa, semua bakal baik-baik aja. Ada gue," bisik Rico lembut seraya masih mengusap rambut Clara.
"Gue takut.." cicit Clara masih memeluk erat tubuh Rico. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang lebar milik pemuda itu.
"Clara!"
Rico menoleh menatap Riri dan keempat temannya yang baru saja sampai di ruang rawat itu.
Riri tersenyum lega saat melihat Clara ternyata masih hidup. Ia kemudian mendekati gadis itu yang saat ini masih berada dalam dekapan Rico.
Clara menangis sesenggukan, Riri yang ada didekatnya pun turut mengelus punggung sahabatnya itu dengan lembut.
"Ra.." panggil Riri.
Clara menoleh dengan wajah sembabnya. Ia kemudian melepaskan pelukannya pada Rico, dan beralih memeluk tubuh Riri. Kedua gadis itu berpelukan sembari menangis bersama.
Rico menatap Clara teduh, kemudian mengelus pucuk kepala gadis itu dengan begitu lembut. Membuat keempat temannya saling pandang, lalu Bima dan Geo mengangkat kedua alis mereka.
"Rico, gimana mungkin?" tanya Dion penasaran. Pasalnya, mereka kira tadi Clara benar-benar sudah jatuh dan berakhir menemui ajalnya.
Rico hanya diam tak berniat menjawabnya, ia masih memusatkan atensinya pada Clara. Menatap gadis itu penuh sayang.
Geo menghampiri Rico, kemudian menyenggol bahu pemuda itu. "Ada yang jatuh cinta nih," bisik Geo usil.
Rico mendatarkan wajahnya. Kemudian beralih menatap tajam Geo yang sudah terkekeh pelan melihat reaksinya.
Tak lama, Dokter Ari pun datang menyusul. Ia melotot kaget saat melihat Clara yang sedang berada di dalam pelukan Riri. Matanya memerah menahan tangis melihat keponakannya selamat.
Dengan terburu-buru Dokter Ari menghampiri. "Clara," panggil Dokter Ari.
Clara beralih menatap pamannya, Dokter Ari membawa Clara ke dalam pelukannya. "Saya sangat bersyukur kamu tidak kenapa-napa."
"Kemarilah, Saya akan membersihkan lukamu." ujar Dokter Ari menuntun Clara ke ranjang ruang rawat sana.
"Bisakah Dokter membersihkan luka yang ada di dalam hati Saya?" tanya Clara menatap sendu Dokter Ari. Mereka yang ada di sana menatapnya iba. "Lukanya lebih sakit dari ini, dan ini." ujar Clara menunjuk luka sayatan di pipi dan lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara dan Lukanya (Selesai)
Teen Fiction"𝙺𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚕𝚊𝚛. 𝙷𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚋𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒." • • • "Aku adalah luka yang tak pernah sembuh." Clara Devantara. Gadis...